Sabtu, 02 September 2017

The Boy in the Striped Pajamas [September Movie]

Sumber Gambar : Miramax
Film ini direkomendasikan oleh kawan saya, Ardi Azwandi atau akrab saya panggil Koy. Thank ya Koy, sebenernya sudah lama sekali melihat poster film ini di Iflix, tapi saya malah hanyut sama film tentang drama percintaan. Hahahaha. Anyway.. film ini berlatar belakang Jaman Nazi di era tahun 1930-an, Diadaptasi dari buku dengan judul yang sama kayra John Boyne. Kayaknya saya harus beli bukunya deh. Dan film ini Released pertama kali pada tahun 2008 di Inggris, saya baru nonton 9 tahun setelah film ini pertama kali muncul. Tapi percayalah gak pernah ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu. Lets starts yuk!

Bruno adalah anak seorang prajurit Nazi bernama Ralf, dia tinggal di Berlin Bersama sang ibu dan kakak perempuannya di Berlin, jerman. Pada suatu hari, Bruno mendapati sang ayah mendapatkan promosi jabatan dan mengharuskan mereka sekeluarga pindah dan meninggalkan rumahnya serta teman – teman yang sudah membuatnya nyaman. Kepindahan tersebut akan berlangsung selama peranng, dan mereka baru akan kembali setelah perang berakhir. Bruno Nampak sangat tidak senang, ada kekecewaan terpancar di matanya saat dia mengetahui mereka akan pindah mengikuti sang ayah pergi berperang.

Bruno, Gretel & Elsa sang Ibu
Rumah baru mereka sangat suram dan gersang, terletak di dalam hutan dikelilingi pagar tinggi dan dijaga oleh prajurit lainnya. Sangat kontras perbedaan dengan rumah mereka sebelumnya yang berada di tengah kota, begitu nyaman dengan ramainya tetangga di sekeliling. Rumah baru ini terasa seperti penjara di tengah – tengah hutan bagi mereka anak – anak yang biasa bersosialisasi dengan banyak orang di sekitar. Namun Bruno adalah anak yang cerdas, hari pertama mereka tiba di rumah itu, dia tahu dari kejauhan ada sebuah peternakan dan ada banyak sekali orang – orang dan anak – anak disana. Padahal, yang Bruno lihat bukanlah peternakan, melainkan sebuah kamp konsentrasi yang semua orang Yahudi. Mereka disana menggunakan Piyama dengan motif garis, dan salah satu diantara mereka bekerja di rumah keluarga Ralf.

Dia adalah seorang pria tua bernama Pavel, yang kerap diperlakukan dengan tidak pantas sebagai budak, padahal Pavel adalah seorang dokter. Bruno tidak diperkenankan untuk berbicara dengan Pavel, namun dalam satu kesempatan Bruno bisa pergi ke halaman belakang rumah mereka, tempat dimana Pavel tinggal. Disana terdapat jendela yang cukup besar, untuk dirinya bisa keluar dan bereksplorasi. Yup, Bruno sangat suka sekali berpetualang. Perjalanan keluar dari jendela tersebut merupakan pengalaman pertamanya keluar kea lama terbuka, dan tidak disangka.. petualangannya sampai kepada pagar pembatas kamp konsentrasi. Disana, dia bertemu dengan seorang anak laki – laki bernama Shmuel. Shmuel mengenakan pakaian yang sama dengan Pavel, sebuah piyama bermotif garis.

Bruno dan kakak perempuannya Gretel tidak bisa pergi ke sekolah Karena alasan yang dirahasiakan oleh sang ayah. Namun mereka mendapatkan tutor pribadi bernama Herr Liszt, yang akan datang kerumah mereka setiap 2 kali dalam seminggu.  Sang Tutor mengajarkan mereka tentang nilai – nilai yang dipahami dan harus dilaksanakan oleh kelompok Nazi, bukan pelajaran umum seperti yang mereka terima di sekolah melainkan doktrin – doktin memahami paham bela negara ala Nazi, dan bagaimana pandangan nazi terhadap kelompok Yahudi.

Bruno dan Shmuel
Pertemanan Bruno dan Shmuel terjalin setiap harinya saat Bruno diam – diam selalu keluar dari jendela rumah Pavel menuju pagar pembatas antara kamp konsentrasi dengan hutan. Bruno kerap kali bertanya pada Shmuel tentang kenapa dia harus mengenakan piyama bermotif garis dengan angka di dada kirinya? Apakah Shmuel diperbolehkan keluar dari pagar pembatas? Dari pembicaraan mereka, Bruno akhirnya mengetahui beberapa hal seperti Shmuel tidak bisa bermain seperti dirinya, tidak mendapatkan makanan yang cukup sehingga Bruno sering membawakan makanan, Bruno berusaha mengajaknya bermain, tapi Shmuel selalu menolak, dia mengatakan terlalu berbahaya jika para prajurit mengetahui Shmuel bermain.

Sejumlah kejanggalan dari kamp konsentrasi Yahudi tersebut mulai dirasakan oleh Bruno. Seperti dia melihat ada kepulan asap hitam dari dua buah cerobong tinggi, kepulan asap tersebut mengeluarkan bau yang sangat tidak enak. Dan tanpa sengaja, salah satu prajurit yang menjaga rumah Bruno menyampaikan secara tidak langsung kepada Elsa ibu Bruno, bahwa itu adalah asap dari Orang – orang yahudi yang dibakar. Elsa, sang ibu merasa geram Karena mengetahui hal tersebut dan menyampaikan kekecewaannya pada sang suami Ralf. Namun semua hanya sebuah kesia-siaan. Kini hubungan Elsa dan Ralf merenggang Karena Sang istri merasa apa yang selama ini dikerjakan oleh Ralf merupakan sebuah kesalahan besar dan dapat memberikan dampak buruk bagi keluarga mereka. Maka sejak itu sang ayah memutuskan, Elsa dan kedua anaknya akan dipindahkan ke tempat yang lebih aman dan pantas untuk Bruno dan Gretel bermain.

Saat Bruno hendak mengucapkan perpisahan, Shmuel bercerita bahwa dia tidak melihat ayahnya di sekitar area kamp. Dan datanglah ide gila dari keduanya untuk mencari sang ayah Bersama – sama. Shmuel akan meminjamkan salah satu piyama bermotif garis yang dia miliki, dan Bruno akan memakainya. Mereka akan menggali tanah di pagar perbatasan kamp agar Bruno bisa masuk ke dalam area tersebut.

Shmoel dan Bruno saat berada di Kamp
Memasuki area kamp, Bruno terlihat sangat bersemangat. Dia mengenakan piyama bermotif garis milik Shmuel dan menggunakan topi agar tidak terlihat rambut panjangnya, Karena semua tahanan di kamp dipangkas habis rambutnya. Petualangan Bruno membantu Shmuel mencari sang ayahpun dimulai, mereka telah berada di dalam kamp konsentrasi dan berkeliling di sekitar. Keanehan – keanehan yang ada di dalam kamp terlihat lebih jelas di mata Bruno, dan semuanya diluar ekspektasinya. Bruno yang malang, dia hanya ingin bermain, memiliki teman, membantu orang lain malah ditimpa kemalangan.

Saat Bersama Shmuel berada di salah satu barak, bersamaan dengan perintah para pasukan Nazi untuk memusnahkan semua penghuni barak tersebut. Maka Bruno dan Shmuel yang tidak sempat keluar, terbawa oleh arus seluruh manusia yang berada dalam barak tersebut. Mereka berjalan beriringan menuju sebuah tempat, mereka diminta membuka semua pakaian dan masuk kedalam sebuah ruangan dan ditutup oleh pintu besi. Inilah tempat dimana Bruno pernah menyaksikan asap hitam dengan bau tidak sedap mengepul dari dua buah cerobong. Tempat dimana akhirnya petualangannya berakhir.

***

Salah satu pakaian tahanan di Kamp
Hela nafas dulu.. kesal.. sedih dan ga terima. Meskipun sejak awal saya membayangkan bagaimana ending film ini tidak akan bahagia. Tapi saya kemudian membayangkan secara lebih luas, pada era Hollocaust dimana pembunuhan secara masal dilakukan oleh kelompok Nazi pada Enam juta kelompok Eropa Yahudi.

Film ini sangat tidak saya rekomendasikan kepada anak – anak. Jika ada kelompok usia remaja, sebaiknya didampingi oleh orangtua. Film dan buku ini juga mendapat kritikan yang sangat keras dari banyak kalangan Karena menggambarkan kekejaman yang dilakukan kelompok Nazi. 

Dengan membaca sejarah kita dapat memahami bahwa sejak jaman dulu, tindakan tidak manusiawi yang dilakukan oleh manusia telah banyak dilakukan oleh sekelompok orang, salah satunya di Indonesia. Tapi kebanyakan orang tidak mau membuka mata, dan memilih untuk lupa.

Beberapa referensi bacaan sesudah menonton film ini :
* Sachsenhausen concentration camp
* The Holocaust

Since It’s not a good ending anyway.. I will review another movie with a sweet ending maybe, its not good for your mental health if watching this kind of movie too much. Thanks for reading today Movie review! I love you all.. let peace be upon us all :)

6 komentar:

  1. Weleh seru ceritanya tp nangis sesudahnya.sejarah kelam dunia yah 😰

    BalasHapus
  2. Film paling suram yang pernah kutonton. Now that stripped pajamas makes me sad :'(

    BalasHapus
  3. Scene paling sedih waktu Bruno dan Smuel masuk ruang asap :'(

    BalasHapus
  4. Ya Allah, belum nonton filmnya udah kebayang endingnya. Duuh sediih ngingat nasib Bruno. Jadi pengen nonton filmnyaaa.

    BalasHapus
  5. Waduh, siap-siap tissue yang banyak ini kayaknya nonton nya :)

    BalasHapus
  6. Aku baca bukunya dan nangiis huhu...

    BalasHapus