Rabu, 01 Mei 2013

[Review Buku] 9 Musim Panas, 10 Musim Gugur

sumber : google.com
Iwan Setyawan, dia yang menulis buku ini. Buku ini saya beli tahun lalu, sekitar bulan Oktober 2012, entah kenapa saya suka dengan cover-nya, dan judulnya sepertinya menyiratkan banyak makna sepertinya ada banyak musim yang harus dilewati untuk hidup yang lebih baik, lebih bahagia.

"Iwan, biasa dipanggil oleh Ibunya dengan Bayek adalah seorang anak laki laki yang lahir dan tumbuh di kota Batu, Malang. Bayek memilik 4 saudara perempuan. Ibuk yang sehari hari menjaga adik adiknya dan bapak yang dengan angkot nya mencari nafkah untuk menghidupi istri dan kelima anaknya. yang penting mereka semua bisa makan dan bisa sekolah. Berkat ketekunan dan tekad Bayek untuk memperbaiki kondisi kehidupan dan keluarganya, anak supir angkot yang cengeng dan penakut itu siapa sangka bisa terbang ke new york dan mendapat kesempatan bekerja dengan posisi yang tidak disangka. sebuah mimpi yang tak disangka sangka dapat menjadi kenyataan, berkat tekad dan sebuah kasih sayang, ia bisa mewujudkan kebahagiaan keluarganya dan membuktikan siapapun bisa."

Lalu tidak lama, saya selesai membaca-nya saya hanya menyimpan buku itu dan kembali melanjutkan kehidupan dan menjalani aktifitas sehari hari. Dengan semangat yang selalu terlahir dari setiap saya selesai membaca buku buku saya. Lalu saya mulai mem-follow akun twitter milik mas Iwan, @Iwan9S10A dan mengikuti twit-twitnya yang masih tidak jauh seputar bagaimana dia bisa meraih semua mimpinya. lalu saya mulai excited saat mengetahui '9 Summer 10 Autumn' akan di-Filmkan. saya penasaran. siapa yang akan memerankan Bayek, Ibuk, Bapak, Mba Isa.. bagaimana sang sutradara akan menggambarkan rumah mereka, tukang kredit yang biasa Ibuk pinjami uang, bagaimana bentuk mobil colt yang bapak jadikan sumber mata pencaharian. Bagaimana bentuk Visual dari kisah nyata kehidupan seorang Iwan Setyawan. Mulailah saya juga mengikuti perjalanan akun twitter @9S10ATheMovie dan melihat perkembangan sejauh mana film itu dibuat, kapan selesainya, siapa pemainnya, kapan mulai diputar di layar bioskop. 

Dan harinya tiba, kemarin sepulang kerja saya memutuskan untuk ke Arion Mall, Rawamangun yang hanya berjarak 10 Menit dari kantor. awalnya saya janjian dengan 2 orang kawan yang ternyata mereka tidak bisa memenuhi ajakan saya untuk nonton bareng. alhasil saya sendirian saja menyaksikan film yang sudah saya nantikan sejak lama. Pukul 17 saya tiba di bioskop yang interiornya sangat oldschool itu. 

"Mbak, di Studio 3 '9 Summer 10 Autumn' 1 tiket ya?"
"Jam 19.15 ya mbak, duduk di kursi mana?" 
lalu saya memandangi layar monitor di balik kaca penghalang loket pembelian tiket
kenapa hanya saya? hmmm, tak apalah
"di C11 aja mbak"
"dua puluh lima ribu mbak.." 
lalu saya membayar dan keluar dari bioskop tersebut

duh, saya masih harus menunggu 2 jam. tapi tak apalah, saya yakin ini akan terbayar dengan film yang sarat makna ini. saya berkeliling Mall, memutuskan untuk makan agar tidak pingsan karena kelaparan saat menonton, membeli beberapa pernak pernik di toko Art crafts dan berakhir di sebuah toko buku. tidak terasa 2 jam berlalu dan saya bergegas ke lantai paling atas mall tersebut dan masuk ke dalam studio. ditemani sebotol air mineral dan popcorn saya menonton. dan studio 3, hampir setengah penuh dalam 2 jam.


buat saya Ifa Isfansyah, sang Sutradara sukses menggambarkan keseluruhan isi buku yang mas iwan tulis berdasarkan pengalaman hidupnya dan keluarganya. beberapa kali saya menitikkan air mata. saat ibuk melahirkan Bayek, saat  mereka sekeluarga naik kedalam mobil colt angkot bapak, saat melihak Bayek an kedua kakak perempuannya harus tidur di satu tempat tidur. akhirnya saya melihat rumah mereka, angkot bapak, saya melihat Bayek kecil, saya melihat pintarnya mbak Isa, saya merasakan Kota Batu, Malang saat itu menjadi saksi hidup keluarga mereka. Saya melihat perjuangan Bapak, yang walaupun hanya dengan sebuah mobil Colt yang lebih sering mogok, saya melihat Bayek dan kakak perempuannya saat berangkat ke sekolah. 

Saya jadi rindu Mama dan Papa. Saya kemudian membayangkan, apakah saya sudah cukup menjadi Ibu yang baik untuk putri saya Malika. lalu saya jadi termotivasi, saya harus bisa membahagiakan Mama dan Papa. Saya akan memberikan Malika pendidikan terbaik untuknya, akan mengajarkannya nilai nilai kehidupan yang akan menjadi bekalnya kelak. dan yang terutama, kemanapun saya melangkah, seberapa banyakpun uang yang saya cari untuk menafkahi keluarga, atau seberapa sering saya terbang melintasi angkasa menuju bagian lain dari bumi ini, saya akan tetap kembali kerumah, untuk Malika.

Yang hobi baca, gak lengkap kalau belum punya bukunya.
Ajak Bapak, Ibu dan saudara saudara kalian untuk nonton film ini, bareng bareng.
Mas Iwan.. terima kasih untuk berbagi dengan kami. Walaupun saya merasa tidak semua kehidupan mas Iwan yang mas jalani, mas tulis dalam buku ini. Apapun itu, salam hormat untuk Ibuk.. dan doa untuk Bapak  disana, salam untuk Mbak Isa dan saudara lainnya. Salam untuk Bayek kecil yang selalu cengeng dan penakut, tapi bisa membahagiakan keluarga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar