Jumat, 29 Desember 2017

Kulineran sama Kak Iis di Makassar

sumber : google
Ini bukan kali pertama saya ke Makassar, tepatnya ini yang ke 3 kali saya menginjakan kaki di salah satu kota di Indonesia yang cukup terik mataharinya. Sama seperti 2x kunjungan saya sebelumnya ke Makassar, kali ini masih dalam rangka bekerja, bukan liburan bersama keluarga. sedih yak, iyak. jadi kalau banyak teman yang sering melihat postingan travelling saya, sebenernya itu mah perjalanan yang cukup mempriatinkan, salah satunya karena saya gak bisa mengajak anggota keluarga. Bukan karena gak boleh juga sih mengajak anggota keluarga, tapi lebih kepada we have no cost for this trip, so its pure fore work. Ok, back to Makassar.

Yang saya kenal dari kota ini ada 3 hal, pertama kota nya panas (disini sepertinya matahari bersinar lebih terik). Yang kedua Makassar adalah kota kuliner yang makanannya cuma Makassar yang punya, dan yang terakhir kota dengan Bahasa yang unik. Sehingga setiap kali ada undangan kegiatan di Makassar, yang harus dipersiapkan adalah kaca mata dan sunblock, serta kocek supaya kita ga sedih karena ga bisa jajan. Hahahaha, iya kan, masa iya kita mau melewatkan kuliner - kuliner enak di Makassar.

Whiz Prime Hotel
Saya tiba Makassar pada tanggal 15 November. What? pergi nya bulan November kok ya baru di update tulisannya bulan ini. Hahahaha ya begitulah, suka sebel emang sama diri sendiri. Suka males nulis padahal banyak waktu, atau kadang kadang suka sok sibuk dan sok sok an ga ada waktu untuk nulis. Padahal mah memang satu alesannya, malas. Nah, tiba di Makassar itu pagi pisan, karena semenjak tinggal di Bandung saya selalu minta pesawat yang direct dari Bandung langsung ke kota tujuan. Dan rata - rata, penerbangannya dari Bandung ke beberapa kota di Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan selalu pagi sekali jadwalnya. Sehingga sekitar pukul 10 saya sudah mendarat dengan manis di Makassar dan melanjutkan perjalanan pertama yakni dari Bandar Udara Internasional Sultan Hassanudin, menuju hotel tempat saya menginap yaitu Whiz Prime Hotel Jl Sudirman.

Waktu yang di tempuh dari bandara ke hotel tidak begitu lama, kurang dari 30 menit. Saya naik taksi bernama Bossowa, yang menggunakan Argo. Kurang lebih (kalau saya gak salah ingat) biayanya sekitar seratus ribu lebih sudah termasuk dengan biaya parkir bandara dan masuk tol. Jadi harus selalu ingat untuk menyiapkan uang cash selalu untuk transportasi. Tadinya saya berencana mau naik taksi online, entah grab atau gojek karena di Makassar sudah  tersedia. Tapi ternyata sama seperti di Bandung dan beberapa kota lain, polemik keberadaan armada online ini masih menjadi tantangan.

Tiba di Hotel, saya mati gaya abis ga tau mau ngapain. Bukannya gak punya teman atau ga tau mau kemana, tapi ya bingung aja baru sampe. Lalu saya mengabari suami saya dan bilang padanya, saya binguunggg sendiriannn. Karena kegiatan yang akan saya jalankan baru dilaksanakan besok pagi, sehingga saya punya waktu cukup panjang untuk jalan - jalan dan makan - makan. Bahagianya punya suami yang baik hatinya dan banyak kawannya, karena pada akhirnya salah seorang kawan suami yang memang berasal dari Makassar, di hubungi olehnya untuk menemani saya cari makan dan jalan jalan.

Singkat cerita akhirnya Kak Iis (tanpa Dahlia, dan adalah seorang pria), menjemput saya di Prime Hotel dan mengajak saya ke destinasi pertama untuk makan. Tempat pertama yang kami sambangi ini bernama Sop Saudara Hj Sapri, terletak di Jalan Tentara pelajar.  Ternyata restoran kecil ini punya saudaranya kak iis, hahaha dan saya gak perlu bayar. Entah dibayarin kak iis atau privilage keluarga yang punya slot makan gratis ditempat itu. Karena baru tiba dan lapar, tapi jaim karena pergi dengan orang baru, akhirnya saya hanya satu porsi saja, lalu menyesal. Tempatnya tidak besar, namun ramai berdatangan tamu yang sepertinya para pekerja di sekitaran area situ yang mencari makan siang. Selesai makan Sop Saudara, kami melanjutkan ke tempat selanjutnya. Yang kalau kak iis bilang, "ayo yu, kita cari dessert!".

Saya dan Kak Iis
Tibalah kami di lokasi kedua, yang bernama Warung Bravo yang terletak di Jalan Andalas. Disana sebenernya tidak hanya menjual dessert seperti yang disampaikan kak Iis. Ada juga lho makanan berat seperti nasi dan lauk pauk lainnya, tetap masih khas Makassar. Tapi karena kami mencari pencuci mulut, maka yang kami pesan adalah Pisang Ijo! yeay, salah satu makanan favorit saya yang sejak pertama kali saya icipi, saya langsung jatuh cinta :) Saat semangkuk pisang hijau datang ke meja saya, yang saya lakukan adalah memotret makanan lezat itu dan mengirimkannya pada suami saya supaya dia kabita (read : kepengen).

Sudah kenyang timbulah kantuk, tapi karena ga kepengen langsung balik hotel karena masih ga tau mau apa. Akhirnya saya ikutlah kak Iis berkeliling ke beberapa tempat karena dia ada beberapa pekerjaan. Menjelang sore, kak Iis mengantarkan saya kembali ke Hotel untuk beristirahat karena kekenyangan, ngantuk dan Happy. Lalu malamnya kami janjian untuk nongkrong bersama teman - teman di Makassar di salah satu tempat yang tidak jauh dari hotel. So as simple as sleep and take a rest, lalu bangun lagi untuk pergi keluar lagi. Aku sudah tidak matgay, Yeay!

Novi, Iqko, saya, Nunu, Ryan, Daeng Ancu dan Kak Iis

Malamnya kak Iis kembali menjemput saya, untuk berlanjut menuju sebuah kafe yang letaknya gak jauh dari Prime hotel Jl Sudirman. Nama kafe nya Mark Trees, disana kami hendak bertemu dengan dua orang kawan yang cukup famous di kalangan blogger dan penggiat industri kreatif di Makassar.

Mereka adalah Iqko sang Tuan Beruang dan Daeng Ancu atau yang sering disebut sebut Lelaki Bugis! Ternyata dari hanya berempat kemudian datanglah lagi tiga orang yakni Ryan dan dua orang temannya Novi dan Nunu. Kalo Ryan mah udah ga di sangsiin deh, se Makassar sepertinya kenal dia ya, kalau saya kenal Ryan dari twitter dan pernah ketemu sebelumnya, tapi dua orang kawannya yang lain baru kenal hari itu. Apa aja yang kami obrolin malam itu, almost many things ya. Tapi ya itulah esensi nongkrong ala orang Indonesia, Nongkrong is a word for sitting talking and generraly doing nothing. Setelah nongkrong saya kembali ke hotel untuk beristsirahat, dan menyiapkan diri untuk kegiatan besok.

Ryan, saya, Daeng Ancu dan Kak Iis


Bangun pagi cukup malas, padahal semestinya saya bergegas karena kegiatan tidak dilaksanakan di hotel melainkan di Dinas Kesehatan provinsi yang terletak cukup jauh, hampir dekat ke Bandara dan dekat sekali dengan Universitas Hassanudin. Dan sialnya, (duh Ya Allah Gusti hambamu ini sungguh ga pernah bersyukur) pagi itu Makassar dilanda hujan yang begitu derasnya. Sehingga, pagi itu kami harus menguatkan diri untuk gak mager, beruntung dari pihak dinas kesehatan ada yang menjemput dengan kendaraan milik dinkesprov. Dari pagi hingga sore hari saya berada di dinkes untuk mengadakan workshop tentang keterlibatan pasangan dalam program penanggulangan HIV (which I'm not gonna share in this article, panjaanggg). Saat sore menjelang, saya udah ga sabar pengen buru -buru balik ke hotel karena Kak Iis akan kembali mengajak saya makan makanan enak dan nongkrong ala orang Indonesia.

Ngomongin soal kak Iis, siapa sih dia nih kok mau aja ya nganter - nganter saya. Hahahaha, Hai kak Is, makasih ya untuk November di Makassar yang menyenangkan. Jadi dia nih temen suami saya di industri pakaian, pada jamannya ya mereka sama sama beberapa kali bekerja bersama antara anak muda Bandung dan Makassar. Sekarang, mostly they do PALUGADA works, apa lu mau gue ada. Nah, ini adalah salah satu hal baik yang say apelajari dari suami, always be good people jangan nyakitin dan ngerugiin orang lain karena kau akan punya banyak kawan dan saudara dimanapun kau berada. Nah kak Iis adalah salah satunya :)

Saya dan Daeng Ancu di Kafe Ujung
Destinasi malam kedua adalah makan Pallubasa di Jalan Serigala, OMG this is one of the greatest food on earth which I cannot explain how delicious the food is. Ini kali kedua saya makan disini dari tiga kali kunjungan ke Makassar. Karena sudah memimpikan Pallubasa dari sebelum berangkat ke Makassar, maka saya gak menyia-nyiakan kunjungan ini.. I order two bowls of  Pallubasa! Hahaha, dan gak lupa memotret foto sebelum makan ngabibitain suami dirumah yang juga sudah begitu lama memimpikannya.

Seusai kekenyangan makan Pallubasa pakai emping, kami melanjutkan jalan - jalan malam. Kak Iis mengajak saya ke Pantai Losari hanya sekedar lewat karena ternyata sedang ramai dan gak jadi gak enak buat nongkrong. Akhirnya pilihan nongkrong jatuh pada satu tempat yang cukup terkenal di Makassar, yaitu Kafe Ujung di Jalan Somba Opu. Eh sampe sana, kami malah ketemu lagi sama Daeng Ancu!

Nah, Kafe Ujung ini ternyata memang bukan hanya kafe yang menyuguhkan kopi terbaik di Makassar, tapi juga sebagai pusat oleh - oleh, meskipun tempat sangat kecil tapi sangat terkenal lho. Disana, saya gak pesan kopi hahaha kebiasaan ya ga gitu senang kopi.. saya pesan ice cokelat dan beli sebungkus kopi untuk oleh oleh mentor menulis saya Jia Effendi. Kafe ujung menutup kulineran saya di Makassar, karena esok harinya setelah satu hari kegiatan lagi saya langsung kembali ke ke Bandung. Yang selalu saya senangi dari setiap trip semacam ini, there's a lot of new experience on food, friendship and knowledge about new culture!

Di perjalanan Makassar bulan November 2017 kemarin ini, saya sangat berterima kasih kepada pihak Kementerian Kesehatan dan Ikatan Perempuan Positif Indonesia. Karena tanpa mereka saya gak akan nyampe ke Makassar (lagi untuk ketiga kalinya), dan terima kasih kak Iis for the tour and taking care of me while in Makassar. Saya berdoa, semoga tahun depan saya bisa kembali ke Makassar bersama pak suami dan Malika untuk Ho Li Day! Would you say Amen for us? Aminnn! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar