Selasa, 11 November 2014

Why I Finally Love Soccer?


Source : youthvoices.net
Another travelling, another trip, means another meeting to go. (13.27 WIB 11 November 2014), menunggu gate ruang tunggu di bandara international soekarno hatta. Sepuluh hari kedepan saya akan menghadiri Asia Pasific Civil Society Forum on Beijing+ 20 dan dilanjutkan dengan Asia and Pasific Conference on gender equality and womens empowerment Beijing+ 20. Sungguh lama nian memang selama sepuluh hari kedepan akan meninggalkan malika dan suami tercinta dirumah untuk bekerja. But I will not talk about that, saya mau cerita yang lain sembari menunggu kedatangan pesawat saya. Beberapa kali saya pernah bercerita tentang Rumah Cemara dan kegiatan sport developmentnya, juga tentang Homeless World Cup dan street soccer team perempuan yang saya pernah bergabung didalamnya. Namun kali ini, saya ingin sekali bercerita tentang asal mula saya  menyukai sepak bola. semoga ceritanya gak ngebosenin ya, karena saya gak akan pernah bosen cerita sama kalian.



Sepak Bola adalah sebuah olahraga yang saya kenal sejak duduk di bangku sekolah dasar, pada saat saya masih tinggal dengan kedua orangtua saya di daerah Tangerang Selatan. Saat itu yang ada di benak saya, olahraga ini sangat melelahkan. Mengapa, karena lapangan yang sangat besar dan jarak antara wilayah kita dengan lawan cukup jauh. Disamping itu saya kemudian berfikir, pemain yang terlalu banyak (11 orang) akan membuat saya pusing tujuh keliling, ditambah pemain lawan yang berjumlah sama, maka saat itu saya memutuskan untuk tidak tertarik pada sepak bola. Memasuki usia remaja, Saat itu saya mulai suka sepak bola karena DEMAM PIALA DUNIA dimulai, itupun dengan alsan yang terkesan bodoh, atau sangat remaja, saya suka sepak bola karena pemainnya ganteng – ganteng. Tapi tetap saya belum bisa sepenuhnya menganggap sepakbola sebagai sesuatu yang sangat menyenangkan, jangankan sepakbola, satu satunya olahraga yang saya gemari hanya bersepeda, itupun keliling komplek, selebihnya saya anggap sangat melelahkan.

Hingga tahun 2009 saya terinfeksi HIV. Dan hidup dalam keterbatasan, bukan berarti tidak bisa melakukan apa apa. Saat itu saya membatasi diri dan pikiran saya untuk terlalu banyak beraktifitas apalagi berfikir, jangankan bersepeda, saat itu saya pernah berfikit saya tidak akan sanggup lagi melakukan apapun. Hingga saya bertemu Ginan, pria yang memberikan harapan pada saya, bahwa HIDUP DENGAN HIV TIDAK MENGURANGI MANFAAT SERTA KEMAMPUAN DALAM DIRI SESEORANG, sedikitpun, JIKA kita mengikuti petunjuk dokter untuk menjalani perawatan kesehatan dan pemulihan kesehatan secara maksimal. Sejak saat itu saya mulai berlarim dan mulai bersepeda, dimulai dengan mengelilingi komplek, sampai memberanikan diri menambah jarak tempuh mulai dari 3, 5 sampai 10 Kilometer jauhnya jarak berlari atau bersepeda yang saya tempuh. Bermula dari Berlari, saya mulai cinta dengan Sepak Bola, Tapi bukan yang lapang besar melainkan Futsal dan street soccer. Kami di Jakarta saat itu membentuk tim Street Soccer yang anggotanya terdiri dari perempuan perempuan yang hidup dengan HIV. Kami berlatih seminggu sekali dan mendapat dukungan penuh dari salah satu Yayasan yang menangani isu Narkoba di Jakarta. Minat saya terhadap olahraga ini bertambah semenjak kenal dekat, pacaran lalu menikah dengan seorang pria yang bernama Febby Arhemsyah yang akrab dipanggil Febby Lorentz, dia adalah pria yang ditunjuk oleh Rumah Cemara untuk menjadi Manager Team, untuk Tim Indonesia saat kejuaraan Homeless World Cup yang diadakan setiap tahunnya, Febby menjadi Manager di Tahun 2012, saat tim bertolak ke Meksiko dan Tahun 2014, Ke Chille. Bukan karena alasan Cinta, namun dalam sepak bola ada semangat kebersamaan antara pemain, penonton, supporter dan semua komponen yang melingkupinya.

Sedikit pembuka kenapa saya kemudian menjadi penyuka sepak bola. Sampai kemudian saya RESMI MENJADI WARGA BANDUNG, sejak bulan Juni hingga sekarang, Punya kartu Tanda Penduduk dan kartu Keluarga Bandung, Membuat saya makin merasa Tuhan memberikan jalan yang paling baik bagi kami, membukakan jalan bagi kami untuk hidup di tempat yang lebih baik. Suami saya juga kemudian mulai memperkenalkan kami (saya dan anak), kepada hal hal yang berhubungan dengan Bandung. Mulai dari Peta kota Bandung sehingga saya tidak akan tersesat jika bepergian, karena saya tidak bisa terus bergantung kepadanya untuk pergi kesana kemari. Lalu Kuliner atau Makanan makanan enak yang bertebaran dan tumpah ruah di sepanjang bandung, bukan hanya rasanya saja, namun banyak tempat yang menyuguhkan suasana nyaman dan sangat menyenangkan untuk menikmati kuliner di Bandung. Suami juga memperkenalkan saya dengan banyak event menarik yang selalu tersaji di bandung hampir setiap minggunya. Acara acara yang tersaji untuk Rakyat, baik yang digelar oleh pemerintah kota, komunitas tertentu atau kelompok kelompok masyarakat itu sendiri. Acara yang menurut sudut pandang saya dapat menjadi ruang silaturahmi bagi warga bandung, dan saya selalu melihat wajah antusias serta bahagia didalamnya. Lalu kemudian suami meperkenalkan saya dengan Tim Sepakbola kesayangannya, dan kesayangan warga Bandung, PERSIB. Mau Tahu cerita saya dan PERSIB? Akan saya lanjutkan di Artikel saya selanjutnya ya!

4 komentar:

  1. Salam kenal, saya seorang Milanisti =)

    BalasHapus
  2. klo aq masih suka sepak bola karena cakep pemainnya :D

    BalasHapus
  3. kalau yang itu sampai sekarang belum berubah..
    tapi sekarang mulai suka main bola juga.. hihi..
    salam kenal :)

    BalasHapus