Sabtu, 21 Mei 2016

Setelah 15 tahun, 'Fibroadenoma Mamae' Lagi?

15 tahun silam, saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Seragam putih abu-abu mewarnai keceriaan masa SMA saya. Segudang aktifitas di sekolah dan kesibukan sebagai pelajar hampir mengisi 90% kehidupan saya saat itu. Tapi tidak ada banyak orang yang tahu kala itu saya menjalani sebuah operasi pengangkatan tumor payudara atau Fibroadenoma Mamae (FAM). 

Seingat saya, gak ada gejala khusus sampai saya kemudian menyadari ada sesuatu yang salah di tubuh saya. Rasanya hanya seperti pegal-pegal di hampir seluruh tubuh bagian kanan, khususnya pundak, punggung, ketiak, dan terasa nyeri bagian payudara kanan saya. Lantas kemudian saya sampaikan kepada mama, dan kami memeriksakan payudara saya ke Klinik kebidanan yang letaknya dekat dengan rumah kami di Pamulang, Tangerang Selatan.

Singkat cerita, bidan menyatakan ada benjolan di payudara kanan. Kami melanjutkan pemeriksaan ke klinik yang lebih besar, mendapat informasi yang sama dan kami putuskan untuk memeriksakan detail ke spesialis bedah tumor di RSUP Fatmawati. Operasi pengangkatan pun dilaksanakan di usia saya yang masih sangat belia, 15 tahun. I was not thinking about anything at that time, I am not sad or even depressed, because I believe everything gonna be just fine. because my mom is there, she will take care of me.

***
Sabtu, 21 Mei 2016 - RS Borromeus

"Ya bu, betul ini Tumor ya. Fibroadenoma Mamae, diameternya 17,7 x 12,4 x 22,4 mm. Kita angkat ya bu?" dokter Monty dengan jelas membacakan hasil ultrasonografi yang dilakukan Selasa lalu.

saya dan suami saling berpandangan, menahan nafas. 

"Saya HIV + dok, bagaimana nanti operasinya? ga masalah?" tanya saya dengan nada penuh keraguan.

"Oh tentu saja gak ada masalah. Justru saya senang karena ibu terbuka, jadi kami tahu" jawab pria yang konon disebut sebagai salah satu dokter bedah terbaik di kota Bandung.

*** 

Sabtu, 14 Mei 2016 - tengah malam saya menangis dan merajuk kepada suami yang sudah tertidur pulas. Saya meringis kesakitan, bagian bekas operasi tumor payudara 15 tahun terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri sekali. saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya merasakan (kembali) ada yang salah dengan badan saya.

Kami yang tidak tahu harus berbuat apa malam itu memutuskan untuk tidak melakukan tindakan apa-apa. kami tidak pergi ke unit gawat darurat atau mencoba memberikan obat-obatan khusus, karena khawatir tindakan kami hanya akan memperburuk keadaan yang kami belum ketahui. Suami mencoba menenangkan saya yang menangis karena kesakitan dan ketakutan. Yup, saya takut ada hal buruk yang akan datang. Dan seketika saya menyesal, karena tidak pernah bisa benar-benar menjaga tubuh saya dengan baik.

Senin, 15 mei 2016 - pagi-pagi saya sudah mandi dan bersiap-siap, kami akan pergi ke klinik Yayasan Kanker Indonesia yang kebetulan terletak di belakang rumah kami di Jl. Kejaksaan di Bandung. Hampir 2 tahun ini saya wara-wiri di depan klinik tersebut, pergi ke warung, belanja sayur atau sekedar berjalan berkeliling. Tidak pernah menyangka akan menyambangi rumah bergaya lama ini, untuk memeriksakan diri saya. Dengan diantar suami dan anak, kami mendaftar ke bagian administrasi dan bertanya tentang beberapa hal. Saya memutuskan untuk sekalian melakukan pemeriksaan pap smear dan pemeriksaan payudara.

"Ya bu, ada benjolan. Ini sepertinya hormon di tubuh ibu bermasalah, karena tumbuh kembali. penyebabnya bisa makanan atau obat-obatan yang merangsang hormon di tubuh ibu. saya rujuk ke dokter bedah ya" ujar dokter Nida saat melakukan perabaan di area payudara saya.

saya masih terdiam. bingung dan khawatir. is it gonna be serious? or what? don't know.

"Ibu akan saya rujuk ke dokter Monty ya. nanti coba dicari tahu aja jadwalnya. Jadi nanti sekalian USG dan lain-lainnya sama beliau langsung aja. Oh ya ibu sudah jangan makan daging ya, daging sapi, kambing dan ayam. Ayam boleh sih, tapi hanya ayam kampung. Sudah jangan makan fast food, dan makanan cepat saji lainnya."

"Baik dok" jawab saya singkat dan sungguh masih kebingungan.

***

Dalam perjalanan pulang dari RS Borromeus pagi ini, di motor saya masih terdiam. Dokter bilang FAM tersebut harus diangkat. Tapi di Borromeus kami gak bisa menggunakan BPJS untuk one day surgery tersebut, in handle of dokter monty hands. Biaya operasi-nya sekitar sembilan sampai sepuluh juta rupiah. Memang sih, tumor ini jinak, tidak membuat saya kehilangan kemampuan beraktifitas. Saya masih bisa bekerja dan melakukan kegiatan rutin saya. Hanya saja dokter mengatakan akan berbahaya jika tidak diangkat, Fam akan membesar. Di akhir pertemuan dengan dokter tadi, kami akan mengabarkan segera kepada beliau. Kami butuh waktu untuk berdiskusi perihal pengangkatan jaringan tumor ini.

Saya lebih banyak diam hari ini. ketakutan itu sudah jauh pergi, saya sudah lebih tenang karena sudah mengetahui hasilnya. Tapi sekarang saya malah khawatir dan memiliki pertanyaan-pertanyaan baru (yang lupa saya tanyakan tadi pada dokter). Apakah ada cara lain untuk menghilangkannya? Apakah jika tidak diangkat berdampak pada kesehatan saya? Apakah akan berpengaruh jika saya akan merencanakan kehamilan? Langkah terbaik apa yang harus saya lakukan, because 10 million is a lot of money.

Malam hari nya saya menghubungi Mama dan papa saya, cerita pada mereka tentang situasi terakhir. Suara keduanya terdengar sangat resah, tapi tetap menguatkan saya. But I tell them not to worry. Saya dan febby sedang mencari informasi sebanyak-banyaknya serta mencari jalan terbaik bagi kami, khususnya saya. Sampai saya membuat tulisan ini, kami belum memutuskan apapun. Saya juga gak kepikiran akan buru-buru mengambil keputusan.  Saat ini yang paling dekat yang saya lakukan adalah memperbaiki pola makan saya, konsumi sayur dan buah-buahan akan lebih saya perbanyak. Selebihnya, saya belum tahu mau melakukan apa. But I believe, this is gonna be a new story that God writen to me, and for me to continue. Bismillah, semoga apapun yang ada di depan mampu kami jalani ya..

Hei husband, thanks for being here, please stay and always take care of me..

***

Many times we feel disapointed, angry or sad because things didn't turn out the way we wish it would. And that happens because we expect too much. In life, things happen beyond what our brain can imagine. It is uncontrollable and unbearable. But things will feel alright if we've prepared ourselves for anything that could happen. Because life isn't perfect, neither are we. So why we expect things run perfectly too? God has made the best plan for us, so just enjoy the ride no matter where it leads us to. Expect life to be exciting, because it really is.
from #88lovelife books

6 komentar:

  1. Doa agar mbak Ayu diberi solusi yang terbaik dan pulih sehat ceria kembali

    BalasHapus
  2. Yang kuat dan tabah ya Ayu. Tetap semangat! Semoga Allah segera menyembuhkanmu, aamiin yra... *Peluk dan Cium*

    BalasHapus
  3. Yu, tumor jinak akan tetap berbahaya untuk dirimu. Apakah bs meminta rujukan ke rs lain yang ditanggung BPJS. . .

    BalasHapus
  4. Selalu kagum dengan ketegaran, kesabaran, dan ketangguhanmu, mbak Ayu. Semoga tumornya segera hilang. Sehat-sehat selalu.. :)

    BalasHapus
  5. Semoga segera diputuskan jalan yang terbaik ya mba. Doaku untukmu

    BalasHapus
  6. Saya selalu percaya dengan ketegaran, kesabaran, dan ketangguhan mbak Ayu. Hal itulah yang meyakinkan saya bahwa tumornya segera hilang. Semoga sehat selalu dengan pola nutrisi dan pola hidup yang lebih baik. Amin.

    BalasHapus