Jumat, 26 September 2014

Trip To Belitong Part #9

Kamis 25 September 2014 – Day III

Kini nama SD Muhammadiyah Gantong sangat populer di era tahun 2000-an. Dahulu kala, siapa sangka sekolah itu bisa mencetak manusia manusia hebat, salah satunya Andrea Hirata. Langkah perjalanan kami mengakhiri Trip ke Belitung adalah mampir ke desa gantong, dan mengunjungi replika SD Muhammadiyah tempat ikal, Lintang, Sahara, Mahar, A Kiong, Syahdan, Kucai, Borek, Trapani dn harun bersekolah. Sekolah asli nya sudah lama tidak ada, dan kini kembali berdiri, sebagai pengingat warga balitung Timur bahwa dahulu kala ada sebuah sekolah yang tidak memungut biaya, dengan tenaga pengajar terbatas, namun dapat memberikan pelajaran berharga mengenai hidup.


Dari hasil bincang bincang saya dengan warga dan tour guide kami, SD Muhammadiyah Gantong hanya memiliki 10 orang murid. Harus berjumlah minimal 10 orang, jika tidak Depdikbud Provinsi Sumatera Selatan akan menutupnya. Saat itu belitung belum menjadi bagian dari Provinsi Bangka belitung. Namun masih bagian dari Sumatera Selatan. Adapun sekolah lainnya, yakni SD PN, adalah sekolah swasta khusus untuk anak anak pegawai PT PN Timah, sekolah yang jauh lebih layak, baik secara bangunan, bahan pengajaran, begitupula tenaga pengajar.

Di Replika sekolah ini, kita bisa melihat bahwa sekolah ini hanya dibangun dengan kayu sederhana yang perlahan lapuk dimakan panas serta hujan. Dengan kondisi cuaca di Belitung yang cenderung panas, membuat sekolah ini terasa tandus dengan pasir yang berada di sekeliling sekolah. Bagi mereka yang sudah menonton film laskar pelangi pasti mengetahui kenapa Kita sepatutnya bersyukur jika diberikan kesempatan untuk bersekolah. Atau betapa berharganya ilmu pengetahuan.






Berdiri di dalam ruang kelas serta berkeliling di replika sekolah ini, mengiris hati saya, mengingat bahwa saya bukan anak yang senang dengan lingkungan sekolah. Bukan karena saya tidak suka belajar. Namun kemegahan gedung tempat saya mengenyam pendidikan, tidak diiringi dengan nilai nilai kehidupan yang bermakna yang diberikan oleh para guru guru. Saya hanya menyukai masa sekolah dasar saya, selebihnya, yang saya ingat hanya, saya harus belajar belajar dan belajar. Guru serta orangtua tidak peduli, apakah saya suka, saya mampu dan saya minat akan mata pelajaran yang ada seperti matematika, kimia, fisika atau ekonomi. Karena semestinya sekolah bukanlah tuntutan, tapi arahan. Bahwa seharusnya sekolah memberikan ruang kepada manusia manusia untuk mengenal lebih dalam makna hidup.

To Be Continue..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar