Senin, 04 Mei 2020

Menerima Kemarahan

Hari ini saya mencoba mengangkat tangan tinggi tinggi dan berusaha terus tersenyum. Namun sulit sekali, bukan hanya dalam kondisi begini.  49 hari sudah kita di rumah saja dan rasanya kejenuhannya telah hilang. Kini, di rumah saja menjadi bagian yang baik baik saja dan dapat dijalani dengan lebih tenang.

Tapi hari ini terlalu banyak hal yang membuat emosi tergerus karena ada ketakutan ketakutan yang tidak terlihat tapi terus datang, dan semua ketakutan tersebut meledak menghancurkan emosiku berkeping keping.

Saya hanya bisa menangis tersedu sedu di sudut kemar, Malika yang khawatir hanya bisa memberikan sekotak tisu untuk ibunya. Tidak banyak orang yang mengerti meski apa yang terjadi dengan saya. Meskipun sudah disampaikan dan diceritakan berkali kali rasanya. Orang hanya akan menilai saya terlalu cemas atau saya ini berlebihan

Hari ini semuanya terasa tidak baik baik aja. Ada banyak hal yg membuat saya merasa tidak berharga, tidak dihargai, dilupakan bahkan tidak diberi kesempatan untuk menjadi diri saya sepenuhnya. Sayangnya, situasi itu tidak ada dalam genggaman. Its out of my control.

Setelah menangis saya menyetel MP3 dan mulai bernyanyi beberapa lagu yang menjadi kesukaan saya. Semua sudah terbiasa mendengar suara yang parau, karena habis menangis. Tapi sesudahnya saya menerimanya. Saya ijinkan diri saya utk menerima semua perasaan ini, untuk marah.. menangis dan lelah. Saya ijinkan semua perasaan masuk ke dalam ruangnya masing masing supaya setelah itu saya bisa berdiri lagi dengan kaki yang lebih kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar