Jumat, 26 Januari 2018

Jika Anggota keluarga terinfeksi HIV? [HIV101 Series - Part 2]

Jika tulisan saya sebelumnya mengulas kembali Live Instagram 18 Januari tentang Memahami kembali HIV AIDS, maka artikel selanjutnya ini akan merangkum Live instagram hari kamis tanggal 25 Januari tentang Bagaimana jika salah satu anggota keluarga terinfeksi HIV. Pembahasan tema ini sejujurnya adalah selain karena permintaan beberapa pihak, adalah juga karena ini adalah salah satu pertanyaan yang sering sekali muncul dan datang pada saya. Mulai tahun 2017 ini, lebih banyak orang - orang yang datang dan bercerita tentang anggota keluarga mereka, bukan lagi si ODHA itu sendiri yang datang mencari pertolongan. Melainkan anak yang bercerita tentang ayah dan ibunya, atau adik yang menceritakan kakaknya, atau istri yang menceritakan tentang suaminya atau sebaliknya.

Bagi saya tema ini juga penting mengingat tingginya kasus stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh lingkaran terkecil orang yang terinfeksi HIV, yakni keluarga mereka sendiri. Tema ini juga yang kemudian dapat saya bagi berdasarkan pengalaman saya secara pribadi tentang bagaimana ayah ibu serta adik dan kakak saya tidak pernah meninggalkan saya hingga hari ini hampir sembilan tahun saya terinfeksi HIV.

Jika mendapati Anggota keluarga kita sakit berkepanjangan. Poin yang pertama ini relevan banget sama pengalaman saya sembilan tahun yang lalu. Jika pada kasus seperti ini, sebetulnya ada beberapa keuntungan karena keluarga sudah secara langsung turun untuk membantu anggota keluarga yang sakit. Sehingga saat ternyata diperiksakan kemudian diketahui akar persoalannya adalah HIV maka keluarga dapat lebih mudah untuk menerima kondisi ini. Seperti hal nya saya dan keluarga yang mati-matian mengurus almarhum suami sembilan tahun lalu. Mulai dari menyuapi makan, mengganti pampers karena alm sudah diare terus menerus, memandikannya dan segala upaya yang dilakukan agar saat itu yang bersangkutan dapat segera sehat. Pada saat kami memahami situasi ini dan mengetahui, tentu kami shock dan kaget. Namun karena sebelumnya kami sudah bersama - sama berupaya semaksimal mungkin memberikan perawatan yang terbaik dirumah, maka cepat atau lambat kami sekeluarga dapat berdamai dengan situasi HIV ini.

Jika Anggota keluarga datang dan bercerita tentang persoalan mereka. Poin yang kedua juga adalah situasi yang sering terjadi. Dalam konteks yang ini, konflik dan persoalan biasanya akan sering muncul sehingga keluarga besar ataupun salah satu anggota keluarga yang terinfeksi HIV harus siap dengan segala resikonya. Dalam konteks ini juga, biasa anggota keluarga kita sudah menyadari betul dirinya memiliki perilaku beresiko dan mulai terasa gejala penyakit yang timbul. Maka mereka mencari informasi sendiri, melakukan pemeriksaan sendiri bahkan ada yang sudah menjalani pengobatan ARV sendiri. Semua ini dilakukan mereka semata - mata ingin sehat namun ada satu hal yang menjadi kendala yakni bagaimana menyampaikan kepada keluarga tentang situasi ini. Di sisi keluarga yang mendapati hal seperti ini saya sangat berharap bahwa keluarga jangan pernah meninggalkan pasien atau mendiskriminasinya dan menganggapnya aib keluarga. Karena jika bisa berbicara mewakili orang orang yang terinfeksi HIV, mereka pun tidak memahami mengenai persoalan HIV saat melakukan resiko. Sehingga jika dapat mencegah mereka tentu akan mau melakukannya, namun di situasi yang sudah berbeda ini, harapan kami keluarga adalah tempat pertama kami meminta pertolongan dan dukungan untuk menjalani kehidupan baru yang tentu tidak mudah ini.

Pentingnya datang ke rumah sakit dan puskesmas rujukan. Seperti yang juga sudah saya sampaikan di postingan sebelumnya tentang kenapa sih penting untuk datang menemui dokter di rumah sakit dan puskesmas rujukan. Nah, banyak keluarga saat mengetahui persoalan HIV ini menjadi panik dan gegabah mencari pertolongan. Sehingga segala bentuk upaya yang didapatnya dari internet, kerabat atau bahkan selebaran di bus kota akan dilaksanakan untuk melindungi dan menolong anggota keluarganya padahal belum tentu informasi tersebut tepat. Maka agar tidak salah sasaran, dan salah penanganan maka sangat baik jika keluarga dapat dengan tenang dan kepala jernih mencari informasi yang tepat tentang bagaimana penanganan dan pengobatan orang yang terinfeksi HIV yang bisa diakses di rumah sakit rujukan. Link nya bisa dilihat disini untuk memudahkan ya! 

Pentingnya menerapkan Universal Precaution. Saat kita memiliki anggota keluarga yang terinfeksi, tidak selalu mereka dalam kondisi yang sakit - sakitan atau dalam fase AIDS bisa juga mereka dalam kondisi yang sehat dan tidak membutuhkan perawatan khusus bahkan dapat merawat dirinya sendiri. Yang harus di antisipasi adalah jika kita merawat anggota keluarga yang dalama fase AIDS. Kita harus menerapkan Universal precaution, yang mana adalah langkah sederhana pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja kesehatan. Meskipun secara harfiah diperuntukan kepada pekerja kesehatan, tapi tidak apa jika kemudian kita menerapkan prinsip prinsip pencegahan. Eitss jangan keburu takut dulu, ingat ya HIV tidak mudah menular jika prinsip penularan tidak terpenuhi (lihat tulisan saya di artikel sebelum ini). Tapi kita tetap harus mengantisipasi jika anggota keluarga kondisinya sangat buruk seperti almarhum suami saya dulu.

Seperti apa sih kondisi yang buruk itu. misalnya kondisi pasien sudah tidak bisa bangun dari kasur, diare berat sampai harus menggunakan pampers dan kita harus membersihkan bekas kotorannya, sering muntah, atau kita harus memandikannya karena pasien ga bisa mandi sendiri, atau kondisi kondisi seperti tadi. IDealnya sih memang kita rawat di rumah sakit ya, agar mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Namun jika memang dokter mengijinkan untuk di rawat dirumah dan kita yang merawatnya maka kita harus menerapkan UP tadi. UP yang bisa dipraktikan juga yang sangat sederhana seperti selalu menggunakan sarung tangan karet saat hendak menceboki pasien pasca BAB atau BAK. Atau hendaknya selalu menggunakan masker jika kita sedang sakit agar tidak menularkan batuk/pilek kepada keluarga kita yang sakit atau sebaliknya pasien dipasangkan masker jika ternyata memiliki tubercolosis agar tidak menularkan TBC kepada keluarga yang merawatnya.

Peran besar keluarga dalam membantu ODHA. Pernah ngebayangin ga, kalau kalian jatuh sakit dan ga ada keluarga yang mau merawat? Duh itu pasti sedih banget. Maka dari itu, tempat terbaik pasien HIV untuk pulih dan mengembalikan kondisi kesehatannya adalah bersama keluarga. Jangan pernah lagi tanya ya Ada ga sih tempat rehabilitasi ODHA?, omg emangnya ODHA itu apa ya sampe harus di rehabilitasi. Karena jika tips tips di atas dan saran serta petunjuk perawatan pasien dari dokter dijalani dengan baik, maka tidak usah ada kekhawatiran lagi tentang bagaimana merawat anggota keluarga yang terinfeksi HIV.  Kita bisa memiliki peran yang luar biasa seperti mendampingi anggota keluarga kita saat kontrol kerumah sakit, menemaninya makan bakso, mengajaknya ngobrol, membantu menggantikannya seprai atau pakaian, menyuapinya saat makan, mengingatkannya minum obat. Jika kalian tanya pada saya, Bagaimana saya bisa tetap sehat sampai hari ini setelah sembilan tahun? Salah satu jawabannya adalah peran keluarga yang tidak pernah meninggalkan saya setelah semua jatuh bangun dan apesnya hidup saya sembilan tahun yang lalu. 

No Judgement, please!. Sebagai penutup dari tulisan saya yang kedua hari ini adalah harapan agar jika ada anggota keluarga kita yang terinfeksi HIV kita tidak memberikan penghakiman kepadanya. Jangan pernah membesar - besarkan persoalan kenapa kamu bisa sampai terinfeksi HIV. Karena jika kemudian menjadi berlarut - larut hal ini hanya akan menambah pikiran dan tekanan pada keluarga dan anggota keluarga kita yang sedang sakit. Alangkah baiknya hal hal terkait dengan orientasi seksual, perilaku beresiko bisa dibicarakan dengan lapang dada, kepala dingin dan kebijaksanaan. Saya memahami betul bahwa setiap orang dan setiapa keluarga memiliki nilai nilai dalam hidup yang dijunjung. Namun, apakah kita tega dan sampai hati lebih memilih untuk memperkarakan penyebab seseorang terinfeksi HIV ketimbang memberikannya pertolongan dan kasih sayang.

Semoga dua tulisan saya hari ini dapat memberikan pencerahan kepada teman teman semua yaa. Oiya jangan lupa untuk Follow akun instagram saya @ayuma_morie dan mengikuti Live instagram HIV 101 series hari kamis selanjutnya tanggal 1 februari 2018. terimakasih yaa sudah setia membaca tulisan saya dan mau melindungi diri kalian dari virus HIV, serta tidak memberikan stigma dan diskriminasi kapada orang yang terinfeksi HIV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar