Sabtu, 30 April 2016

Take your Test, No regret

Ah, coba aja dulu gue... Seandainya kita dulu..

Pernah gak kita mengatakan itu pada diri sendiri atau juga pada orang terdekat kita, setelah serangkaian hal yang pernah terjadi dalam hidup. Hal yang pernah terjadi tersebut, kerap kali di sesali dan gak mungkin bisa berulang. Tapi di hati kecil kita yang terdalam, pasti terbesti tanya dan keinginan "ah, coba dulu gue dengerin omongan lo.." atau "Seandainya dulu kita mau cek kesehatan..". 

Mungkin ada yang begitu, mungkin juga gak ada..karena sudah move on dan gak mau nengok lagi kebelakang. But not with me, saya selalu berfikir.. seandainya dulu saya melakukan pemeriksaan HIV. Tulisan ini bukan semata-mata tulisan menye-menye yang menyedihkan. Tapi sekedar pengingat, mengapa test HIV kemudian menjadi penting dilakukan, jangan menyesal di belakang.. karena yang selalu di awal adalah pendaftaran (skip this jokes).

Menyeimbangkan Tanggung Jawab Sosial dan Keluarga (24-365)

Selamat pagiiiii!! Aduduh Bangun tidur pagi ini rasanya saya gak percaya kok udah hari sabtu lagi. Rasanya kemarin baru hari kamis, saya berangkat dari Jakarta menggunakan travel, sampai di Bandung dan ahhh.. Why time fly soooo faaassst? *sedih* Lho kok sedih? tanya saya pada diri sendiri. 

iya karena saya harus kembali ke Jakarta pada hari senin, untuk bekerja dan menyelesaikan tanggung jawab sosial saya yang lebih besar kepada masyarakat khususnya mereka yang hidup dengan HIV. Saya harus berada di Jakarta setiap senin sampai dengan kamis, bersama Ikatan Perempuan Positif Indonesia. Dan di saat weekend, saya gak mau sia-siakan untuk tidak menghabiskannya bersama keluarga. So this is my new life story, how to balancing my social life and quality time with family, please enjoy.

Jumat, 29 April 2016

Dimana Cinta Setelah 14 Tahun?

Deretan gambar dan episode kehidupan di 14 tahun lalu kembali muncul dan berputar dalam kepalaku. Momen saya mengenakan seragam putih abu-abu, serta momen jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan seorang pria yang mengubah hidupku. Di tahun 2002, Film Ada Apa Dengan Cinta menjadi bumbu manis dalam salah satu gambar yang muncul di kepalaku. 

Tidak ada yang spesial.. kami hanya menonton film yang saat itu menjadi primadona bagi anak muda di Indonesia. Saya ingat, dia menurunkanku dari motornya di ujung gang rumahku di Pamulang, seusai kami menonton film AADC. Lalu dia mengusap rambutku, dan berkata "sampai ketemu besok ya..", lalu aku tersenyum bahagia, senyum anak SMA yang di mabuk asmara. 

3 tahun setelahnya, saya menikah dengan pria itu. Pernikahan kami berlangsung sederhana, tidak mewah dengan pelaminan megah bertahtakan kain-kain berwarna emas, dan mahkota bernama suntiang menghiskan kepala saya. Meski menikahi pria berdarah Minang, kami sepakat hanya menikah di KUA saja, menggunakan pakaian adat Jawa, dan di semarakkan dengan syukuran kecil-kecilan bersama keluarga dan sahabat terdekat, itupun kami lakukan di rumah. Pernikahan sederhana, dan membahagiakan.

Kamis, 28 April 2016

(Sok) Jadi penasihat Cinta (23-365)

boleh jadi tulisan gw kali ini serius untuk dibaca dan semoga bermanfaat. atau jika tidak, forget it. tapi terima kasih karena sudah mampir dan lihat-lihat blog apalah apalah ini.. hehehe (skip this first paragraf.

Ada seorang sahabat yang saya sudah kenal sejak lama, sedang dekat dengan seseorang. dia mengaku belum 'sreg' dan butuh mentoring dari saya. Harusnya saya kasih dia tarif, karena sudah sering saya mentoring dia soal cinta, tapi huft.. emang ngeyel kayaknya dia. makanya susah dapat jodoh. Eh.. (maaf). Sahabat bercerita pada saya, bahwa dia berencana untuk blind date dengan seorang gadis, yang kemudian dia mendeskripsikan bagaimana gambaran perempuan yang sedang dekat dengannya. Tapi di era teknologi saat ini saya cuma perlu beberapa hal, seperti "gue bagi nama instagram-nya dong!"

Rabu, 27 April 2016

Belajar (Lagi) Arti Titipan (22-365)

Sejak bulan Mei 2016, saya sudah resmi tidak bekerja di NGO yang menjadi rumah saya selama 3 tahun terakhir, Indonesia AIDS Coalition. Bukan karena tidak cocok, bukan karena ada masalah, dan bukan karena hal-hal yang bersifat relasi pekerjaan, namun itu semua karena saya kini memiliki tanggung jawab sebagai koordinator nasional Ikatan perempuan Positif Indonesia (IPPI). Semua itu terjadi, karena pada bulan Maret lalu tepatnya tanggal 20, Koordinator kami yang sebelumnya Christine meninggal dunia. 

Hal itu bukan hanya mengejutkan semua pihak, namun saya secara pribadi (yang saat itu menjabat sebagai dewan nasional di organisasi) kemudian harus memikirkan exit strategy untuk menyelamatkan organisasi. Lantas kemudian dipilihlah saya menjadi pengganti almarhumah, dan berkantor di Rawamangun. Disanalah kehidupan baru, serta titipan-titipan baru harus saya kelola dengan bijak.

Selasa, 26 April 2016

Nak, Ayo Kita Main Sepeda! (21-365)

sumber : google.com
Dear Malika, tulisan hari ini dibuat khusus karena umi rindu sekali sama kamu. Meski di setiap akhir minggu kita menghabiskan waktu bersama, namun beberapa minggu ini dan kedepannya tentu akan berbeda. Itu karena kini umi memiliki tambahan tanggung jawab dan amanah sebagai koordinator nasional di organisasi. Yup, organisasi yang bernama IPPI itu lho, Ikatan Perempuan Positif Indonesia. Tapi di tulisan hari ini umi tidak akan membahas tentang IPPI, kita akan membahasnya besok, atau lusa.. atau kapanpun..kau bebas memintanya.

Hari ini umi ingin bercerita tentang Lego. Yup, mainan yang sejak lama kamu ingin miliki. tentu kamu sebelumnya tidak mengetahui lego, kamu melihat teman, membaca di majalah, dan melihat iklan di televisi sehingga kamu akhirnya tahu bahwa ada sebuah mainan yang diciptakan oleh sang penemu Lego, yang (kata situs pencarian Google) bernama Ole Kirk Christiansen. Awalnya kamu hanya penasaran, dan melihat gambar-gambar lego tersebut dengan senyum sederhana, tapi dari tatapan matamu, umi tahu mainan itu sangat menarik untuk dimainkan, sangat menyenangkan bila bisa mengkoleksi semuanya.