Kamis, 22 Desember 2016

Saat Kau Memahami, Ibu-mu Terinfeksi HIV

Hai Malika,
Tujuh tahun sudah umi terinfeksi HIV, hidup tidak semudah seperti yang orang lihat kala bertemu dengan umi secara langsung, atau membaca tulisan - tulisan umi di blog atau postingan di social media. Its been up and down, walau pada dasarnya umi adalah seorang yang sungguh ceria. Kala itu umi sama sekali tidak berfikir apa yang terjadi dalam kehidupan ini 10 atau 20 tahun dari hari itu dimana dokter menyatakan bahwa umi terinfeksi HIV. Saat itu hanya kesedihan, kepedihan, kehilangan yang menyelimuti 12 bulan pertama hidup sebagai seorang yang terinfeksi HIV. Puji syukur hari ini, umi percaya pada kekuatan yang Tuhan berikan. Bahwa umi bisa tetap mempertahankan kualitas kesehatan, bahkan hingga hari ini kamu akan memiliki adik lagi

Hari - hari terus berlalu, sampai rasanya tiba di titik ini. Saat umi memandang wajahmu yang kini menginjak usia 9 tahun. Kamu yang semakin besar, dan aktif mengikuti begitu banyak kegiatan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Yup, Putri kecil umi yang sembilan tahun lalu dilahirkan dengan suka cita, kini sudah tumbuh secepat pohon menjulang tinggi. Kegemaranmu bermain Futsal, dan cita - cita menjadi atlit renang sungguh membanggakan kami. Kau tumbuh dengan rasa pengertian yang begitu besar, entah siapa yang mengajarkan.. entah melihat dari mana. Kamu tidak pernah merengek untuk meminta sesuatu, malah lebih memilih untuk mendiskusikan keinginan-keinginanmu, sehingga kami bisa melihat skala prioritas apakah benda yang dia mau tersebut adalah bagian dari kebutuhan yang sifatnya krusial atau hanya keinginan sesaat.

Begitu banyak cerita tentangmu yang tidak akan cukup diceritakan dalam satu tulisan di blog saja. Namun tulisan hari ini merupakan salah satu bentuk refleksi dan pemikiran umi tentangmu dan kondisi HIV umi saat ini. Umi berfikir, Apa yang akan terjadi padamu saat benar - benar memahami bahwa ibu-nya berbeda. Apakah kelak kamu akan mengalami kesulitan untuk bergaul, apakah kamu akan diterima dengan mudah di tempat bekerja atau beraktifitas secara sosial, apakah kelak pasangan yang akan mendampingimu nanti akan bisa menerima bahwa sang ibu dari perempuan yang dicintainya adalah seseorang yang hidup dengan HIV.

Hingga hari ini, saat tulisan ini diterbitkan tentu umi tidak memiliki jawaban apapun..
Umi hanya bisa menuliskannya agar tidak lupa bahwa umi selalu memiliki kekhawatiran ini, dan bisa terus mencari jawabannya. Atau bahkan, bukan umi yang tahu jawabnya.. melainkan dirimu sendiri..

Dear Malika,
Saat kau besar nanti ketahuilah bahwa kaulah satu - satunya alasan untuk ku bangkit dan tetap hidup. Saat ku mengetahui bahwa kini hidup akan banyak berubah, karena infeksi HIV, Tapi tidak sedikitpun rasa sayang dan cintaku padamu berubah karena HIV kini menjadi bagian dari keluarga kita..

Saat kau besar nanti pahamilah bahwa meskipun kau memiliki ibu yang terinfeksi HIV, Tidak sedikitpun aku patah arang untuk membesarkanmu. Meski dengan segala keterbatasan dan stigma di mata masyarakat terhadapku Ku akan upayakan kehidupan yang terbaik untukmu

Saat kau besar nanti yakinilah, HIV tidak akan menjadi jurang pemisah antara kita berdua. Bersama kita akan membangun jembatan diatasnya, Dan tetap hidup dengan segala rasa dan bahagia yang kita miliki..

Dear Malika,
Saat Kau besar nanti, mungkin kau akan menemui banyak hal baru. Mungkin saat itu datang Umi tidak akan selalu ada di sisimu. Mungkin kau sudah belajar di bangku perguruan tinggi, atau menikmati kariermu sebagai atlit renang seperti yang kau cita - citakan. Saat itu mungkin umi hanya bisa mengirimkan doa serta semangat agar kau senantiasa bahagia dengan segala pilihanmu..

Dan saat kehidupan - kehidupan yang mewarnaimu hadir, janganlah pernah lupa.. Bahwa HIV merupakan bagian dari keluarga kita. Jangan pernah malu untuk mengakuinya.. Kuatkanlah dirimu untuk berdiri tegar mengatakan bahwa "Saya bangga memiliki ibu, meski dia terinfeksi HIV!".. Karena HIV tidak pernah melemahkan kita nak.. karena HIV tidak menjadikan kita hina atau lebih rendah sebagai manusia dimata manusia lain, atau bahkan Tuhan Sang Pencipa Alam Semesta..

Ketahuilah bahwa virus HIV,
menguatkan kita berdua untuk semakin menjaga, mengingatkan, mengisi, menemani, mendukung, memeluk dan selalu ada satu sama lain.. meskipun tentu akan ada hal - hal yang kurang menyenangkan datang bersama segala hal tersebut, tapi saat itu datang.. tangan kita akan saling menggegam erat.. bahuku akan bisa kau gunakan untuk bersandar atau kau peluk dan kau basahi dengan air matamu, dan kita akan menghadapinya bersama..

Malika..
Hingga saatnya tiba nanti.. saat kau memahami ibu-mu terinfeksi HIV.. tetaplah ada disana, dan jangan pergi.. jangan menyerah.. kuatlah seperti batu karang.. Dan saat itu tiba, aku akan selalu menyayangimu..

5 komentar:

  1. Aku selalu seneng baca postingan2 Mba yang gini. Energinya selalu positif, semangaaat!

    Malika pasti akan selalu ada di sisi Mba sampai kapanpun....

    Allah selalu bersama kita, Mba. Salam buat Malikaa :*

    BalasHapus
  2. Semangat selalu kak ayuu..sehat selalu kak ayuu..semoga allah SWT..selalu memberikan kekuatan kepada kakak..

    BalasHapus
  3. Membaca ini jadi mewek aku mba. Aku juga merasakan hal yang sama sebagai survivor kanker kepada anakku.
    Semoga anak anak kita selalu tumbuh menjadi anak yang kuat dan berbakti ya mba

    BalasHapus
  4. Selalu ciptakan postivf vibes mbak :) Saya yakin, dedeknya bangga punya supermom seperti ini. God bless u

    BalasHapus