Jumat, 13 Desember 2013

Trip to Sangatta



Perjalanan kembali dimulai, Memenuhi undangan dari teman teman di Sangatta, Kutai Timur – kalimantan, untuk mengikuti serangkaian kegiatan peringatan Hari AIDS sedunia tahun ini disana. Pagi ini pukul 3 aku sudah terbangun, rasanya waktu tidurnya belum cukup tapi si alarm sudah berbunyi nyaring. Tanpa basa basi, aku langsung menuju kamar papa yang ternyata beliau sudah bangun lebih dulu. Kami memang sudah janjian, dia akan mengantarku ke bandara pagi ini. Jam 3.30 kami berangkat ke bandara soekarno hatta. Sepanjang perjalanan, aku kembali tertidur karena masih mengantuk sementara papa fokus menyetir kendaraan.

Pukul 5 pagi aku sudah berada di dalam bandara. Sudah check in dan menerima boarding pass. Mataku memandang semua tempat makan, yup aku belum sarapan pagi dari rumah. Mataku berhenti pada starbucks, bukan karena pilihan menu sarapannya, namun karena fasilitas internet dan tempat yang nyaman. Sepiring smoked beef quiche (aku sering menyebutnya, kue telur dengan daging asap; gara gara temanku oldri suka makan ini, aku kemudian juga jadi suka) dan segelas cokelat hangat menemani pagi ku di bandara soekarno hatta. Dan tak lupa internet yang menemani hingga pukul 5.30, aku kemudian berpindah tempat menuju gate F6.

Pesawat Garuda Indonesia yang kutumpangi, berangkat tepat waktu. 6.45 WIB, dari Jakarta menuju Balikpapan. Dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Aku menikmati perjalanan pesawatku pagi ini. Kembali menikmati sarapan di dalam pesawat sambil menonton Percy jackson, film action fiction yang sudah pernah kutonton sebelumnya. Perbedaan waktu antara Jakarta dan Balikpapan adalah satu jam, disana lebih cepat daripada Jakarta. Sehingga setibanya ku di bandara sepinggan, Balikpapan waktu menunjukan pukul 9, padahal di Jakarta sudah pukul 10 pagi. 

Pak Edi Guntur sudah menunggu ku di area kedatangan. Beliau adalah salah satu staff KPC (Kalimantan Prima Coal) yang ditugaskan untuk menungguku di Bandara. Di Sepinggan aku hanya transit, karena akan melanjutkan perjalanan menuju sangatta menggunakan pesawat yang lebih kecil. Aku bersama Pak Edi atau Pak Guntur (aku lupa bertanya sebaiknya panggil apa), kami menunggu di restoran Bakso tembak Khas Jakarta. Karena jadwal penerbanganku adalah pukul 12.45 siang. Pak edi memesan makanan, sedangkan aku hanya minum es teler, masih kenyang kata perutku. Sambil makan, kami ngobrol dan berkenalan. Pak Edi bercerita tentang apa yang dia kerjakan di KPC, bagaimana upaya KPC membantu program penanggulangan AIDS di kota Sangatta. Lalu aku bercerita juga tentang apa yang kulakukan di Jakarta bersama teman teman Indonesia AIDS Coaltion.
Pukul 11.30, kami berpisah. Pak Edi mengantarku sampai ke pintu keberangkatan. Aku masuk dan langsung menuju bagian check-in. Pesawatnya namanya Airborn, pesawat kecil seperti Sushi Air. Berkapasitas maksimal 20 orang. Aku menunjukan e-ticket yang sudah kupegang untuk kemudian ditukar dengan tiket pesawatnya. Kalau biasanya naik pesawat biasa, petugas akan menimbang barang bawaan penumpang. Kali ini berbeda. Aku beserta 1 tas ransel dan 1 tas tenteng ku, ditimbang bersama sama di tas timbangan raksasa. Aku tertawa dalam hati, dan kemudian ingat. Kami akan naik pesawat kecil, dan petugas bandara harus memastikan bobot seluruh penumpang agar perjalanan lancar.

Aku nervous. Sedikit cemas karena ini kali pertama ku naik pesawat Airborn. Menuju sangatta menempuh waktu 1 jam. Saat waktu menunjukan pukul 12.45, kami semua naik ke dalam bus menuju pesawat di parkir di bandara. Penumpangnya berjumlah 17 orang. 3 diantaranya adalah anak anak, kaka beradik 2 laki laki dan 1 orang perempuan. Lalu perempuan dewasanya hanya saya dan seorang ibu. 1 orang warga asing dan sisanya 11 orang pria bertubuh tegap.

Pesawatnya sudah ada di depan mata. Kecil, bangkunya sempit saling berhimpitan, hanya ada satu lajur untuk masuk ke bagian yang duduk di depan. Aku duduk di baris nomor 3, dekat dengan jendela. Aku selalu ingin melihat bagian kemudi pesawat, ingin melihat sang pilot mengoperasikan mesin mesinnya sehingga aku tahu bagaimana mereka menerbangkannya. Dan Tuhan mewujudkannya. Aku melihat dengan jelas dari bangku ketiga tempat ku duduk, akubisa melihat 2 orang pilot mengoperasikan pesawat airborn dan kami juga bisa mendengar percakapan mereka.

Aku berniat untuk tidak tidur dan tetap terjaga. Aku ingin menikmati pemandangan pulau kalimantan dan Laut selat Malaka. Namun 10 menit setelah terbang dan semakin tinggi, aku malah ketakutan. Rasanya berbeda sekali dengan pesawat pada umumnya. Kita harus menggunakan penyumbat telinga karena suara mesin yang sungguh bising dapat mengganggu pendengaran. Setiap goncangan serta pesawat berubah haluan, seluruh penumpang dapat merasakan. Akhirnya aku memutuskan untuk memejamkan mata da tidur. Aku hilangkan ketakutanku dalam tidur yang lelap.

Tiba di Tanjung Bara Airport, tempat pemberhentian pesawat. Sudah menungguku disana Mbak Sherly dari KPA Sangatta, Mbak Rosna dari KPC dan Pak Harmadji, orang hebat yang banyak dikenal orang di daerah Sangatta, beliau bagian penting dari KPA Sangatta. Walaupun jantung saya masih dag dig dug, karena baru turun pesawat. Tapi hati saya senang akhirnya bisa tiba di Sangatta dengan selamat. Perjalanan dilanjutkan ke penginapan. Selama 2 malam kedepan aku akan menginap di Wisma Tanjung Bara, tempat staff dan karyawan serta tamu dan perusahaan KPC tinggal. Aku merasa seperti tinggal di California, karena Mess-nya seperti di film film luar negeri, seperti penginapan di persinggahan yang biasa kita lihat di film.

2 Malam berada disini sungguh pengalaman yang menarik dan menyenangkan. Wisma Tanjung Bara, Sangatta, bukan hotel mewah.. tapi sebuha tempat yang sangat jauh dari rumah. Mempertemukan saya dengan banyak orang hebat yang ingin bekerja dan memiliki keterlibatan penuh dalam program penanggulangan HIV AIDS di Indonesia, khususnya di Sangatta, Kutai Timur. Terima Kasih kepada Pak Harmadji dari KPA Daerah Kutai Timur dan Seluruh rekan Kalimantan Prima Coal khususnya Ibu Yuliana Datu Bua yang memberikan saya kesempatan untuk memberi lebih banyak informasi kepada lebih banyak masyarakat di tempat lain, selain rumah saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar