Senin, 31 Juli 2017

Radio Favorit dari Jaman ke Jaman

Helooooohhh, Pagi ini saya super semangat, karena punya bahan tulisan saat mood booster saya balik! apa sih mood boosternyaa? Itu lho penyiar Favorit jaman SMA, yuppp.. Vena Annisa siaran lagi di Radio. Kali ini Vena tandem sama Arie Dagienkz di Motion 97.5 FM Radio. Dikarenakan saya tinggal di Bandung, jadinya harus streaming online via website dan tadaaaa.. jadilah pagi2 begini setelah si anak berangkat sekolah saya malah nongkrong di meja kerja buat nulis ini sambil dengerin doi siaran!

No its not random, but its exciting! Saya kemudian bertekad untuk streaming terus setiap pagi supaya ada yang bisa maksa untuk gak tidur lagi setelah anak berangkat sekolah. Hahahaha iya iya.. saya pemalas lho. LOL Jadilah saya kemudian teringat sama beberapa radio station, dan acara2nya yang rutin saya dengarkan setiap hari. Nah saya ini tipikal orang yang setia, seumur - umur cuma dengerin beberapa acara siaran saja, gak pernah gonta ganti channel lho. Nanti misalkan pas kalian baca tulisan saya ini dan ada kesamaan, tulis di kolom komen yah barangkali pernah dengar atau punya momen yang sama persis dengan penyiar idolanya.

Jumat, 28 Juli 2017

Bucket List : Bertemu 2 Perempuan Hebat, Didi & Mathilda

Waktu kuliah dulu, saya dan teman - teman dengan modal nekat dan persiapan yang setengah matang memutuskan untuk naik ke Gunung Gede, yang letaknya tidak jauh dari Taman Safari. Dari 8 orang yang berangkat, hanya beberapa saja yang pernah benar - benar naik gunung dengan rencana yang matang. Sisanya, iseng pengen ikut, dan mencoba hal baru, dan salah satu dari mereka adalah saya. Perkenalan saya dengan gunung dimulai dari cinta pada almarhum suami, yang kebetulan adalah anak gunung juga. Saya ingat betul, dia pernah bilang.. cuma dengan naik gunung dia bisa melepaskan adiksinya dengan putaw. Dia mulai mengenalkan saya dengan pengalaman - pengalaman menarik dan seru serta makna yang selalu didapatnya seusai summit di setiap gunung yang dia daki. Dari sana saya kemudian jatuh cinta dengan alam.

Sayangnya, dia berhenti menceritakan dan mengajak saya mengenal lebih dekat dengan gunung - gunung dan alam Indonesia saat akhirnya wafat di tahun 2009 karena virus HIV. As u read in so many stories in my blog, Yes I'm feel so down at that time, but than I stand up. Selama 8 tahun setelah kepergian Abet, saya membangun kembali fondasi hidup saya yang sempat hancur. Namun Tuhan selalu punya rencana lain. Fondasi yang saya bangun dengan perjuangan yg luar biasa tersebut kembali retak, saat bayi saya (dari pernikahan kedua) meninggal setelah 40 jam dilahirkan 3 bulan lalu. I feel like, God this is so unfair to me.

Selasa, 25 Juli 2017

Mencintai Diri Sendiri Bagaimanapun Bentuknya

Waktu di jam dinding saya menunjukan pukul 8 pagi, dan saya sudah sarapan dengan 2 buah pie brownie cokelat ditambah sepiring pempek dari Lampung yang berisi 1 buah pempek kapal selam mini, 3 buah pempek lenjer dan 2 buah pempek adaan. Banyak yaaa boo sarapannya? bangett, jawab saya dalam hati. Selesai sarapan saya tidak merasa bersalah sama sekali, saya hanya merasa happy karena beruntung masih bisa makan, dan makanannya enak pula. Kebayang kan, banyak banget orang diluar rumah kita yang gak beruntung. Tapi kemudian saya tersadar dengan cara makan saya yang mulai gak karuan, gak terkontrol selama 3 bulan terakhir ini. Semua yang ada di depan mata pasti saya lahap, semua yang saya mau pasti saya usahakan saya beli demi memenuhi hasrat kepingin yang gak kekontrol itu. Sampai akhirnya saya sadar ada yang salah dengan saya.

