Minggu, 01 Maret 2015

[Review Buku] Torehan 'Rindu' Oleh Tere Liye

Ada 3 alasan saya membeli buku ini. Yang Pertama karena saya mengkoleksi karya karya 'tere Liye' sejak lama, jadi gaya bahasa, serta caranya mengajak para pembaca larut dalam setiap kisahnya, membuat saya selalu penasaran. Kedua karena judulnya kali ini sangat singkat, Rindu. Awalnya saya berfikir novel ini akan sangat drama dan melankolis. tapi ternyata saya salah, dan anda para penggemar baca, harus membuktikan juga bahwa novel ini pantas untuk dibaca. yang ketiga, karena banyak sekali orang membicarakannya, plus.. di beberapa toko buku, novel ini ada di deretan best seller. so, what any reason that I should think, i just buy it and starts to read it!

Gambar dari codinglicious.blogspot.com
Sebelum bercerita tentang Rindu. Siapakah Tere Liye? Bernama lengkap Darwis Tere Liye, penulis yang awalnya saya sangka adalah seorang perempuan ini adalah pria berkebangsaan Indonesia yang sudah memiliki banyak karya. Saya penasaran saat melihat sebuah film 'Hafalan Shalat Delisa' yang sangat digemari Malika anak saya, ternyata diadaptasi dari sebuah buku karya beliau. Bagi siapapun yang sudah menonton film tersebut, akan penasaran, seperti apa gambaran kata kata dalam bukunya. Sejak itulah saya mengenal Tere Liye. dilanjutkan ke buku buku selanjutnya seperti, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Bumi, Sepotong Hati Yang Baru, berjuta Rasanya, Ayahku (Bukan) Pembohong, serta Serial Anak anak Mamak (Pukat, Burlian, Amelia dan Eliana). Saya selalu lupa menuliskan resensi buku setelah membaca semuanya. Maka Buku 'Rindu' yang merupakan buku Tere Liye yang ke 10 yang saya miliki, saya pastikan saya tuangkan ke dalam blog saya.

Tak pernah menyangka bahwa membaca buku ini,  membawa saya larut dalam perjalanan 'Blitar Holland' sebuah kapal uap milik Perusahan Logistik dan transportasi asal Belanda yang memiliki panjang 136 meter dan lebar 16 meter buatan Eropa tahun 1923. Bukan hanya terbawa arus laut yang kencang, namun saya larut dalam nilai nilai yang muncul di setiap kisah, tokoh tokoh yang berlayar jauh bersama Blitar Holland. Kapal ini berangkat dari Fort Rotterdam, Makassar pada 1 Desember 1938, dan dari sana kisah itu dimulai. Meski saya tidak akan menuliskan kembali setiap kata dalam 'Rindu' namun saya akan menggaris bawahi pelajaran apa yang saya dapat dari novel ini.

Pada sosok Daeng 'Andipati' saya menemukan kasih sayang seorang Ayah yang belajar untuk memaafkan dirinya sendiri di masa lalu. Memiliki keluarga yang (kelihatannya) bahagia, bukan berarti seseorang tidak memiliki masa lalu yang kelam. Begitu seperti biasa dalam kehidupan. Seseorang berusaha melupakan, menghapus, dan berlari meninggal sang 'masa lalu' tanpa dapat berdamai dengannya. Namun banyak yang tidak pernah menyangka, Masa Lalu akan selalu ada menjadi bagian dari kehidupan kita, dia akan dapat datang dan pergi sesuka hatinya , memunculkan wajah wajah duka dan bahagianya di hadapan wajah kita. Maka saat kita tidak dapat menerimanya, berdamai dengannya, saya tidak dapat membayangkan reaksi kita saat bertemu kembali dengannya, disaat yang sama kita berusaha lari dari sang Masa Lalu. Daeng 'Andi' mendapatkan jawabannya bersamaan dengan perjalanan di Blitar Holland.

Gurutta 'Ahmad Karaeng' merupakan sesosok tua yang amat arif dan bijaksana. Kecintaannya terhadap Tuhan dan agama-nya tidak lantas membuatnya dirinya menjadi sosok yang kebal akan kesalahan, tidak membuat dirinya menjadi seorang yang congkak dan sombong, karena merasa lebih tua dan lebih  paham akan nilai nilai keagamaan yang dianutnya. Sebaliknya, sosok Gurutta, seperti magnet yang menarik setiap siapapun untuk menghormati dan mengaguminya, karena kerendahan dan kebaikan hati-nya. Gurutta yang awalnya saya pikir merupakan sosok sempurna tanpa cela, ternyata sama memiliki kisah pilu yang kemudian diikhlaskannya, untuk kemudian dia belajar mencintai apa yang Tuhan beri kepadanya. Kebanyakan orang termasuk saya, selalu menyalahkan Tuhan, menyalahkan alam semesta serta diri sendiri dan orang lain, saat kita tidak berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan. Atau bermimpi menginginkan sesuatu dan mengharapkan dengan rasa lebih, namun tidak berhasil didapat, lalu hancur perlahan oleh rasa yang besar itu. Gurutta mengajarkan saya untuk bersyukur. Bersyukur atas segala bentuk nikmat yang kita miliki saat ini. Perasaan bahagia, sedih, marah, bahkan rindu, yang dinikmatinya dengan rasa syukur.

Lewat 'Ambo Uleng' saya belajar dari jawaban yang didapatnya di Blitar Holland. seseorang dengan hati yang luar biasa, lantas mengecilkan dirinya, karena masa lalu yang membuatnya merasa dia bukanlah siapa siapa.  Sama seperti Andi dan Gurutta, Ambo Uleng mengajak kita semua para pembaca untuk belajar memaafkan, belajar menatap kedepan, namun tidak meninggalkan masa lalu. Belajar mencinta apa yang kita miliki saat ini. Ambo uleng juga mengajarkan, bahwa, tidak ada gunanya seorang yang berpendidikan tinggi, memiliki kemampuan besar untuk melakukan sesuatu, namun tidak memiliki kerendahan hati serta niat yang mulia. segala kemewahan dan kemampuan besarnya akan hancur perlahan dengan kesombongan. Kerendahan hati lah yang membawa Ambo Uleng menjadi sosok yang sangat dibutuhkan masyarakat disekitarnya, walau harus belajar berdamai dengan masa lalu.

Satu sosok yang membuat saya tak kalah kagum, dan mendapatkan banyak nilai kehidupan. Dia adalah Bonda 'upe' atau seorang perempuan yang memiliki nama ling ling. Seorang guru ngaji dengan rasa sayang yang luar biasa kepada seluruh muridnya, siapa yang pernah menyangka bahwa Bonda Upe dulunya adalah seorang penjaja jasa penikmat nafsu. Upe, yang memiliki masa lalu yang sungguh kelam serta menyedihkan, bukan hanya berusaha lari dari masa lalu-nya, dia berusaha menguburnya dalam dalam, sehingga kemanapun dirinya melangkah, Sang 'ketakutan' selalu menghantuinya. Dalam perjalanannya dengan sang suami, menggunakan Blitar Holland menuju tanah suci Mekkah, Bonda Upe mengingatkan saya bahwa seorang manusia tetaplah manusia, yang akan berdarah jika terkena pisau, yang akan basah jika terkena tetes hujan, yang akan menangis saat kesedihan melanda, yang memiliki masa lalu, sama seperti siapapun yang hidup di masa kini.

Setelah 2 minggu lamanya saya membaca Rindu, dan sukses membawa saya bertanya tanya dan mencari jawaban. Tere Liye mengajak kita kembali menyadari bahwa sehebat apapun kita, kita hanyalah seorang manusia. Namun manusia seperti apa kita, kitalah yang mampu menentukan langkah serta manfaat kita di mata manusia lainnya, serta tentunya di hadapan sang pencipta. Nah, bagi siapapun yang sedang mencari jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang sering muncul dari dalam dirinya, Rindu mungkin dapat membantu anda semua. Sangat saya rekomendasikan untuk membacanya dan memilikinya untuk menjadi bagian dari perpustakaan anda dirumah.

6 komentar:

  1. Tere Liye itu cowok..??? aku kira juga perempuan :D

    BalasHapus
  2. NAHH!!

    hahahaha... setelah punya 5 buku-nya aku jadi kepo siapa Tere Liye ini.
    ternyata beliau adalah seorang pria, mbak :D

    BalasHapus
  3. Rindu yang tak kunjung berakhir :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. salah satu kalimat yang tepat untuk melukiskan rindu dalam buku ini :)

      Hapus
  4. Aaaa, Tere Liye emang penulis favoritkuu! Tere Liye emang jago banget mencuri hatiku lewat karya karyanya :D

    BalasHapus