Rabu, 10 Juni 2020

Another Mood Breakdown Phase

Kemarin aku merasa tidak enak badan. Padahal aku makan cukup teratur, air putih, tidur cukup dan rasanya tidak kurang satu apapun. Tapi rupanya badanku tidak bersepakat dengan rutinitasku. Semacam ada hal yang hilang setelah tiga bulan kita semua di rumah saja. Yup, sebelumnya ada banyak kegiatan yang memang membuat saya harus travelling ke kota lain. Menjalankan beberapa kegiatan yang rasanya cukup membuat diri saya sehat secara mental. 

Saya kemudian coba menganalisis perasaan dan pikiran saya ke belakang. Apakah ada fase yang terlewat sampai saya merasakan kembali mood breakdown. Saya kemudian menyimpulkan bahwa saya mengalami mood breakdown yang tentunya sudah saya tahu akan membuat tubuh saya otomatis sakit. Karena saya mengijinkan diri saya mengalami penurunan. 

Seharian saya merasa mengigil dan badan lemas. Setelah berbuka puasa (membayar hutang puasa), saya memilih untuk berdiam di kamar sambil menonton serial di netflix. Saya pikir setelah makan malam tubuh saya akan membaik tapi ternyata tidak. Semakin malam saya semakin kedinginan padahal Febby yang tidur satu kamar dan satu kasur bersama saya tidak merasakan hal yang sama. Kemarin malam saya tidur menggunakan sweater dan selimut untuk menutupi setengah tubuh saya. Tidak, rasanya tidak sakit seperti orang sakit. Rasanya hanya lemas, tidak bertenaga dan seperti kehilangan semangat. 

Rabu, 03 Juni 2020

Happy 64th Birthday Papa!

Dear Papa, 

Aku ga tau bagaimana perasaan papa mama dulu sewaktu aku selalu bikin ulah pas masih sekolah. Tapi semarah apapun kalian, selalu ada pintu maaf terbuka buatku. Sendablek apapun si Ayu ini, kalian selalu jadi orang pertama yg membantu dan mendampingiku sampai semua urusan hidupku beres. I am the lucky daughter!

Di saat paling kacau dalam idupku... papa mama selalu ada bukan cuma buat nemenin dan kasih support. Tapi tetep ada buatku dan ga kemana kemana itu mahal harganya.. banyak orgtua yg nyerah sama anak anaknya.... tapi kalian justru fight buat aku. I am blessfull one


Aku ingat betul saat papa menikahkanku dengan Abet. Ada rasa sedih yang terpancar dan kurasakan. Tapi apapun yang terjadi papa akhirnya tetap mendukung dan mengantarku sampai ke tujuan. Sampai akhirnya Abet kena HIV dan meninggalkanku serta Malika dalam duka mendalam. Papa juga selalu ada. Di pinggir liang lahat Abet, papa rangkul aku dan berbisik.. “ikhlaskan” papa juga melakukannya lagi saat Miguel meninggalkan kami tiga tahun lalu

Selasa, 02 Juni 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku Part #20

Sehari sebelum aku memutuskan untuk datang ke polsek, aku berfikir keras tentang larangan yang Abet berikan. Entah aku harus mendengarkannya atau mengikuti kata hatiku. Hubungan kami selama tiga tahun ke belakang tidaklah mudah. Semua kejadian yang telah terjadi di waktu lampau tentunya menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Tapi Abet adalah orang yang sangat keras hati. Malamnya aku menuliskan surat untuk Abet. Surat yang singkat dan rasanya penuh dengan kepolosanku.

Sesungguhnya aku bukan orang yang pandai berkata kata atau menulis surat. Terlebih lagi untuk Abet yang justru selalu punya seribu kata untuk menyampaikan isi kepalanya. Banyak penghakiman yang bercokol di kepalaku jauh sebelum menulis surat ini. Aku tau Abet tidak akan senang membacanya.

Senin, 01 Juni 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku Part #19

Beberapa hari setelah aku mendapat kronologis lengkap tentang Abet, tidurku tidak lagi nyenyak dan cenderung gelisah. Beberapa kali aku mendapat mimpi buruk karena aku tidak tahu bagaimana kondisinya di dalam sana. Aku sempat bertanya kepada sang ibu apakah aku diperkenankan untuk membesuknya. Sang ibu bilang, Abet berpesan untuk tidak mengijinkan aku datang ke sana. Rasanya sedih mengetahui si pria keras hati ini malah tidak mau bertemu denganku. Tapi ibunya memberiku kebebasan, lalu kubulatkan tekad untuk tetap berangkat.

Aku memutuskan untuk datang ke sana tepat 24 hari setelah hari penangkapannya. Belum pernah sebelumnya aku menyambangi seseorang yang dekat secara personal di dalam penjara. Aku pernah sekali diajak Abet untuk membesuk salah seorang kawannya di polsek Pamulang, Itupun hanya sebentar. Polsek Pamulang ternyata bukan tempat yang nyaman dan bersih. Sehingga asumsiku sama, semua polsek sama kondisinya.

Meski aku tahu ini adalah hari sabtu dan bukanlah hari besukan aku memberanikan diri untuk datang. Sebelumnya aku memutuskan untuk pergi ke supermarket untuk membeli beberapa makanan kesukaannya yang aku tidak tahu apakah bisa sampai ke tangannya. Meskipun saat itu aku sudah lulus sekolah, aku masih sering merasa tidak memiliki kuasa atas keputusan keputusanku sendiri. Sehingga pergi ke polsek Kebayoran Lama menjadi tantangan baru. Sepanjang jalan aku cemas, apakah aku akan berhasil menemuinya? Apakah aku diijinkan untuk memegang tangannya? Apa yang harus kukatakan kepadanya? Pikiran pikiran it uterus menghantuiku hingga tidak terasa angkot D.01 berhenti persis di depan kantor polisi.