Selasa, 02 Juni 2015

Bersosialisasi bagian dari Pemulihan Kesehatan [Catatan dari #Festik2015]



sumber : http://festival-tik.web.id/
Percayakah teman, sudah 21 hari saya duduk manis dirumah. Saya tidak melakukan aktifitas apapun diluar rumah. Saya hanya keluar untuk membeli sarapan, atau sayur mayor untuk memasak. Selebihnya saya memilih untuk mengurus rumah, melakukan pekerjaan dari rumah, mengurus anak, dan focus pada pemulihan kesehatan saya. Namun apakah semua itu cukup? Apakah itu semua mampu membuat diri saya sehat? Jawabannya tidak. Maka kemudian suami saya meminta untuk saya menyibukkan diri dan mencari udara segar. Dimana pas sekali, di Bandung sedang ada festival teknologi informasi dan komunikasi yang diselenggarakan oleh kementrian kominfo. Bergegas saya melakukan pendaftaran, pada malam hari, dan berniat untuk menyibukan diri dengan bersosialisasi di Festival tersebut.

Pagi hari, setelah menyiapkan semua kebutuhan malika dan sarapan kami. Saya yang sudah menyiapkan diri dari semalam, sudah siap untuk diantar suami berangkat ke tempat kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan di Sasana Budaya Ganesha, Bandung ini, akan dihadiri oleh banyak orang yang haus informasi dan pengetahuan. Orang orang yang berdedikasi tinggi, untuk membangun desa-nya, membangun kota tempat mereka tinggal, serta membangun kelompok dan diri mereka, menjadi pribadi yang cerdas. Saya yang hari itu hadir membawa nama organisasi tempat saya bekerja, berharap akan mendapat banyak ilmu dan bertemu banyak teman.

Agenda yang cukup padat cukup membuat bingung banyak orang untuk berada di sesi yang mana. Begitu pula dengan saya. Namun setelah sibuk mencari dan memilih sejak semalam. Saya memutuskan untuk mengikuti prosesi pembukaan kegiatan sejak pagi. Kegiatan ini dibuka oleh bapak walikota Bandung (idola kita semua) bapak Ridwan kamil, dan menteri Kominfo bapak Rudiantara. Keduanya menyampaikan tentang pentingnya inovasi dalam membangun sebuah kota, atau membangun sebuah Negara. Teknologi, informasi dan komunikasi dapat menjadi peluang yang sangat baik saat dimanfaatkan dengan maksimal. Bukan hanya menjadi sebuah peluang, namun TIK dapat mendorong pesatnya kemajuan sebuah bangsa. Namun, keduanya juga menyampaikan tentang bagaimana teknologi yang cerdas tidak akan maksimal tanpa peran serta masyarakatnya yang cerdas. Saya setuju dengan hal itu.

Ada 2 kegiatan lainnya yang saya ikuti, ada sesi tentang bagaimana peran perempuan dalam dunia digital. Dan bagaimana membangun tembok yang baik untuk masyarakat yang cerdas. Sejujurnya saya tidak cukup puas dengan sesi yang pertama dimana, tidak memunculkan figure figur perempuan dalam pemanfaatan TIK. Sosok sosok inspiratif yang selama ini memiliki banyak upaya mensejahterakan banyak kelompok, melalui upaya pemanfaatan teknologi, sehingga dapat memberikan kami lebih banyak inspirasi. Namun, saya menyadari, tidak ada acara yang sempurna. Sehingga saya merasa, daripada harus megeluh, saya memutuskan untuk bertukar kontak dengan sang pengisi materi, dan bertanya jika ada kesempatan komunitas mereka memiliki gathering, saya dan odha berhak sehat akan dengan senang hati ikut serta dalam kegiatan mereka. Dan perempuan cantik bernama ratri dari komunitas Idgeekgirls, dengan tangan terbuka menerima permintaan saya. Sehingga saya akan berencana untuk menyambangi komunitas mereka.

Di sesi yang kedua, orang orang yang memberikan materi sudah cukup saya kenal dengan baik. Mereka adalah tim dari ICT Watch. Ada Bung Almas, asal Maluku. Ada mas Matahari Timoer (bukan nama sebenarnya) dan ada seorang warga asing bernama Joshua yang rupanya memberikan banyak kontribusi melalui apa yang dia lakukan di ICT watch. Dalam sesi mereka saya tersadarkan tentang, kecerdasan sebuah kota dan Negara tidak melulu dapat diukur dengan sebuah teknologi. Berapa banyak Negara cerdas yang mampu memiliki masyarakat yang cerdas. Ya, masyarakat harus lebih cerdas dari teknologi. Contoh contoh yang mereka temukan di lapangan membuka mata saya, bahwa kecerdasan sebuah teknologi, tidak akan berjalan maksimal saat tidak adanya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Kolaborasi tersebut semestinya dapat melahirkan gagasan gagasan kreatif, dimana mereka sama sama dapat melihat apakah teknologi benar benar dibutuhkan, apakah teknologi benar benar dapat membantu. Apakah dengan cara cara yang biasa mereka lakukan, desa tempat mereka tinggal tidak dapat menjadi cerdas. Sehingga pada akhirnya, penempatan dan penggunaan teknologi tentu harus di sesuaikan dengan kebutuhan kelompok masyarakatnya, dan ditunjang dengan infrastruktur yang memadai dan system evaluasi kerja serta monitoring yang maksimal.

Pertemuan pertemuan dengan orang orang yang cerdas dan inovatif di festival TIK sungguh menyehatkan diri saya. Meskipun rasa kelelahan sering kali muncul, namun saya berusaha tetap mengimbangi dengan konsumsi air minum yang konstan dan asupan makan yang tidak kurang. Membuka diri dan bersosialisasi dengan kelompok masyarakat diluar isu HIV sungguuh sangat membantu proses pemulihan kesehatan saya. Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui saya HIV positif. Namun kemudian, setelah tahu, malah kemudian banyak bertanya dan mencari informasi informasi penting terkait HIV dan kesehatan diri. Tidak ada satupun stigma yang muncul di sekeliling saya selama festival TIK berlangsung. Selain karena beberapa dari orang yang saya temui rutin membaca catatan catatan saya dalam blog, namun juga mereka orang orang cerdas pembaca informasi. Terima kasih festival TIK, di minggu ketiga pengobatan saya, momentum yang baik ini tidak akan saya lupakan.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar