Selasa, 07 Agustus 2012

kemasan ARV anak rusak?

Berita ini sudah saya posting sebelumnya di
http://www.odhaberhaksehat.org/2012/kemasan-arv-anak-rusak/#more-343

Gadis kecil ini konsumsi ARV sejak tahun 2009. Sudah 3 tahun. Sudah hapal betul bagaimana Rasanya, pahit katanya. Sudah tahu jika alarm di hanphone terdengar, pertanda waktunya dia minum obat. 5,5 tahun usia-nya kini. Semakin sehat dan aktif. Tidak berbeda dengan anak lain yang hidup tanpa HIV. Bersekolah layaknya anak-anak lainnya. Beraktifitas dan bermain seperti biasa.
Pandai Menari, ikut Kelas drum band, pandai memainkan angklung dan hobi main futsal serta sepeda. Sama seperti anak lain yang cengeng, dan pemarah. Gadis ini pun kadang berperilaku layaknya anak kecil lainnya. Dan ARV memulihkan kondisinya. 3 tahun lalu dia tidak se fit saat ini.

Duviral dan Efavirenz. 2 jenis ARV yang dia gunakan. Pahit katanya. Ya jelas pahit. ARV yang dia konsumsi itu dosisnya disesuaikan dengan berat badan dan tinggi badannya. Lalu dari dosis tersebut, menggunakan ARV dewasa yang bentuknya Pil di gerus menjadi bubuk atau yang biasa dikenal dengan istilah puyer.



Entah kenapa ga ada yang sirup? Atau yang sudah 1 kapsul khusus untuk anak-anak? Saya ga tahu juga. Saya ga pernah banyak komplain soal ini. Walaupun geregetan. Walaupun marah dan ga puas. Bahkan lebih sering kecewa dengan cara pengobatan HIV pada anak. Sampai ada kejadian yang membuat saya sangat marah.

Seperti biasa, waktu pengambilan obat gadis ini tiba. Dosis yang ditentukan oleh dokter bertambah seiring dengan berat badan-nya. Biasanya, saya rutin dan standby yang mengambil obatnya. Memeriksa dengan pasti, jumlah tepat, kemasan dan dosis tepat. Tapi kali ini, salah seorang anggota keluarga kami yang menggantikan tugas mengambil obat ini.




Saya terkejut melihat kemasan ARV puyer gadis ini terbuka. Bukan bocor, tapi memang tidak tertutup sama sekali. Sudah pasti puyer yang ada di dalamnya berhamburan dan hanya menyisakan dosis untuk beberapa hari. Dan yang lainnya saya anggap rusak. Sudah kena udara, kuman dan dosisnya berkurang karena sebagian telah tumpah.

Apa-apaan ini! Pikir saya.
Buat saya ini sudah suatu kelalaian. Saya termasuk orang yang paling teliti. Bagaimana kejadiannya jika orangtua lain, yang menerima ARV dengan kondisi seperti ini. Namun tidak menyadari. Dan tetap di konsumsi. Dengan kemasan terbuka. Bagaimana dan dimana tanggung jawab penyedia layanan kesehatan atas hal ini? Dan keesokan harinya saya menuju Rumah sakit rujukan di wilayah Jakarta Selatan tempat biasa gadis ini kontrol kesehatan.

Pertama saya datang ke dokter untuk menjelaskan kronologis dan kejadiannya seperti apa. Saya juga membawa ARV puyer dalam kemasan yang terbuka tersebut. Dan tanpa banyak berkata, Sang dokter memberikan resep baru untuk mengambil kembali di apotik. Kecewa. Saya berharap sang dokter bisa memberikan peringatan kepada apoteker atau petugas farmasi untuk lebih berhati2 dan teliti dalam mengemas. Tapi ternyata tidak.

Lalu saya bergegas ke apotik. Saya tidak lagi mengantri. Melainkan langsung menemui kepala farmasi-nya dan menyampaikan hal ini. Bahwa ada ARV puyer dalam kemasan yang mereka berikan pada tanggal sekian, kepada pasian atas nama bla..bla. Lalu mereka meminta maaf atas kejadian ini dan akan membuatkan obat yang baru.


Dan saya kembali menjelaskan kepada pihak farmasi. Sudah menjadi kewajiban mereka untuk menganti obat yang rusak kemasannya tersebut. Namun, kemana fungsi kontrol Rumah Sakit. Kenapa sampai bisa ada kejadian, obat ARV kemasannya tidak tertutup. Siapa yang in-charge di farmasi di setiap RS rujukan, yang bertanggung jawab untuk ARV anak. Siapa yang bisa memastikan, bahwa dosis yang diberikan oleh dokter dalam resep sesuai dengan yang diracik oleh apotik tersebut. Mungkin jawabannya hampir tidak ada.

Walaupun memang pihak RS bertanggung jawab atas kejadian ini dan meminta maaf. Sebaiknya hal ini, menjadi perhatian bagi semua orang tua atau kerabat dan teman-teman yang memiliki anak yang hidup dengan HIV, yang mengurus anak dengan HIV, yang mendampingi anak dengan HIV. Bahwa menjadi pasien kita harus menjadi pasien yang cerdas. Yang ga terima jadi. Yang kritis. Apalagi terkait maintanance kesehatan. Obat apa yang diberikan oleh dokter, fungsinya untuk apa, efek sampingnya apa. Lalu periksa setiap obat yang diterima. Baik kemasannya, jumlahnya, dosis dan takarannya, masa berlaku pemakaian dan cara konsumsi.

Berjuang itu dimulai dari diri sendiri. Jangan tunggu orang lain untuk bergerak. Ajak dirimu untuk mengingat dan memulai perjuangan. walaupun hidup dengan HIV, semua orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama tanpa terkecuali.
Pict atas dari Google, yang bawah koleksi pribadi


*dibawah ini adalah gambar ARV Puyer yang kemasannya tidak tertutup saat diterima dari apotik. benar – benar dalam keadaan terbuka. sebanyak 18 kemasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar