Jumat, 13 Desember 2013

Refleksi untuk AIDS di Desember 2013

Picture from Rumah Cemara
Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap persoalan AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Konsep ini digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai Program-program untuk Pencegahan AIDS pada tahun 1988. Sejak saat itu, ia mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal di seluruh dunia.Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Sedunia di Geneva, Swiss.[1] [2] Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Pgoram AIDS Global (kini dikenal sebagai UNAIDS). Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan diselenggarakan pada 1 Desember 1988.

For Honestly, sejujurnya.. saya gak suka 1 Desember. Bukan saya mau acuh terhadap isu HIV AIDS yang merajalela di bum Indonesia. Tapi saya gak suka dengan cara komunitas, ataupun orang orang yang menyebut diri mereka aktifis dan yang peduli terhadap isu ini, cara mereka untuk mengingat Fenomena HIV AIDS setiap 1 Desember. Setiap tahunnya, kami orang orang yang hidup dengan HIV hanya disuguhkan dengan berbagai macam panggung nyanyian, tari tarian, seperti merayakan sesuatu. Selebihnya adalah banyak orang, banyak Media berbondong bondong untuk mencari ODHA, untuk diwawancara dan di angkat cerita hidupnya dalam headline surat kabar atau media mereka. Atau ada juga beberapa perusahaan atau lembaga pemerintah, yang menjadikan 1 Desember untuk ajang membuat event yang kucuran dana-nya tidak sedikit. 

Trip to Sangatta



Perjalanan kembali dimulai, Memenuhi undangan dari teman teman di Sangatta, Kutai Timur – kalimantan, untuk mengikuti serangkaian kegiatan peringatan Hari AIDS sedunia tahun ini disana. Pagi ini pukul 3 aku sudah terbangun, rasanya waktu tidurnya belum cukup tapi si alarm sudah berbunyi nyaring. Tanpa basa basi, aku langsung menuju kamar papa yang ternyata beliau sudah bangun lebih dulu. Kami memang sudah janjian, dia akan mengantarku ke bandara pagi ini. Jam 3.30 kami berangkat ke bandara soekarno hatta. Sepanjang perjalanan, aku kembali tertidur karena masih mengantuk sementara papa fokus menyetir kendaraan.

Pukul 5 pagi aku sudah berada di dalam bandara. Sudah check in dan menerima boarding pass. Mataku memandang semua tempat makan, yup aku belum sarapan pagi dari rumah. Mataku berhenti pada starbucks, bukan karena pilihan menu sarapannya, namun karena fasilitas internet dan tempat yang nyaman. Sepiring smoked beef quiche (aku sering menyebutnya, kue telur dengan daging asap; gara gara temanku oldri suka makan ini, aku kemudian juga jadi suka) dan segelas cokelat hangat menemani pagi ku di bandara soekarno hatta. Dan tak lupa internet yang menemani hingga pukul 5.30, aku kemudian berpindah tempat menuju gate F6.

Pesawat Garuda Indonesia yang kutumpangi, berangkat tepat waktu. 6.45 WIB, dari Jakarta menuju Balikpapan. Dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Aku menikmati perjalanan pesawatku pagi ini. Kembali menikmati sarapan di dalam pesawat sambil menonton Percy jackson, film action fiction yang sudah pernah kutonton sebelumnya. Perbedaan waktu antara Jakarta dan Balikpapan adalah satu jam, disana lebih cepat daripada Jakarta. Sehingga setibanya ku di bandara sepinggan, Balikpapan waktu menunjukan pukul 9, padahal di Jakarta sudah pukul 10 pagi. 

#Selftalk Saya Gak Pernah Bilang Ini Mudah

Pic from google.com
Saya memiliki seorang sahabat dekat, pria. Kami memiliki banyak kesamaan dan kesukaan, seperti film dan buku. Dia memanggil saya kitten, saya memanggilnya werewolf. Saya sebenarnya sedikit bingung, karena saya merasa tidak seperti kucing, tapi saya sepakat dengan diri saya bahwa dia adalah jelmaan manusia serigala. well, anyway.. Kami berteman belum lama, kurang dari dua tahun lamanya. kami suka ngobrol dan berdiskusi tentang banyak hal.

Saya mengetahui bahwa dia hidup dengan HIV sejak tahun 2001. Dulu dia mantan pengguna jarum suntik, anak seorang brigadir jendral yang terjebak dalam lingkaran kelam narkotika. Dia pernah bilang pada saya, "Saya tidak akan menggunakan ARV, kalaupun saya mati, itu karena sudah takdir Tuhan. I will fight with my own." sebetulnya saya sedih dan tidak suka dengan prinsip yang dia miliki. itu sama saja seperti membunuh dirimu perlahan. 

Kemarin saya kerumahnya. Dia sakit. 
"Saya harus mengakui, bahwa selama ini cuma main main dengan hidup, dan Saya kalah."

Setelah bertarung sendirian melawan HIV di dalam tubuhnya, 12 tahun kemudian yakni hari ini. dia akhirnya jatuh sakit. berat badannya menurun drastis. dia bilang dada-nya sesak, dia terkena infeksi Tubercolosis. dan sedang memulai terapi. beberapa obat sudah tidak bisa masuk kedalam tubuhnya, dia bilang tidak sanggup. Saat ini dia sedang melakukan theraphy pemulihan untuk TBC-nya dengan streptomycin Injection. disuntik di bagian bokong setiap hari selama 60 hari.

Saya memahami bahwa menggunakan terapi ARV adalah pilihan untuk seseorang. saat anda berkomitmen untuk memulai terapi, maka laksanakanlah seumur hidup, berkomitmen tinggi akan kepatuhan obat dan menjaga kesehatan. Sahabat saya memilih jalan hidup nya sendiri. 

Dan dihari saya duduk kembali bersamanya. Dia memutuskan akan memulai terapi ARV setelah masa pengobatan TBC sudah membaik. Dia bilang dia akan ikut dan patuh pada perencanaan pemulihan kesehatannya bersama sang dokter. 

Dia tidak berhenti batuk dan seperti kelahan menahan sesak di dada-nya saat kami ngobrol kemarin. Saya membawakan beberapa buah, dan roti untuk dia makan. Dia tidak terlihat seperti orang yang patah semangat, tapi HIV mematahkan kesehatannya. Dan dia harus berjuang untuk itu.

Di hari dimana saya menulis tulisan ini, dia sudah tidak membalas pesan pesan saya. Mungkin dia sedang tidur, mungkin dia sedang tidak ingin diganggu. Saya hanya berharap, dia tidak menyerah dengan kondisi-nya saat ini, saya yakin dia akan berjuang.

Jumat, 06 Desember 2013

Rest In Peace Mandela

"I have walked that long road to freedom. I have tried not to falter; I have made missteps along the way. But I have discovered the secret that after climbing a great hill, one only finds that there are many more hills to climb. I have taken a moment here to rest, to steal a view of the glorious vista that surrounds me, to look back on the distance I have come. But I can only rest for a moment, for with freedom come responsibilities, and I dare not linger, for my long walk is not ended"

Rest In Peace, Nelson Mandela - Father of Freedom, Equity and Diversity
Johannesburg, South Africe 1918 - 2013