Rabu, 31 Januari 2018

Review Anak 90-an Setelah Nonton Film Dilan 1990

Sumber : Google.com
Siang ini empat tahun yang lalu, saya sedang mempersiapkan diri menjelang hari pernikahan keesokan harinya. Tentunya enggak ada rasa deg - deg an sama sekali, karena ini adalah pernikahan yang kedua Hahaha, jadi udah rada lebih nyantei. Siang ini tahun 2018, saya dan Febby yang akhirnya menjadi suami istri memutuskan untuk nonton film Dilan 1990 di Braga City Walk yang posisinya dekat dengan rumah. Euforia film Dilan begitu luar biasa terasa, entah kenapa. Saya sempat bertanya - tanya, apakah karena Dilan diperankan oleh Iqbal sang boyband cilik CJR yang kini sudah beranjak dewasa, atau memang kharisma Pidi Baiq sang penulis cerita yang begitu kuat. Saya pribadi sudah membaca buku Dilan sejak Mei 2014, lho kok hapal yu? Iya, kan saya selalu menulis tanggal di semua buku yang sudah di beli dan di baca, biar suatu hari nanti ingat seperti apa momen membeli dan membaca buku ini.

Kebetulan, suami saya bukan orang yang suka nonton ke bioskop, jadi kalau ada yang bertanya waktu pacaran pernah gak saya diajak nonton ke bioskop ya jawabannya pernah tapi jarang. Makanya pas dia langsung mengiyakan ajakan saya menonton Dilan, rasanya cukup surprise. Ya anggap aja early present wedding anniversary besok. ihiw! Harusnya sih dari rumah ke Braga City walk ga jauh, bisa banget jalan kaki. Seperti saat kami nonton film AADC 2, kita berdua jalan malam malam. Karena ini sudah rada telat dan takut gak kebagian tiket, makanya akhirnya kami memutuskan untuk naik motor ajalah biar cepet. Nah sesampai di Braga, Febby parkir motornya di seberang, bukan di basement. Soalnya suka ribet kalau parkir di basement katanya. Saya yang sudah pengen lari buru buru beli tiket, memutuskan untuk gak jadi karena tiba - tiba dia bilang mau beli Wendy's dulu karena belum makan dari pagi. Tapi karena kulihat jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas, dan film pertama mulai pukul dua belas. Maka selesai memesan makanan, saya meninggalkan Febby untuk menuju bioskop yang terletak di lantai tiga. Paragraf kedua ini agak random, harusnya di skip aja hahaha.

Dan dugaan saya benar, meskipun pintu bioskop belum dibuka tapi area bagian depannya sudah penuh dengan orang - orang yang akan menonton. Saya sih berani taruhan mereka pasti nonton film yang sama. Maka dengan jurus selap selip meski badan sudah tidak seperti dulu lagi, saya berhasil sampai ke kerumunan orang yang dekat dengan pintu masuk. Dan tak lama pintu dibuka, semua orang langsung berhamburan masuk antrian membeli tiket termasuk saya. Berhasil batin saya dalam hati, kita bisa nonton dengan posisi duduk yang pas. Nah karena tadi kami sudah beli burger di Wendy's, dan karena masih ada waktu sekitar lima belas menit maka kita makan sambil lesehan di depan bioskop. By the way kalian sadar gak, ini sudah hampir tiga paragraf mau selesai tapi saya belum cerita apa apa sama sekali soal film Dilan 1990.

Emangnya saya bakalan cerita? Hahahaaa enggak bakalan lah, nanti katanya spoiler. Mendingan kalian beli buku nya dan baca bukunya, baru nonton filmnya jadi paham kenapa Dilan seperti itu. hahaha oke oke giniii.. saya cerita yaaa. Sepanjang film saya Happy banget karena film ini cukup memuaskan rasa penasaran saya dengan sosok Iqbal yang memerankan tokoh paling krusial di film ini. Bayangkan, saya (terpaksa) ngefans sama iqbal karena sejak pertama kali grup band cilik mereka bernama cowboy junior ada, Malika sudah ngefans berat. Jadi setiap kali membayangkan wajah iqbal, yang selalu terngiang di kepala saya adalah nyanyian "kau bidadarii.. jatuh dari surga.. di hadapankuu.. eeeeaaaaa" Hahahaha. Kan ganggu banget! Tapi ternyata, selama hampir dua jam menonton Dilan, lagu itu sama sekali ga muncul di kepala dan kuping saya. You did it boy, sukses pisan Lau memerankan Dilan!

Kalau yang sudah baca buku Dilan 1990 dan semua sequence nya dan menonton filmnya pasti menunggu adegan adegan penting yang tertulis dalam buku. Dan film Dilan, sama sekali tidak merubah jalan ceritanya. Meski tentu saja tidak semua bagian ditampilkan, tapi hampir keseluruhan cerita mewakili gambaran buku Dilan. Yang bikin saya senang adalah ada banyak sekali momen dalam film Dilan yang bikin saya yang hidup, tumbuh dan besar di era 90 an menjadi mengenang begitu banyak kisah manis. Diantaranya :

1. Surat - suratan
ini nih yang bikin mesam mesem habis - habisan sepanjang film. Saya gak tau ya, apakah anak anak jaman sekarang masih suka surat - suratan ke temen atau gebetannya di sekolah. Jauh sebelum ada gadget, kertas dan pulpen adalah penyelamat bagi jiwa jiwa yang haus untuk ngobrol serta sangat ingin untuk menyampaikan perasaan pada sang gebetan tapi malu - malu. Saya inget momen kirim surat dari meja saya ke meja kawan yang letaknya jauh di depan hanya untuk bertanya "Nanti siang  pas istirahat temenin gue ya ke perpustakaan!". 

Pesan yang sepele tapi harus segera disampaikan karena khawatir si kawan yang mau kita ajak sudah punya rencana sebelum bel istirahat berbunyi. Dan hal sepele tersebut, menjadi terasa biasa biasa saja karena dengan mudahnya bisa dilakukan oleh anak - anak sekarang melalui pesan singkat seperti Whatsapp, SMS, Line dan lain sebagainya. Saya jadi ingat juga surat surat yang diberikan oleh almarhum ayahnya Malika selama kita pacaran dan menikah yang masih dia lakukan secara konsisten meskipun itu sudah bukan di tahun 90 an. Nanti surat - surat itu bisa dibaca juga kok oleh kalian, kalau memoar saya sudah jadi. doakan yaa!

2. Telfon - telfonan
Ini juga adalah salah satu momen yang hilang setelah era tekhnologi makin maju. Meskipun di telepon pintar yang bisa dibawa kemana - mana oleh kita semua bisa melakukan panggilan, kebiasaan itu kini terkikis dan mengurangi frekuensi komunikasi melalui telfon. Kebanyakan dari kita lebih senang ngobrol melalui pesan singkat, atau saling berkomentar di sosial media. Meskipun hal hal yang dibicarakan masih sama, tapi caranya sudah sangat high tech. Saya masih ingat betapa berharganya uang jajan yang saya punya untuk saya tabung, karena saya harus pergi ke wartel dan menelfon gebetan. Saya tidak bisa menggunakan telfon rumah lama lama karena ibu saya bisa marah besar karena billing telfon rumah membengkak. Atau saya juga akhirnya tidak bisa memakai telfon rumah sama sekali tanpa seijin beliau.

Telfon sama hal nya seoerti handphone jaman sekarang namun fungsinya lebih dalam dari sekedar bisa bersosial media. Namun bagaimana telfon akhirnya digunakan oleh kita semua untuk berkirim kabar dengan orangtua yang berbeda rumah atau daerah tinggal, berkirim pesan kepada kerabat jika ada anggota keluarga yang sakit atau melahirkan. Saya bahkan masih ingat nomer telfon rumah kami 021-7433860, sebuah nomer yang bagi saya menjadi penting karena nomer tersebut selalu dihubungi oleh semua orang orang yang saya sayangi hanya untuk bertanya "Nak, lagi apa dirumah, nanti mama pulang kerja mau dibawain apa?". Hal yang sama yang kemudian dirasakan oleh suami saya saat ini, bahwa telfon rumah sangat penting fungsinya hingga kami masih punya telfon di rumah yang bisa kalian hubungi lho. Ya barangkali ada yang mau ngobrol lama dengan saya. Nanti saya japri ya nomer telfon rumah saya di Bandung. (hahahaha saya ibu ibu yang pengen banget ditelfon)

3. Ngapel kerumah gebetan
Ini yang mungkin ga banyak dilakukan oleh anak - anak yang sudah kecanduan teknologi. proses usaha melakukan pendekatan pada gebetan menjadi sangat mudah dan manis sesaat saja karena semua dilakukan secara instan dan sangat gampang. Tinggal Whatsapp, Line, atau posting sesuatu di halaman sosial media nya. Tidak seperti kami yang membutuhkan upaya keras kalau suka sama seseorang. Dimulai dari mengenal pribadinya di sekolah, kebiasaannya, ekstrakulikulernya, teman - temannya, sampai cara dia berjalan, berpakaian, sampai akhirnya kita penasaran dia tinggal dimana, seperti apa rumahnya, bagaimana keluarganya. Beda bangett sama yang disuguhkan sama sosial media saat ini, karena kita sudah bisa dengan mudah menilai seseorang dari semua hal dalam hidupnya di sosial media.

Sedangkan berkunjung kerumah kawan atau gebetan menjadi hal yang paling dinantikan setiap saat. Kita gak perlu takut atau khawatir ditolak atau dia tidak ada dirumah, yah namanya juga usaha. Kesempatan untuk main kerumah seseorang itu menjadi kejutan yang manis saat kita tidak perlu memberi kabar. Kalau orangnya ada dirumah kita melanjutkan kunjungannya tapi kalau gak ternyata orang yang mau kita datangi ga ada dirumah yaudah kita bisa pulang aja lagi. Nah beda kan, usaha yang lebih keras yang dilakukan kami kami saat mendekati gebetan jaman dulu hahaha. Kalau kalian masih suka gak berkunjung kerumah teman? Bukan berkunjung ke halaman facebooknya ya. 

4. Naik angkutan umum / jalan kaki sama teman
kalau ini sih sebenernya masih pisan dijalankan sampai hari ini. Masih naik angkot kalau mau ke supermarket Yogya, atau ke pasar kosambi dan BIP. Atau jalan kaki kalau ada Car free night di Alun alun dan braga. Iya itu semua karena saya sekarang sudah tinggal di bandung. Coba aja saya masih tinggal di Jakarta, kemana mana pasti sudah panggil supir pribadi online, baik yang pakai motor ataupun mobil. Nah jaman saya sekolah dulu, kemana mana ya harus naik angkot. Kalau mau cepet ya minta anterin bapak saya naik motor. Kalau pas masih SD atau SMP mah masih suka jalan kaki pulangnya kadang kadang. Karena bisa sambil ngobrol langsung sama temen - temen di dalam angkot.

5. Masa sekolah tanpa Gadget
Dari kesemua empat poiin yang diatas, salah satu yang suka dari momen 90 an di film Dilan adalah yang punya gadget cuma si Beni pacarnya Milea (Spoiler alert!) selebihnya ga ada tuh yang punya gadget. Semua kalau mau ngobrol ya langsung, datang ya langsung, atau kalau jauh telfon pake telfon rumah, ataua telfon koin atau bisa juga kirim surat. Saya masih sempat ngerasain masa sekolah tanpa gadget, meskipun ayah dan ibu saya sudah punya. Dan senangnya karena tiap bel istirahat bunyi, kita langsung ngumpul di kantin untuk ngobrol macem macem sambil makan. 

Atau kita pulang bareng, jalan dari sekolah sampe ke jalan mau naik angkot dan dari angkot sampe kerumah ya tetep weh ngobrol sama teman - teman teh. Bukan sibuk masing masing mencitrakan diri atau mengomentari orang lain. Meskipun yang secara langsung juga ada unsur pencitraan dan ngomentarin orangnya, tapi asa gak seperti sekarang. Saya gak bilang teknologi salah, tapi saya sedih. Karena di sekolah malika ya pada akhirnya seperti itu. kalau dulu istirahat siang, habis makan anak anak pada main karet atau petak umpet. Sekarang mah pada main Mobile legend atau pada bikin insta story sambil bilang "hae gaes, aku lagi istirahat sekolah.. ini mau beli batagor lima rebuen.." ga asik ya.

6.  Tips and Trick Gombal Ala Dilan 1990
Siapa yang seneng digombalin? Hahahaha.. saya sih termasuk yang seneng banget. Makanya pas ketemu sama Febby, salah satu faktor yang bikin saya jatuh cinta sama dia adalah karena dia suka gombal yang sangat garing. Nah film Dilan ini sebenernya bisa jadi isnpirasi sih buat kalian yang mau melancarkan jurus pendekatan kepada gebetan. Meskipun di era yang sudah canggih ini, selain lakukanlah secara terang - terangan jadi hanya di sosmed, sisipkan sedikit gombalan gombalan yang menjadi pemanis sebuah pendekatan, yang tiga puluh tahun lagi akan kalian ingat menjadi sesuatu yang manis di hari tua.

Ini adalah salah satu gombalan yang pernah pak febby berikan pada saya "Mam, kamu lagi sakit ga?" Tanya nya, saya bilang "enggak ah gak sakit, emang kamu sakit?" jawab saya bingung. "Iya saya lagi sakit, habis jatuh." jawabnya. "hah jatuh gimana? dimana, kapan?" tanya saya panik. "Jatuh cinta!". lalu muka saya memerah dan sukses dia ngegombalin saya hahahaha!!

***

Buat yang belum nonton, saya sih ngerekomendasiin nonton film ini. Yaaa selain untuk mengapresiasi film Indonesia, juga untuk mengenang kembali masa masa tahun 90 an yang seru dan menyenangkan. Saya belum nanya sih nih sama suami saya, bagaimana pendapatnya tentang film ini karena dia langsung pergi lagi ada janji bertemu dengan orang. Kenapa pendapat suami saya tentang film ini sangat penting, karena... dia bukan Dilan tahun 1990 tapi dia lebih tua lagi. Jadi apa yang terjadi di film tadi pasti sedikit banyak mengingatkan dia pada banyak hal. Dan salah satu fungsi paling penting dalam berumah tangga adalah berkomunikasi, yaa salah satu caranya adalah dengan menanyakan pendapatnya setelah nonton film ini. yang ini gak ada hubungannya dengan film Dilan sih tapi gak apalah toh kalian juga udah terlanjur baca.

Sebagai penutup tulisan hari in, nonton film Dilan bikin kami berdua sering sering pegangan tangan (spoler alert), selain karena takut ketabrak kalau nyebrang jalan, juga supaya gak ilang pasangannya. Eeeaaaa... Selamat membaca dan menonton film Dilan 1990 ya! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar