Sabtu, 15 Agustus 2015

Ayu Oktariani - at Youth Booklet #2 UNFPA Indonesia

UNFPA Indonesia Youth Booklet #2 in My hand
Apa yang sudah kita lakukan selama ini dalam hidup? Begitu sering pertanyaan tersebut muncul dalam benak kecil saya. Apakah saya sudah melakukan hal yang benar-benar bermanfaat bagi diri saya sendiri, dan orang di sekitar saya. I was think, yes i do something. tapi pertanyaannya.. apakah kemudian hal tersebut benar telah dirasakan manfaatnya oleh banyaka orang. Bukan hanya 'saya' yang merasa, ah saya udah ngelakuin sesuatu kok, tanpa berefleksi kembali, apakah yang kita lakukan sudah benar, dan sudah menciptakan sebuah kebaikan atau bahkan perubahan. I still questioning that in my mind. Hingga suatu hari, Anggraini Sariastuti yang kemudian saya tahu akrab dipanggil Ange ini, mengirimkan email kepada saya. Ange adalah UNFPA's Youth Advisory Panel di Indonesia.

Kamis, 13 Agustus 2015

Sebuah Kekuatan Maaf

sumber : google image
Hari itu jatuh pada 1 Syawal 1436 hijriah penanggalan umat Islam, masyarakat Indonesia menyebutnya dengan tradisi lebaran, dalam kitab suci Al-Qur'an disebut sebagai Idul Fitri. Sebelumnya, 30 hari lamanya, umat Islam menjalankan ibadah puasa. Makna puasa pun kemudian diartikan banyak oleh setiap insan. Namun secara hakiki, berpuasa yang dimaksud adalah menahan segala hawa nafsu, melatih diri untuk dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga makan dan minum yang tentunya dilakukan dengan sebuah hawa nafsu pun sebaiknya dihindari, termasuk segala aktifitas berbumbu nafsu, atau keinginan manusia. Tahun ini saya tidak berpuasa sebulan penuh. 6 hari karena rutinitas bulanan haid, dan 24 hari-nya karena kondisi tubuh yang tidak memungkinkan untuk berpuasa.

Sabtu, 08 Agustus 2015

Suara Pasien untuk Indonesia, Hari Hepatitis Sedunia 2015



dokumentasi Indonesia AIDS Coalition
Pagi itu, saya bersama sejumlah aktifis yang menamakan dirinya Koalisi Obat Murah berkumpul di halaman depan Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. Kegiatan kami bertajuk, Aksi damai Koalisi Obat Murah “Sofosbuvir, obat Hepatitis C untuk Rakyat” diikuti oleh kurang lebih 150 orang aktifis se-Jabodetabek.  Ratusan orang yang menggunakan kaos putih bergambar manusia dengan kondisi hati yang terkena Hepatitis C, meluncur menggunakan 3 buah bus, menuju 2 titik tujuan aksi, yakni Kantor BPOM di Jl. Percetakan negara dan Kantor Kementrian Kesehatan di Kuningan. 

Hari itu 28 Juli 2015, yang merupakan Hari Hepatitis Sedunia dijadikan momentum oleh kami, untuk meneriakan aspirasi rakyat akan pentingnya obat Hepatitis C yang aman bagi kesehatan dan Murah bagi rakyat. Masih dengan tuntutan yang sama yang saya tuliskan dalam petisi, yakni 1) Memasukan Sofosbuvir dalam mekanisme Fast Track di BPOM agar segera mendapat ijin edar 2) Memasukan Sofosbuvir dalam daftar Formularium Nasional agar bisa ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Kamis, 06 Agustus 2015

Hasil Test Darah yang Membahagiakan

sumber : google image
Another Bless Today. Beberapa tahun lalu, saya sempat kacau minum ARV dengan waktu yang tidak teratur. Bukan tidak diminum, tapi jam konsumsi yang tidak benar. Sehingga mengakibatkan kondisi kesehatan menurun, dan dokter menyatakan obat yg saya konsumsi sdh 5 tahun, akhirnya resistan di tubuh. sehingga virus kembali terdeteksi hingga 196.000 copy RNA/ml dan Jumlah CD4 yang turun drastis dari 790/31% ke 422/22%. (Please jangan dicontoh, rasanya sangat tidak menyenangkan harus sakit karena obat tidak bekerja di tubuh, akibat kelalaian diri sendiri).

I was sad, dan sangat menyesal. Saat ini Konsumsi ARV saya beralih dari jenis Zidovudine + Lamivudine (Duviral) dan Efavirenz menjadi Tenofovir, Lamivudine dan Aluvia. Setelah 3 bulan, Saya kembali memeriksa CD4 dan alhamdulilah kembali membaik 873/32%. What a Bless! thanks to my self atas kerjasamanya yang sangat baik!! saya merencanakan pemeriksaan HIV RNA kembali di akhir tahun.

Rabu, 05 Agustus 2015

Tentang Mencintai Sang Syukur

sumber gambar : www.namasteindiadyt.com
Saya Bersyukur. Sebuah rasa yang telah lama ada terpendam, namun kerap saya resapi maknanya. Ada banyak hal yang selalu saya syukuri dalam hidup, dan rasa syukur ternyata amatlah sederhana. Sesederhana menghirup udara di pagi hari saat terbangun, merasakan gemericik air saat hujan turun dan tetesnya menyentuh kulit, atau menikmati hangatnya mentari yang dapat mengerikan pakaian. Rasa syukur saya terus dan terus bertambah setiap hari. Disaat jutaan masalah datang mendera, ribuan caci dan cibiran mengenai perbedaan sudut pandang di masyarakat. Saya memilih mengabaikan energi negatif tersebut, dan meminta tubuh serta pikiran saya, untuk terus bersyukur. Mengapa? Karena dalam sebuah perasaan syukur, terdapat nikmat-nikmat luar biasa, yang tidak dapat saya ungkapkan dengan kata, namun terasa manfaatnya dalam kehidupan.

Disaat begitu banyak orang masih harus bergelut dengan persoalan HIV yang ada di sekitar mereka. Memelihara rasa khawatir tentang stigma dan diskriminasi HIV, tidak akan membantu. Saya memilih berdamai dengan itu semua. 6 tahun sudah saya berjanji pada sang empu tubuh, tidak akan menyakiti diri sendiri dengan stigma diskriminasi terhadap diri sendiri. Saya memilih menukar energi negatif menjadi sebuah tindakan penyembuh, yakni mendengar lebih banyak cerita, melakukan lebih banyak aksi, dan memberi lebih banyak peluk. Sehingga, setiap harinya, HIV tidak lagi menganggu saya. baik pikiran, perasaan atau raga, mereka semua telah berdamai dengan sang virus.