![]() |
sumber : pexels.com |
Pagi ini saya super galau, karena nilai pelajaran Matematika Malika yang jelek, sehingga harus mengulang ujian pagi ini. Padahal sebelumnya saya tidak pernah terlalu ambil pusing dengan berapa angka pada lembaran - lembaran kertas yang dibawa pulang oleh Malika dari sekolah. Jika nilainya bagus, artinya dia mampu mengerjakan soal dengan baik, hanya saja saya harus memastikan bahwa mampu saja tidak cukup, tapi dia harus paham apa yang dipelajari. Sebaliknya jika nilainya jelek, saya tidak pernah marah atau memberikan hukuman. Kami biasa meng-evaluasi dan melihat kembali, kenapa nilainya bisa jelek. Apakah ada kesulitan yang dihadapi Malika di sekolahnya. Tapi pagi ini berbeda, rasanya kesedihan saya bertambah - tambah karena saya merasa tidak mampu membantu Malika untuk dapat memahami pelajaran Matematika, which I hate so much since I was a kid.
Saya tidak ingin Malika seperti saya saat kecil, yang cenderung cuek terhadap apapun yang disuguhkan oleh guru di sekolah saya. Padahal jika saya ingat - ingat, sekolah tempat saya belajar masih jauh lebih baik daripada sekolah negeri tempat Malika menempuh pendidikan saat ini, yang kecenderungan guru - gurunya tidak begitu memperdulikan masing - masing individu. Harusnya saya bersyukur saat itu, tapi nyatanya saya termasuk ke kategori anak yang malas dan tidak suka dengan pelajaran di sekolah. Saya hanya ingin Malika jauh lebih baik dari saya, tidak harus berprestasi dengan menempati 10 nilai terbaik di kelas, atau memenangkan olimpiade Matematika. Saya hanya ingin Malika lebih baik dari saya.