Kamis, 06 Agustus 2020

Cinta Yang Mengubah Hidupku Part #28

Sekarang setiap kali jam istirahat kuliah, Baskoro selalu menghampiriku ke kelas. Dan dia akan mengikutiku ke kantin, makan di sebelahku dan berusaha untuk terus mendekatiku. Bukan kali pertama dia mencoba sekuat tenaga karena dia melakukannya hampir setiap saat. Sebetulnya aku bisa saja menolaknya dengan halus, tapi Baskoro tidak melakukannya dengan cara yang membuatku jengah. Dia laki laki yang sangat sopan dan teman yang menyenangkan untuk diajak ngobrol.

Aku memutuskan untuk membuka diri untuk menjadi temannya. Dia adalah seorang Taurus yang menghabiskan waktu remajanya di Bogor. Perawakannya tinggi kurus, terlalu tinggi dan terlalu kurus sehingga kalau aku berjalan di sisinya terlihat sangat aneh. Baskoro kemudian aku panggil dengan awalan Mas karena tentu dia seniorku di kampus dan nampak sangat berwibawa meskipun saat semakin lama sering jalan bareng dia suka cengegesan juga.

Aku mulaia memberi sinyal positif untukk berteman dengannya dengan mengijinkannya mengantarkanku pulang ke rumah meski dengan motor tuanya yang kurang begitu nyaman aku naiki. Ya, aku takut motor itu tiba tiba ambruk atau mogok. Aku juga mulai membalas pesan singkatnya meskipun tidak begitu antusias. Aku merasa aku masih berhubungan dengan Abet dan aku tidak ingin mengkhianati hubungan kami.

Rabu, 05 Agustus 2020

Cinta Yang Mengubah Hidupku Part #27

“Hei” suara di kejauhan sana terdengar sangat ku kenal baik.
“Lho, ABET??”

Aku mencubit lenganku sendiri untuk meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan mimpi. Aw sakit! Ternyata bukan mimpi, karena suara di seberang sana kembali memanggil.

“Hei, aku ga punya banyak waktu nih. Kamu lagi ngapain?”
“Lagi tidur-tiduran di kamar. Hmm kamu kabarnya gimana?”
“Menurutku kalau di  penjara kabarnya gimana?”
“Ih kok gitu jawabnya?”
“Ya masa aku bilang baik? Apa iya dipenjara aku bisa baik-baik aja. Eh, selamat ulang tahun ya. Sudah terima suratku?”
“Eh, iya. Makasih ya. Sudah.. kenapa sih suratnya pakai bahasa inggris terus?”
“Supaya gak bisa dibaca sipir penjara atau napi lain kalau ketahuan. Gak akan dimarahin sih tapi malu aja. Masa dipenjara mellow”

Selasa, 04 Agustus 2020

Cinta Yang Mengubah Hidupku #26

Di kampus aku sangat menikmati hari hariku yang baru. Jarak antara aku dan Abet, meskipun dalam kondisi yang tidak begitu menyenangkan ternyata cukup menyehatkan pikiranku. Aku sangat menikmati materi pelajaran yang diberikan, meskipun tidak lebih mudah dari pelajaran semasa SMA. Tapi paling tidak, aku tidak menggunakan seragam dan tidak berada di tempat ini seharian. Aku bebas berekspresi dan merasa telah masuk ke dalam gerbang pendewasaan diriku.
Meskipun begitu, kebingungan tidak lantas hilang dan tenggelam. Keberadaan Baskoro yang sungguh baik pribadinya cukup menganggu pikiranku. Aku tidak membalas pesan singkat yang dikirimkannya kemarin. Aku juga tidak menulis surat untuk Abet yang biasanya langsung kuberikan kepada Uni untuk diberikan saat kunjungan keluarga mereka di minggu berikutnya.

Saat jam istirahat kuliah tiba, aku tidak bernafsu makan. Rasanya aku tidak ingin keluar kelas, mungkin aku bisa membaca buku yang aku bawa di tas. Tapi sayangnya kelas ini sungguh dingin dan AC-nya tidak boleh dimatikan karena beberapa saat lagi akan ada perkuliahan. Bisa kena marah petugas kampus jika aku main mematikan AC di ruangan.

Lantas dengan langkah yang berat, aku turun menuju ke kantin dan aku menemukan Baskoro yang membawa sepiring kue dengan lilin. Di sekelilingnya kudapati teman – teman seangkatanku tersenyum manis. Ah ya, aku bahkan baru ingat ini tanggal 13 Oktober. Setelah meniup lilin, aku berjabat tangan dan meladeni cipika cipiki dari semua temanku. Aku duduk dan menikmati sepiring kue yang sebelumnya kuambil dari tangan Baskoro. Dia duduk di sampingku. Aku merasa berhutang jawaban sms.

Senin, 03 Agustus 2020

Cinta Yang Mengubah Hidupku Part #25

Setiap tanggal 13 Oktober, aku tidak terbiasa dengan kejutan. Beberapa kejutan yang biasa kuterima rasanya tidak benar benar membuatku terkejut malahan lebih sering membuatku kesal. Sejak SMA, karena sekolahku terletak di dekat danau maka salah satu hal yang biasa diterima oleh mereka yang berulangtahun adalah kami akan dilempar ke tengah danau paling tidak satu kali seumur umur kami bersekolah di sini. Tentunya karena aku sudah lulus, aku tidak berharap mendapatkan kejutan yang sama. Karena beberapa bulan terakhir aku sudah mendapatkan kejutan dari hidup.

Meskipun kini aku sedikit bisa mengimbangkan kebimbanganku dengan padatnya aktifitas perkuliahan yang baru dimulai. Yup, dengan segala aktifitas baru di kampus aku mungkin bisa menyeimbangkan hati dan pikiran. Kampusku letaknya tidak jauh, masih ada di sekitaran Pamulang. Aku mengambil jurusan desaign grafis, yang sesungguhnya bukan pilihan awal yang kuharapkan. Pada akhirnya aku melanjutkan untuk berkuliah karena tuntutan orangtua. Aku tidak begitu yakin dengan semua pilihanku kala itu.

Minggu, 02 Agustus 2020

Cinta Yang Mengubah Hidupku Part #24

Semenjak kunjungan terakhirku ke polsek Kebayoran Lama yang berujung tidak mempertemukanku dengan Abet, aku memutuskan untuk tidak lagi ke sana. Karena selain Abet sepertinya juga belum bisa menerima kunjunganku, ada juga kecanggungan karena pada jam besuk akan ada ayah dan ibunya yang pastinya lebih membutuhkan quality time dengan sang anak.

Aku sulit mengambil keputusan tentang apa yang harus kulakukan dengan hubunganku dengannya. Karena kini dinding pemisah kami adalah jeruji besi, ada orangtuanya, ada jarak dan aku hanya anak kemarin sore yang baru lulus SMA dan mencari petunjuk tentang kehidupanku. Saat aku menemukan cinta, ternyata menjalaninya pun tidak mudah. Terlebih lagi saat ini Abet sedang mendekam di penjara akibat kelakuannya sendiri, tertangkap tangan karena kedapatan membeli putauw. Yang belakangan kuketahui bahwa kasus yang dialaminya adalah kasus salah tangkap. Target operasi awal adalah sang Bandar, namun bandarnya keburu melarikan diri sesaat setelah transaksi dengan Abet selesai dilakukan. Apes. Begitu kira kira nasibnya saat ini.

Sabtu, 01 Agustus 2020

Cinta Yang Mengubah Hidupku Part #23

Ini bukan kali pertama aku berhadapan dengan isu narkotika, Abet hanya mengembalikan cerita cerita di masa kecilku. Hanya saja bentuknya lebih intim, karena aku sungguh mencintainya. Kakak laki – lakiku adalah bentuk lain dirinya, hanya saja dia lahir dan tumbuh di tahun berbeda. Dimana narkotik masih menjadi barang langka di Negara ini. Kakak laki lakiku memperlihatkan betapa heroin membuatnya larut dan tenggelam dalam ruang yang hanya dia yang tahu dimana letaknya dan seberapa kedalamannya.

Sewaktu aku masih berusia empat atau lima tahun, aku sering menyaksikan pemandangan aneh di dalam kamar kakakku. Dia dengan jarum suntiknya yang menancap di tangan, ya tentu saat itu sering berfikir kakakku sedang sakit dan menyuntikan obat ke dalam tubuhnya. Aku sempat berfikir dia pernah bersekolah di jurusan keperawatan, karena mampu menggunakan jarum suntik dengan begitu lihai. Di lain kesempatan aku melihat dia menghisap bubuk berwarna putih yang sudah dibariskan dengan rapih di atas cermin. Yang paling frontal adalah, aku sering melihatnya membawa barang – barang di rumah kami di saat mama dan papa sedang bekerja. Mulai dari televisi, tabung gas dan barang berharga lainnya.