Jumat, 03 Juni 2016

Perjalanan 60 Tahun Papa Di Hidupku

Kakek kesayangan Malika :)
Sejak kecil, aku selalu melihatnya sebagai pria yang sederhana. Ya, papa tidak pernah hidup dalam kemewahan. Pria tinggi kurus ini disebut-sebut oleh salah satu dokter tidak akan pernah bisa gemuk, entah kenapa saya tidak pernah tahu jawabannya. Aku sempat berfikir, itu pasti karena papa tidak pernah suka minum susu. 

Dia pribadi pekerja keras dan mau berjuang untuk keluarga. Meski memiliki anak-anak dengan latar belakang yang beragam merepotkannya, saya pikir dia selalu tidak pernah merasa kerepotan. Karena toh akhirnya, walau marah, walau letih, walau sedih.. dia akan selalu menjadi orang pertama dan terakhir yang membantu kami jika dihadapkan pada kesulitan.

Papa, sosok yang gak akan saya temui pada diri yang lain. Kesabarannya menghadapi saya anak yang selalu ngeyel ini, patut diacungi dua ribu jempol. Saya yang udah dikasih tahu berkali-kali, gak nurut, lantas ketimpa batunya.. at the end, pasti papa lagi yang bantu dan nolong saya keluar dari semua masalah dan persoalan itu. Sejak kecil saya tahu dia sebagai penggila otomotif, gak bisa lepas dari rokok dan kopi hitam, mau mengerjakan urusan-urusan domestik dan gak malu kerja apapun yang penting halal. Dear papa, tulisan ini merupakan ucapan terima kasihku.

Penggila Otomotif 
Papa yang kukenal sangat mencintai dunia otomotif. Sejak kecil hingga ku dewasa, dari wajahnya dia nampak bahagia sekali jika sedang ada di bawah kolong mobil. Berlumuran oli dengan menggunakan wearpack nya, mengutak utik kendaraannya (atau kendaraan temannya) yang mengalami kerusakan. Secangkir kopi dan sebungkus rokok, akan ada tidak jauh dari kolong mobil itu, nampak seperti sesajen yang wajib disediakan saat dia sedang membongkar mobil. Kecintaannya akan dunia otomatif mungkin tidak seperti kebanyakan pria dengan kocek milyaran rupiah yang bisa mengkoleksi semua mobil kesukaannya. Papa hanya bisa mengkoleksi majalah-majalah, mengetahui nama dan jenis mobil serta keluaran tahun berapa mobil tersebut, dan saat di era digital seperti ini papa senang sekali berselancar di dunia maya untuk melihat mobil-mobil lalu mencetaknya di kertas dan menempelkan gambar di ruang kerjanya. 

Aku diperkenalkannya dengan berbagai jenis kendaraan yang dibawanya pulang kerumah. Saat itu beliau beberapa kali bekerja dengan orang-orang yang memiliki kendaraan fantastik. Sang bos mengijinkan papa membawa kendaraan-kendaraan kerumah. Sehingga, untuk kali pertama kami bisa merasakan naik kendaraan mewah. Atau saat papa bekerja sama dengan salah satu kawannya dalam bisnis Jeep, aku juga kecipratan ikut merasakan seru dan kerennya naik Jeep Wilys. Papa cenderung suka mobil-mobil tua keluaran 60 dan 70 an, mobil sports dan motor-motor antik. Saya gak bisa menyebutkan jenis mobil tersebut karena (sayangnya) saya gak tahu dan memiliki pengetahuan otomotif seluas beliau.

Kopi Hitam dan Rokok
Baginya, kedua hal ini adalah wajib dihadirkan setiap saat. Seperti bayi yang harus menyusu pada sang ibu, papa pun keranjingan kopi hitam dan rokok. Hal ini sebetulnya sangat membuatku khawatir. Karena kopi sudah selayaknya air putih bagi papa, bangun tidur kopi, makan siang kopi, sambil bekerja kopi, sore sore kopi, menjelang malam kopi. Mungkin dalam sehari papa dapat menghabiskan 5-6 gelas kopi. And he only love kopi bikinan si mamah, romantis yak! ;)

"Kak, belikan Dji Sam Soe sebungkus.." lalu papa menyodorkan uang kepadaku. Dulu beliau selalu melakukan itu, jika tidak nitip untuk kubelikan, dia akan jalan sendiri ke warung atau ke toko terdekat rumah untuk membeli rokok tersebut. Sewaktu bekerja di Probolinggo, papa selalu pulang membawa setoples tembakau dengan kertas penggulungnya. Dan dia akan rutin meracik rokoknya sendiri. Setiap hisapan rokok, sepertinya memberikannya ketenangan. Dan tiap kami (anak-anaknya), akhir-akhir ini menegur beliau untuk mengurangi rokok yang sudah dihisapnya setengah usianya. Dia hanya berkata, "hidup mati itu kan urusan Tuhan". Duh papa, hingga kini saya masih berharap papa dapat berhenti merokok.

A loveable Father!
Apakah ada yang pernah lihat Foto Anjasmara menyisiri rambut anaknya? atau foto paparazi yang menunjukan kemesraaan David Beckham yang senantiasa memboyong Harper bayi-nya kesana kemari. Papa ku gak kalah sama Anjasmara dan Beckham Lho! I feel it when I was 12, saat pertama kali merasakan sakitnya menstruasi. Beliau datang menghampiriku dan bertanya "Sakit nak?". Mana bisa aku jawab, aku hanya mengangguk. Lalu papa kembali dengan termos berisi air hangat, kemudian diletakannya termos air hangat tersebut diatas perutku. Diusapnya dahiku hingga ku tertidur. Entah dia ingat kejadian itu atau tidak, namun hingga kini aku tidak pernah lupa. Bahwa papa lah yang mengajarkanku menyetrika kemeja dan Celana panjang (dua jenis pakaian yang menurutku paling sulit untuk disetrika saat itu). "Gini lho nak, caranya" lalu dia mempraktikannya padaku.

Tidak sungkan melakukan pekerjaan Domestik 
Ini salah satu hal yang paling kubanggakan dari Papa. Dia mau membantu mama merapihkan dan membereskan rumah, mencuci piring, menyapu dan mengepel. Apalagi saat mama masih bekerja dan papa baru pulang dari proyek tempatnya bekerja (maklum, saat itu papa pulangnya tidak setiap hari). Hingga kejadian menyetrika pakaian itu, aku jadi bertanya "Lho, memangnya kalau di proyek, papa nyuci dan nyetrika sendiri?" dan dia mengangguk. Aku ingat betul dia memberi tahu kenapa meja setrika ujungnya lancip, karena memang didesaign supaya bisa menggapai bagian2 yang sulit pada pakaian seperti kemeja.

Tidak pernah Malu Bekerja apapun yang penting halal :'
Hal lain yang membuatku belajar makna kehidupan adalah ini. Papa ku gak pernah malu kerja apapun, asal halal, asal gak ngerugiin orang lain, yang penting jujur dan bermanfaat buat anak-anak dan istrinya. Dulu, sejak kecil papa memang banyak kerja di luar kota. Ikut sama kakek, menjadi kontraktor, bangun jalan, gedung, kantor, hotel, dan lain-lain. Entah berapa banyak perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan kontraktor milik kakekku. Pada masa dimana nenekku sakit, papa mulai tidak bekerja keluar kota lagi. Terakhir itu dia bekerja di PLTU Paiton, di Probolinggo. Sejak itu papa berhenti tidak lagi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat tersebut. Dia mengawali karir diluar kontraktornya dengan membuka wartel dan warnet. Lalu papa juga sempat ngojek buat orang-orang di komplek. "kami sempat bertanya, papa gak malu?" dia cuma bilang, kenapa malu, kan halal nak. 

Yang gak pernah dia tinggalkan adalah kesukaannya ngoprek mobil, kecintannya akan otomatif dan kemampuannya sekolah di STM selama 3 tahun membuatnya sering dicari orang khususnya tetangga sekitar rumah, teman-teman dan keluarga jika kendaraan mereka mengalami kendala. Mulai dari ganti oli, benerin mesin dan lain-lain. Papa juga sering diminta mengantar keluarga atau kerabat yang meu berkeliling jakarta, atau keliling kota, karena papa memiliki kemampuan menyetir yang baik dan pengetahuan akan jalan alternatif. Hingga saat ini papa bekerja di kelurahan membantu kepengurusan surat-surat kependudukan seperti KTP, Kartu keluarga dan lain sebagainya. Jauh dari malu, papa malah bangga dan bahagia masih bisa bekerja, walaupun hasilnya tidak seberapa dibandingkan pekerjaannya dahulu.

***

Hari ini usianya menginjak tahun ke 60. Usia yang gak muda, rambutnya memutih dan keriputnya bertambah. Badannya gak sekece dulu, yang bisa kesana kemari dan tetap sehat. Sekarang makin sering sakit, tapi gak pernah mau diajak ke dokter untuk berobat. Pekerjaannya gak sejaya dulu bergelimang gaji yang bisa beli apapun yang dia mau, tapi dengan segala kesederhananaanya, beliau menunjukan kasih sayang seorang ayah yang tanpa batas.

Pak, Sugeng Tanggap Warsa.. 
Semoga Allah swt melimpahkan segala rahmatnya untuk mahluk sebaik engkau, hai Ayah.. terima kasih untuk segala kasih dan perjuanganmu untuk keluarga. Maaf untuk segala kenakalan anak perempuan ini yang kerap kali bikin Mama papa kesusahan.. Love you!!

2 komentar:

  1. wih, terharu. hohohoh. selamat ualng tahun ya buat ayahnya. sama kayak saya nih, penikmat kopi... sosok ayah emang sangat krusial buat putrinya ya. hmm, jadi sampai sekarang masih menjadi misteri kenapa gak bisa gendut ya?

    BalasHapus