Sebelumnya saya gak pernah sebahagia ini kalau makan, karena saya makan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh saya, bukan untuk pemenuhan hasrat makan yang kemudian jadi tidak terkontrol tadi itu. Kemudian saya juga menyadari, kebiasaan makan ini menyebabkan bobot tubuh saya meningkat drastis, semua baju dan celana saya tidak ada yang muat. Terpaksa, saya meminjam kaos kaos milik suami, dan lebih sering pakai legging atau celana karet karena sudah tidak ada lagi yang muat untuk saya gunakan. Disitu kemudian saya merasa sedih. Ada apa dengan saya? Pernahkah kalian mengalami hal serupa?

Membantu menentukan cita – cita anak sejak dini

Bulan Juli ini, tepat 2 tahun Malika menekuni olahraga renang. Dimulai dari rasa senangnya bermain air, Malika meminta untuk di les kan renang 2 tahun lalu saat dia masih duduk di bangku kelas 3. Saat itu kami langsung menyetujui tanpa ada pikiran yang terlalu jauh, kemana arahnya setelah les renang ini. Setelah bertanya ke beberapa saudara dan kerabat, kami akhirnya dikenalkan pada seorang guru olahraga yang juga bisa mengajar renang yang juga kebetulan adalah om dari suami saya. Hahahaha, eitss meskipun masih terhitung saudara, kami tetap membayar secara profesional dan beliau pun juga mengajarkan Malika secara profesional.

Seiring berjalannya waktu, Malika yang tadinya tidak bisa renang sama sekali.. perlahan dapat menguasai teknik renang dalam beberapa gaya. Saya cukup bangga dan senang tentunya, karena saya tidak bisa renang dan selalu berakhir di pinggir kolam renang saat teman - teman sekelas saya sedang praktek olahraga renang setiap akhir pekan. Tapi tidak dengan Malika, saat memasuki bangku kelas 3, Malika menjadi salah satu diantara dua orang yang bisa renang di kelasnya. Saat teman - teman yang lain kecipak kecipuk di pinggir kolam, Malika dan salah satu kawannya diminta menjadi contoh oleh sang guru. Alhamdulilah ya, bangga rasanya.

Rabu, 19 Juli 2017

Malika dan Akun Instagram Pertamanya

Kapan terakhir kali kita berkunjung kerumah teman, tanpa harus mengecek melalui akun sosial media nya, dimana keberadaannya? Kapan terakhir kali, kita bisa mengobrol lepas dan bebas dengan teman, pasangan, dan orangtua tanpa harus ter-distract dengan notifikasi akun sosial media? Kapan terakhir kali, kita melakukan aktifitas luar ruang bersama dengan keluarga, ketimbang sibuk mengeksplorasi apa yang dilakukan orang lain di dunia maya? Saya lontarkan pertanyaan ini kepada diri saya hari ini. Dan jawabnya saya hampir tidak ingat, rasanya sudah sangat lama sekali saya tidak melakukan itu semua.

Awalnya saya sungguh sangat menikmati itu. Dengan segala keterbatasan yang saya miliki, saya berusaha memenuhi kebutuhan duniawi saya dengan alat super canggih tersebut. Bahkan saya melihat begitu banyak kawan yang menjadi kecanduan, dan terus mengikuti perkembangan beberapa produk andalannya, sampai setiap kali produk tersebut mengeluarkan seri terbaru, dia tidak akan sungkan mengeluarkan kocek belasan sampai puluhan juta rupiah untuk bisa membelinya. Saya? tidak, saya bukan tidak mau melakukan hal yang sama, tapi jujur saya tidak mampu. Saya masih berfikir puluhan kali untuk membeli sebuah produk seharga belasan juta rupiah. Wong harga hp saya saja hanya 2,6 juta rupiah; itupun saya kumpulkan sekuat tenaga karena ada kebutuhan lain yang lebih penting.