Selasa, 04 Agustus 2020

Cinta Yang Mengubah Hidupku #26

Di kampus aku sangat menikmati hari hariku yang baru. Jarak antara aku dan Abet, meskipun dalam kondisi yang tidak begitu menyenangkan ternyata cukup menyehatkan pikiranku. Aku sangat menikmati materi pelajaran yang diberikan, meskipun tidak lebih mudah dari pelajaran semasa SMA. Tapi paling tidak, aku tidak menggunakan seragam dan tidak berada di tempat ini seharian. Aku bebas berekspresi dan merasa telah masuk ke dalam gerbang pendewasaan diriku.
Meskipun begitu, kebingungan tidak lantas hilang dan tenggelam. Keberadaan Baskoro yang sungguh baik pribadinya cukup menganggu pikiranku. Aku tidak membalas pesan singkat yang dikirimkannya kemarin. Aku juga tidak menulis surat untuk Abet yang biasanya langsung kuberikan kepada Uni untuk diberikan saat kunjungan keluarga mereka di minggu berikutnya.

Saat jam istirahat kuliah tiba, aku tidak bernafsu makan. Rasanya aku tidak ingin keluar kelas, mungkin aku bisa membaca buku yang aku bawa di tas. Tapi sayangnya kelas ini sungguh dingin dan AC-nya tidak boleh dimatikan karena beberapa saat lagi akan ada perkuliahan. Bisa kena marah petugas kampus jika aku main mematikan AC di ruangan.

Lantas dengan langkah yang berat, aku turun menuju ke kantin dan aku menemukan Baskoro yang membawa sepiring kue dengan lilin. Di sekelilingnya kudapati teman – teman seangkatanku tersenyum manis. Ah ya, aku bahkan baru ingat ini tanggal 13 Oktober. Setelah meniup lilin, aku berjabat tangan dan meladeni cipika cipiki dari semua temanku. Aku duduk dan menikmati sepiring kue yang sebelumnya kuambil dari tangan Baskoro. Dia duduk di sampingku. Aku merasa berhutang jawaban sms.

“Maaf ya, aku kehabisan pulsa. Jadi ga balas kemarin.”
“Ah gak apa. Santai aja. Jadi ya aku antar pulang nanti”
“Nah itu. maaf banget gak bisa. Aku kayaknya akan dijemput kakakku karena mau langsung pergi, ada urusan keluarga” tentu saja aku berbohong. Aku hanya ingin pulang tanpa perasaan bersalah.
“ah ok. Tapi nanti malam, aku boleh telfon?”
“hmm, boleh. Tapi sms dulu ya. Eh makasih ya kuenya” Tanpa perlu merasa bersalah atau tersanjung berlebihan aku kemudian meninggalkan Baskoro dan melipir ke teman – temanku yang lain.

Seusai jam kuliah terakhir, kakakku sudah menunggu di dekat pos satpam. Tanpa banyak basa basi, aku menghampirinya dan meninggalkan kampus. Kali ini, ulangtahun tidak keliatan menyenangkan untukku.. usia 18th tidak lantas mendewasakanku.

Sebelum maghrib, aku masih terbaring malas di kamar sambil menekuni hobi lamaku. Memandangi langit langit kamar. Tak lama kemudian, telfon rumahku berbunyi. Tentu aku tidak bangun karena aku mendengar kakakku mengangkat telfonnya.

“Halo, oh Ayu. Dari mana ini? Oh sebentar..”
“Yuuuuuu, telfoonnnn!!!”

Aku bangkit dengan malas sambil berfikir, ah ngapain sih si Baskoro telfon jam segini. Katanya Malam, ini kan masih Maghrib.

“Halo” aku memulai percakapan
“Halo” kata suara asing di sana.
“Siapa ya?”
“Sebentar, ini ada yang mau ngomong” kata orang di saluran telfon lainnya.
Aku bingung, namun kemudian.

“hei” suara di kejauhan sana terdengar sangat ku kenal baik.
“lho, ABET??”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar