Sabtu, 30 Agustus 2014

Mengukir Sejarah di Konferensi Internasional AIDS Melbourne


Pesan Elektrik Mengejutkan | Pada tanggal 18 Oktober 2013, Saya menerima pesan elektronik dari Susan Paxton. Susan merupakan aktifis HIV AIDS Perempuan dari Australia, merupakan salah satu sosok perempuan yang saya idolakan karena kegigihan dan semangatnya yang tinggi dalam berjuang untuk isu perempuan dengan HIV, walaupun usianya yang sudah tidak muda lagi. Kembali ke pesan elektronik yang saya terima. Dalam pesan tersebut, secara tidak resmi Susan mengatakan bahwa saya akan mewakiliki komunitas HIV AIDS untuk bicara dalam pembukaan konferensi Internasional AIDS di Melbourne, Juli 2014 mendatang. Rasanya sungguh tak percaya sampai saya menerima surat resmi dari panitia lokal konferensi mengenai hal tersebut beberapa bulan kemudian, tepatnya tanggal 13 Januari 2014.

Sumber : Pribadi
Penyusunan Konsep Pidato | Perasaan campur aduk sontak saya rasakan detik itu juga. Antara bangga yang luar biasa, sampai tidak bisa berkata kata, sekaligus haru, membayangkan saya berada di hadapan ribuan orang dari berbagai belahan dunia, dan menyampaikan pesan yang akan diingat atau bahkan mungkin akan menjadi panggilan bagi mereka untuk melakukan sesuatu. 

Hingga email tersebut saya terima, saya langsung memulai proses penyusunan konsep pidato yang akan saya bacakan tersebut. Meminta masukan dari banyak pihak, mulai dari komunitas di Indonesia, Jaringan Populasi Kunci, Ikatan perempuan Positif Indonesia, juga rekan rekan muda di Asia Pasifik, YouthLEAD. Masukan juga kemudian saya dapatkan dari banyak pihak yang secara individu memberikan saya semangat dan motivasi, bahwa ini dapat menjadi momentum besar dalam kehidupan saya, dan juga akan memberikan dampak besar bagi banyak orang yang hidup dengan HIV.

Proses, Persiapan dan Perjalanan menuju melbourne | Sayangnya , kegiatan konferensi ini berlangsung di bulan Ramadhan, dimana seluruh umat muslim menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk. sedangkan saya yang berangkat ke Melbourne selama 10 hari akhirnya memutuskan untuk tidak berpuasa selama berada disana, karena masalah makanan dan cuaca yang tidak mendukung. huhu maafkan.. selain daripada itu, proses persiapan menuju Melbourne syukurnya berjalan dengan lancar. urusan Visa dan travel insurance, serta persiapan barang barang penting yang akan melindungi saya dari hawa dingin di sana.jadi persiapan seperti coat, boots dan pakaian yang akan menghangatkan siap dengan sempurna hingga waktu keberangkatan tiba.

AIDS Conference Melbourne, 20 -25 July 2014, 

Singkat cerita, untuk keseluruhan aktifitas di Melbourne, teman teman bisa membaca di Link ini 

Pukul 14.00 Waktu Melbourne, kami semua berkumpul di depan pintu masuk Plenarry di Melbourne Convention and Exhibition center. Hari itu saya tidak akan sendiri. ada lebih dari 20 orang dari Asia Pasifik yang juga akan berdiri bersama saya saat itu. kami melakukan gladiresik, persiapan untuk pembukaan nanti. saat memasuki ruangan plenarry, rasanya saya tidak sanggup membayangkan, ada 14,000 orang yang akan ada di dalam ruangan itu, menyimak apa yang akan saya sampaikan, sehingga saya harus memastikan semua berjalan dengan baik.

Sumber : Media AIDS Conference 2014
Pukul 18.00 waktu Melbourne, bersama : 


  • Professor Sharon Lewin (Co-Chair of AIDS2014
  • Director of Departement of Infectious Diseases at the Alfred and Monash University and Co-head of the Center for Biomedical research at The Burnett Institue). 
  • Michel Sidibe (Executive Director of UNAIDS)
  • Michael Kirby (Australian jurist and academic who is a former Justice of the High Court of Australia, Now he Focus on HIV and the Law)
  • Professor Françoise Barré-Sinoussi, (AIDS 2014 International Chair and International AIDS.Society (IAS) President) 
  • Brentt Alan (Positive Living Victoria. 


Bangga rasanya bisa duduk bersama mereka orang orang yang dengan segala kemampuan dan keahliannya bekerja untuk program penanggulangan HIV AIDS di dunia. dalam konferensi pers ini saya menyampaikan tentang "bagaimana kita melakukan sesuatu yang lebih nyata sepulang kita kembali ke negara masing masing".

Dokumentasi : Radio Australia

Pukul 19,00 waktu Melbourne, kami semua sudah siap didalam ruangan megah yang membuat saya gugup. berjalan tanpa alas kaki karena menggunakan pakaian adat. serta kegugupan mendalam yang membuat saya hampir pingsan. 

Tapi semangat serta perjuangan yang dilakukan oleh banyak teman di tanah air, membuat saya ingat kembali tentang apa yang harus saya lakukan disini. Dihadapan kurang lebih 15,000 orang saat itu, saya kemudian berdiri. Rasanya sungguh berbeda saat gladiresik tadi, dengan detik dimana nama saya dipanggil oleh pembawa acara dan melangkah menuju podium lebih rileks dan santai. 

Satu satunya hal yang membuat saya gugup adalah pakaian adat yang saya gunakan. karena suhu udara yang begitu dingin. membuat saya harus sebentar menahannya dengan hanya menggunakan dalaman tangan panjang hitam, karena pakaian adat kalimantan ini berupa rompi. Saat berdiri dan mulai berbicara, hati saya bergetar. bukan melihat mereka yang berada dihadapan saya. Namun saya ingat mereka, teman teman yang berjuang di Indonesia, untuk mendampingi mereka yang hidup dengan HIV, memberikan support buat ODHA dan keluarganya. 

Saya ingat perjuangan teman teman mengupayakan hak hak kesehatan bagi teman teman yang terdampak HIV AIDS. melakukan upaya advokasi yang kadang tidak mudah. Saya ingat tidak semua dari mereka memiliki kesempatan untuk datang ke Melbourne, bicara dan memiliki ruang seperti saya. tidak memiliki cukup kemampuan berbahasa inggris ataupun support pendanaan yang cukup untuk berada disini dan belajar lebih banyak. di detik ini, apa yang saya katakan, saya berharap dapat berpengaruh bagi mereka yang berada disana. Bahwa Konferensi ini hanya tempat dan ruang untuk belajar, yang terpenting dan paling uatama adalah mereka yang hadir dan datang kesini, akan melakukan tindakan nyata saat kembali ke negara masing masing, Melbourne its Call For Action 

I feel so honor to stand in front of more than 11 thousand people from around the world, they are friends, family, work partner, stakeholder, AIDS Activist, Researcher, Key Population, People Living with HIV. They are who got a chance to attend this big meeting to learn and pick up the call for action in their own country. In this opportunity, I’m asking people to join hands and work together to make a better world where young people get the information they need and all people living with HIV are treated with respect, and dignity as human being.

Link Video Opening
http://www.youtube.com/watch?v=IXL5TyBtjAw&feature=youtu.be&list=PLlGKdbYNHbXwRylJ9PHphdTx6zMdBshQr

Link Speech :
http://www.aids2014.org/WebContent/File/AIDS2014_Opening_Addresses_Ayu_Oktariani.pdf   

Ucapan Terima Kasih
Melalui blog pribadi saya ini, saya hendak mengucapkan jutaan terima kasih kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan yang tak ternilai hingga saya bisa menorehkan sejarah baru dan semoga dapat memberikan pengaruh bagi isu HIV AIDS di seluruh lapisan dunia khususnya Indonesia. Sussan Paxton, Baby Rivona, Thaw Zin Aye, Aditya Wardhana. Indonesia AIDS Coalition, YouthLEAD, Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), Fokus Muda, ODHA Berhak Sehat. Thanks For UN Women dan Local Secretariat for AIDS Conference Melbourne.

Mari bekerja bersama untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV AIDS, dan program penanggulangan HIV AIDS yang melibatkan komunitas terdampak aids dalam kerja kerjanya.

Beberapa sumber Artikel yang saya temukan :

1. Delegasi Indonesia Pukau Ribuan Peserta Konferensi AIDS 2014 di Melbourne 
2. I Refuse To Let HIV Beat Me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar