Selasa, 02 Juni 2015

30 Hari Pertama Pengobatan Lini 2 #Day22



www.theblogismine.com
Melindungi anak dari gadget / 29/05/2015
Siapa diantara pembaca blog saya yang tidak menggunakan gadget, smartphone atau teknologi komunikasi lainnya? Saya rasa hampir tidak ada. Ya, gadget kini, telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk menunjang kehidupan mereka. Dalam pertemuan saya dengan kawan kawan di festival TIK kemarin, saya mendengar banyak cerita mengenai hal ini. Banyak inovasi inovasi yang membuat orang selalu haus pada kebutuhan akan teknologi. Kehidupan bertransformasi menjadi sebuah inovasi. Mata menjadi kamera, kaki menjadi mobil, telinga menjadi radio, panca indera berganti menjadi televise. Semua yang dulu dilakukan dengan tubuh, kini dapat dilakukan oleh teknologi yang jauh lebih canggih. Namun ada hal yang tidak dapat kita lupakan. Pengguna teknologi bernama manusia, harus lebih cerdas dalam menggunakan peralatan tersebut. Kenapa? Karena dilemma ini saya rasakan sebagai orang tua yang menggunakan gadget, memiliki anak yang gemar dengan gadget dan teknologi.

Dari ilmu yang saya dapatkan saat masuk ke sesi yang dibawakan oleh Mira Sahid, founder kumpulan emak blogger. Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh kita sebagai orangtua, khususnya dalam penggunaan gadget. Dan hal ini tentunya sangat membantu saya sebagai orangtua. Pembatasan penggunaan gadget dengan car acara paksa tidak akan dapat dilakukan saat ini. Namun yang harus dilakukan oleh kita sebagai orangtua adalah menetapkan kesepakatan bersama, bukan hanya kepada anak, tapi pada diri sendiri dan seluruh anggota keluarga. Hal hal yang saya pelajari diantaranya.

1.     Tidak membuatkan akun social media pada anak sebelum usia tertentu.
Dibutuhkan persiapan yang matang dan kesepakatan saat akhirnya memutuskan untuk membuatkan akun social media. Seperti password yang diketahui bersama, mengabaikan permintaan pertemanan dari orang asing, tidak menjawab pertanyaaan dari orang asing, dan tidak mengumbar hal yang sifatnya pribadi seperti rutinitas dan aktifitas di akun social media.
2.     Pembatasan penggunaan gadget.
Seperti gadget hanya digunakan pada hari sabtu minggu saja jika itu untuk bermain games. Tidak membawa gadget ke sekolah, karena beresiko hilang, memantau bersama aplikasi apa yang ada di dalam gadget tersebut, rutin memeriksa situs yang dibuka dalam gadget si anak, serta menyepakati bahwa gadget bukan pemuas kebahagiaan, dan pilihan utama untuk membahagiakan dan menyehatkan diri adalah dengan aktifitas luar rumah.
3.     Melakukan aktifitas luar rumah
Banyak orangtua yang kini sudah mulai lupa dengan aktifitas luar rumah. Asal anak anteng, gak rewel, mereka rela membiarkan anak sibuk dengan gadget. Saya tidak sepakat dengan hal tersebut. Maka melakukan aktifitas luar rumah menjadi alternative yang sangat tepat. Seperti jalan jalan sore, bermain sepeda, membantu orangtua dirumah , menggambar, dan hal hal lain yang akan mengalihkan perhatiannya dari gadget. Hal hal yang dulu dilakukan anak anak seusia malika, saat belum ada gadget.
4.     Orangtua menjadi contoh
Hal yang tersulit mungkin adalah saat kita sebagai orangtua harus memberi contoh kepada anak. Saat kita membatasi mereka, kok ya kita yang malah diluar batas tersebut. Kita malah sibuk dengan sinetron di televise, kita sibuk dengan pekerjaan di laptop, kita sibuk membalas pesan pesan yang berseliweran di akun social media kita. Stop. Kita harus mengontrol diri kita, memberi batasan sebagai orangtua. Kita harus membuat jadwal, kapan kita harus membuka laptop untuk bekerja, kapan jadwal yang baik untuk berselancar di dunia maya.

Mbak Mira menyadarkan saya tentang makna kebahagiaan lainnya. Bahwa gadget tidak bisa memberikan kebahagiaan atau kepuasaan dalam kehidupan. Betul Gadget senantiasa mendekatkan yang jauh, namun bisa menjauhakn yang dekat. Smart phone bisa jadi tidak mencerdaskan sang pemilik. Maka saya sebagai orangtua, harus lebih banyak belajar untuk memberikan ruang komunikasi kepada anak, dengan cara cara yang tidak kekinian, dengan gadget dan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar