Senin, 10 Desember 2018

Saat tidak bisa memilih antara isu HIV atau Anak

Beberapa hari lalu saya curhat panjang lebar di instagram story. Tentu saja karena curhatnya tentang hal sedih maka tidak saya simpan. Selain curhat di story, saya juga membuat beberapa keputusan yang bagi saya sebenarnya sangat tidak menyenangkan seperti menghapus bio atau profille di instagram beserta beberapa story yang saya highlight tentang HIV. Lho, ada apa sih? Pada dasarnya ini semua soal HIV HIV dan HIV. Saya terkadang berfikir, ini sudah sembilan tahun tapi saya masih terus bersembunyi dibalik selimut ketakutan saya sendiri. But yeah.. that's the pathetic life of being HIV positive person. Even saat saya sudah punya sejuta keberanian, masih tetap saja ada hal hal yang selalu saya pertimbangkan sebelum saya mengambil sebuah tindakan.

Kejadiannya semua bermula pada saat Malika, anak saya bercerita ada teman di sekolahnya yang bertanya "Malika, mama kamu HIV ya?". Rasanya detik itu dunia saya runtuh. Tapi saya tahu, saya ga bisa langsung tenggelam dalam reruntuhan itu dan harus segera mengambil sikap. Lantas saya langsung bertanya kepada Malika apa jawabannya "Yaaa.. aku terpaksa bohong. Aku bilang umi ku tidak HIV. Aku takut kalau teman - teman di sekolahku tahu, nanti kejadiannya seperti di berita - berita yang kita lihat". 

Selasa, 04 Desember 2018

Saya Tidak Merayakan Hari AIDS Sedunia

Setiap satu Desember, seluruh dunia memperingati Hari AIDS. Moment ini dimulai tepat 30 tahun silam dimotori oleh UNAIDS yang merasa bahwa hari itu penting untuk terus diingat. Saya sepakat.

Sama seperti hari kemerdekaan sebuah negara atau hari lahir. Hari AIDS ada sebagai sebuah pengingat, bahwa sudah 30 tahun lamanya virus HIV menjadi persoalan semua orang di dunia.

Saat saya ketikan pertanyaan how many people living with HIV in the world, jawabnya 1.8 million individuals worldwide became newly infected with HIV in 2017 – about 5,000 new infections per day. Bisa terbayang ga sih begitu banyak orang yang terinfeksi HIV dan stigma diskriminasi mungkin jumlahnya berlipat ganda lebih banyak daripada jumlah kasus itu sendiri.

Saya tidak pernah merayakan Hari AIDS sedunia. Dan tahun ini, adalah momen pertama setelah sembilan tahun terinfeksi HIV saya tidak mengikuti momen peringatan HIV baik di Jakarta, bandung, maupun luar negeri. Saya tidak berada di televisi dan menerima wawancara media cetak atau pun elektronik. Saya hanya melakukan 1 wawancara telfon dengan salah satu radio yang kebetulan penyiarnya adalah teman saya. That's it! Tau gak rasanya tidak melakukan itu semua, SANGAT MENYENANGKAN. i feel so glad that I dont have to be busy. I can spend time with my family :)

Ps. Sorry for anyone that I ignore for interview. Thanks for your understanding