Kamis, 08 November 2018

Tiga Puluh Enam Tahun Si Pria Hujan

Kemarin adalah hari dimana semua bermula. Laki- laki itu dilahirkan ke dunia untuk kemudian dipertemukan alam semesta denganku. Laki - laki yang setiapku bernafas, dia ada di dalamnya. Kadang dia membuatku sesak karena sedih dan kemarahan yang membuncah. Tapi lebih sering lagi rasa rasa serupa rindu berwarna - warni yang terbang seperti kupu kupu mengelilingi mimpi mimpiku.

Laki laki itu sudah mati sembilan tahun yang lalu. Mati karena negara tidak memberikan tindakan pencegahan berupa bahaya narkoba pada zamannya hidup. Laki laki itu mati karena sistem tidak bisa menyelamatkannya dari virus HIV yang perlahan lahan mengambil peran kekebalan tubuh dan menghancurkannya perlahan. Laki laki itu mati namun dia selalu hidup di dalam kepalaku.

Kematian laki laki itu menjelma sebagai sebuah energi misterius yang selalu hadir di saat saat tersulit hidupku. Kadang dia datang hanya untuk memelukku dan membisikan bahwa semua akan baik baik saja, bahwa aku akan baik baik saja, bahwa aku mampu menjalani semuanya meskidia tidak lagi dalam bentuk raga. Kematian laki laki itu menjelma menjadi udara yang mengelilingiku dan memberiku nafas. Kematian laki laki itu membawaku pada perjalanan panjang yang membuatku selalu haus akan rindu dan keabadian sebuah ikatan.

Kemarin laki laki yang sudah mati itu dilahirkan tiga puluh enam tahun lalu. Kelahirannya memaksa alam semesta membuat garis biru yang terhubung dengan garis kehidupanku. Kelahiran laki laki itu, merubah garis kehidupanku dan membuatnya menjadi berwarna. Kelahirannya merupakan awal sejarah dari sebuah kehidupan seorang gadis kecil yang kini telah berusia sebelas tahun.

Tapi tetap saja kini laki laki itu sudah mati. Mati meninggalkan kami dalam kubangan kenangan dan mimpi mimpi indah bersama. Meninggalkan kami dalam kerinduan yang sering membuat dadaku sakit dan leherku tercekik. Dia meninggalkanku dalam keterpaksaan untuk menjadi seorang yang kuat.

Sembilan tahun sudah, dan aku masih merindukannya. Entah apa yang sedang dilakukannya di atas sana. Apakah dia berbincang dengan tuhan tentang apa yang senang kami lakukan di bumi semasa dia hidup, apakah dia berbincang dengan tuhan tentang bagaimana aku sangat mencintainya, dan bagaimana dia mencintaiku. Apakah dia sedang berbincang dengan Tuhan untuk memberiku sedikit bonus berupa mimpi agar dapat sesekali memandang wajahnya dikala hujan atau disaat ku sakit.

Remembering Betsi,
7 November 1982 - 21 Maret 2009

he is just away, with a cherry smile and wave of the hand
he was wondered into an unknown land
and left us dreaming how very fair it needs must be, since he lingers there
his body might leave us 
but his soul live forever

Tidak ada komentar:

Posting Komentar