Jumat, 13 Desember 2013

#Selftalk Saya Gak Pernah Bilang Ini Mudah

Pic from google.com
Saya memiliki seorang sahabat dekat, pria. Kami memiliki banyak kesamaan dan kesukaan, seperti film dan buku. Dia memanggil saya kitten, saya memanggilnya werewolf. Saya sebenarnya sedikit bingung, karena saya merasa tidak seperti kucing, tapi saya sepakat dengan diri saya bahwa dia adalah jelmaan manusia serigala. well, anyway.. Kami berteman belum lama, kurang dari dua tahun lamanya. kami suka ngobrol dan berdiskusi tentang banyak hal.

Saya mengetahui bahwa dia hidup dengan HIV sejak tahun 2001. Dulu dia mantan pengguna jarum suntik, anak seorang brigadir jendral yang terjebak dalam lingkaran kelam narkotika. Dia pernah bilang pada saya, "Saya tidak akan menggunakan ARV, kalaupun saya mati, itu karena sudah takdir Tuhan. I will fight with my own." sebetulnya saya sedih dan tidak suka dengan prinsip yang dia miliki. itu sama saja seperti membunuh dirimu perlahan. 

Kemarin saya kerumahnya. Dia sakit. 
"Saya harus mengakui, bahwa selama ini cuma main main dengan hidup, dan Saya kalah."

Setelah bertarung sendirian melawan HIV di dalam tubuhnya, 12 tahun kemudian yakni hari ini. dia akhirnya jatuh sakit. berat badannya menurun drastis. dia bilang dada-nya sesak, dia terkena infeksi Tubercolosis. dan sedang memulai terapi. beberapa obat sudah tidak bisa masuk kedalam tubuhnya, dia bilang tidak sanggup. Saat ini dia sedang melakukan theraphy pemulihan untuk TBC-nya dengan streptomycin Injection. disuntik di bagian bokong setiap hari selama 60 hari.

Saya memahami bahwa menggunakan terapi ARV adalah pilihan untuk seseorang. saat anda berkomitmen untuk memulai terapi, maka laksanakanlah seumur hidup, berkomitmen tinggi akan kepatuhan obat dan menjaga kesehatan. Sahabat saya memilih jalan hidup nya sendiri. 

Dan dihari saya duduk kembali bersamanya. Dia memutuskan akan memulai terapi ARV setelah masa pengobatan TBC sudah membaik. Dia bilang dia akan ikut dan patuh pada perencanaan pemulihan kesehatannya bersama sang dokter. 

Dia tidak berhenti batuk dan seperti kelahan menahan sesak di dada-nya saat kami ngobrol kemarin. Saya membawakan beberapa buah, dan roti untuk dia makan. Dia tidak terlihat seperti orang yang patah semangat, tapi HIV mematahkan kesehatannya. Dan dia harus berjuang untuk itu.

Di hari dimana saya menulis tulisan ini, dia sudah tidak membalas pesan pesan saya. Mungkin dia sedang tidur, mungkin dia sedang tidak ingin diganggu. Saya hanya berharap, dia tidak menyerah dengan kondisi-nya saat ini, saya yakin dia akan berjuang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar