Senin, 22 Juni 2015

Tangan-tangan Tuhan Yang Bergerak Secara Misterius

sumber gambar : google.com
Saya tidak pernah menyangka bahwa hidup akan begitu memiliki banyak warna, melewati banyak kelok, dan mungkin akan terhalang banyak tembok atau tebing yg menjulang. Beberapa yang telah mengenal saya, mungkin tahu perjuangan demi perjuangan yang dihadapi oleh banyak orang yang hidup dengan HIV di Indonesia, melawan sakit sambil menghadapi stigma dan diskriminasi yang selalu hadir disekitar. Saya mungkin bukan orang yang paling kesusahan di muka bumi ini, saya termasuk salah satu yang beruntung, karena begitu seringnya Tuhan memberikan jalan jalan kebaikan bagi saya, dan mengijinkan saya untuk bangkit. Kemarin saya membuat tulisan tentang kondisi Hepatitis C saya yang hampir tidak pernah saya perbincangkan dengan orang banyak (baca disini). Kenapa, karena saya sungguh merasa pesimis, apakah saya bisa mendapatkan pengobatan Hepatitis C yang harganya selangit.

Jumat, 19 Juni 2015

Another Sickness Disturb me - Living with Hepatitis C Virus

Sumber gambar : Google.com
Alih alih seharusnya menyelesaikan pekerjaan yang dateline-nya adalah Lusa. Saya malah menutup semua dokumen yang berhubungan dengan pekerjaan dan memilih untuk browsing informasi terkait Hepatitis C. Itu semua karena saya baru saja menerima beberapa hasil pemeriksaan terkait Hepatitis C. Lho lho lho.. kok Hepatitis C, ada apa lagi yu? Yap, kayanya gak cukup cuma virus HIV hidup di tubuh saya, saya juga didiagnosa memiliki Virus Hepatitis C dalam darah. Which is not a good story indeed. Selama 6 tahun lamanya, saya bercokol dengan begitu banyak sakit dan air mata. Obat obatan serta semangat dari keluarga dan teman temanlah yang menjadi suplemen penguat diri saya. Daripada saya uring uringan gak karuan (padahal barusan nangis di ketek suami), lebih baik saya bagi cerita saya dan jadi manfaat buat semua.

Minggu, 14 Juni 2015

In Jurrasic World, If Something Chase You, RUN!

sumber gambar : google.com
Saat itu tahun 1993, usia saya baru 7 tahun. Terbayang tubuh mungil saya yang berlarian mengelilingi area bioskop karena semangat akan menyaksikan film tentang hewan yang hanya pernah dilihat oleh manusia purba. Film yang selama ini perwujudan hewannya hanya saya lihat di ensiklopedia bergambar yang dibelikan mama, untuk menambah wawasan dan pengetahuan saya tentang alam semesta serta isinya. Hewan tersebut nyata ada, dari hasil penemuan penemuan oleh para peneliti dan Paleontolog. Hewan hewan ini diperkirakan ada, 230 juta tahun yang lalu, kemudian punah sekitar 65 juta tahun lalu. Namun terbesit dalam hati saya untuk memahami lebih, mengenai hewan yang memiliki ukuran tidak biasa, serta keragaman jenis yang sangat menarik. Dalam bahasa Inggris hewan ini bernama Dinosaurs, yang kemudian disebut Dinosaurus di Indonesia. Masa kecil, saya ingat dengan minat saya terhadap hewan. Saya selalu menyukai film, ataupun film dokumenter mengenai kehidupan hewan. Maka saat Universal Studios, membuat Jurrasic Park pada tahun 1993, saya tidak dapat mengatakan tidak, saat mama mengajak kami (saya dan kakak) untuk menonton di bioskop bersama.

Sabtu, 13 Juni 2015

Suami Hebat, Penyeimbang Kehidupan

sumber gambar : childledchaos.me.uk
Setelah pulih dari sakit. Saya langsung harus menyelesaikan tugas tugas kenegaraan di kantor. Walau selama ini memang mengerjakan semua dari rumah, dari balik layar laptop, tapi di samping itu ada beberapa pekerjaan diluar tugas utama yang memang sedang saya kerjakan, dan mengharuskan saya untuk wara wiri di Jakarta. Yup, semenjak memutuskan untuk merumahkan diri (hahaha.. bahasanya gak banget), maksudnya stay at home for work, ngurus anak dan mengelola rumah tangga bersama pasangan, saya jadi agak berat kalau harus tinggal anak dalam waktu lama. Padahal anak saya juga bukan baby lagi sih, udah 8 tahunn, but in her age now, my presence will be so meaningful for her. Dan hari iniiii...I will share the story about my Husband. Suami saya yang hebat, sang penyeimbang kehidupan. Well, hope you like it and get inspiration from the story ya :)

Rabu, 10 Juni 2015

Film Pendek - Misteri "ANU" Jatuh

sumber gambar : google.com
Sore itu saya sedang duduk manis sambil berselancar di dunia maya saat tidak lama ada sebuah pesan elektronik yang masuk, dan mengajak saya untuk bermain peran dalam satu judul film pendek besutan Sammaria Simanjuntak atau yang akrab dipanggil Atit, dari rumah produksi Kepompong gendut. sungguh bahagia dan GR tidak kepalang, wah wah wah.. walau sebelumnya sudah pernah juga main dalam film pendek milik Ikatan perempuan positif Indonesia (IPPI), tapi yang kali ini sepertinya seru dan menarik. lalu saya membaca dengan seksama, seperti apa filmnya, latar belakang cerita serta siapa saja pemainnya. lalu Saya tahu, bahwa film ini merupakan rangkaian implementasi kegiatan dari kompetisi Dialog Muda yang diadakan oleh HIVOS. Mau tau gak gimana cerita seru pengalaman shooting saya sebagai artis pendatang baru (hahahaha - silahkan muntah), mau tau juga soal apa itu kompetisi Dialog Muda, dan seperti apa sih film -Misteri "ANU Jatuh- dan para pemainnya. Semua akan saya ulas dalam tulisan hari ini, semoga bermanfaat ya! :))

Sabtu, 06 Juni 2015

[Review Buku] Bagai Bumi Berhenti Berputar, Clara Ng

doc. mediaindonesia
Saya mengenal Clara Ng saat masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu, untuk membeli sebuah buku saya harus mengumpulkan pundi pundi uang melalui uang jajan yang saya terima dari kedua orangtua saya. Tahu betul rasanya perjuangan menabung demi menabung untuk membeli buku. Beruntungnya, pada jaman itu ada toko buku toko buku lokal yang menyewakan buku seperti novel serta komik. Harganya sangat beragam, mulai dari seribu rupiah hingga enam ribu rupiah. Dari sanalah saya kemudian mengenal Clara Ng. Lewat Jampi Jampi Varaiya dan Ramuan Drama Cintanya lah, saya semakin jatuh cinta dengan Ibu dua orang putri ini. Saya semakin mencinta tulisan tulisannya saat mengetahui ternyata Clara, mengeluarkan buku buku untuk anak.

Satu kali Dalam Hidup, Mari Buat Seseorang Merasa Bahagia

sumber : google.com
Ingatkah akan cerita penyerangan yang saya terima dari adik ipar saya bulan Maret lalu. Saya menulisnya disini (silahkan dibaca). Tulisan saya mendapat sekali banyak input dan masukan, bukan hanya dari sahabat sahabat terdekat, tapi juga dari para pembaca catatan saya tersebut. begitu banyak masukan yang berguna bagi kami sekeluarga. Tapi kebanyakan juga tidak memiliki masukan karena belum pernah mengalami langsung, dan menyarankan saya sekeluarga untuk pindah saja. ternyata semuanya tidak semudah yang saya pikirkan. Saya tidak pernah mengalami situasi macam ini sebelumnya and now I have to deal with it. Semoga cerita saya hari ini berkenan dibaca, dan bermanfaat bagi kita semua.(walau sangat panjang).

Hari ke 30, Catatan tentang Penerimaan Diri

sumber gambar : www.huffingtonpost.com
Siapa yang pernah menyangka arah angin kehidupan kita akan berjalan kearah mana? tentu bagi yang mempercayainya adanya Tuhan, Tuhan adalah jawabannya. Namun sebagai puan yang dipercaya untuk menjaga tubuh berwujud manusia ini, sudah semestinya kita menjaga dan menghargai sepenuh rasa syukur kita. Sudah semestinya kita mulai berani melangkahkan kaki, dan mengarahkan hendak kemana sang kapal akan berlayar. Puji syukur, Alhamdulilah, Hari ini merupakan hari ketiga puluh. Maafkan satu minggu saya alfa menuliskan catatan catatan yang semestinya menjadi dokumentasi saya selama 30 hari pertama pengobatan lini ke 2. begitu banyak hal yang dilakukan setelah 21 hari berlalu, setelah saya pulih dan kembali menjalani aktifitas. Sehingga tanpa sadar, saya mulai menjalani hari demi hari dengan perasaan yang jauh lebih baik. Dengan lantang saya kemudian mengatakan kepada diri saya sendiri, saya siap untuk hari esok. Saya siap untuk sehat, saya ijinkan diri saya untuk berdamai dengan segala macam persoalan yang datang silih berganti, saya pun tentunya mengijinkan diri saya untuk besar hati menyelesaikan permasalahan permasalahan yang hadir dalam kehidupan.

Selasa, 02 Juni 2015

30 Hari Pertama Pengobatan Lini 2 #Day23

sumber : tummytime.onslow.org
You belong To Me, I belong To You / 30/05/2015
Malam ini sebelum tidur, entah kenapa kami membicarakan persoalan yang hampir jarang kami bicarakan. Entah kenapa.. ya entah kenapa. Saya tiba tiba bertanya kepada suami, "apakah kamu ingin kita memiliki anak lagi?" -pertanyaan yang tiba tiba terlontar dari mulut saya tersebut merubah raut wajah suami saya. Dia tersenyum lalu mengangguk (seperti malu) tapi saya tahu dari anggukannya dia mau. Lalu yang terjadi selanjutnya adalah percakapan mengenai kondisi kesehatan saya. "tapi kamu masih naik turun gini kondisinya, kalau gitu gimana?" tanyanya kembali pada saya. Lalu saya balas tersenyum dan bilang, "iya makanya kan kita harus tunggu hasil viral load saya undetectable dulu, lalu kita cek yang lain lain. harus diperhitungkan masak masak pengeluaran untuk pemeriksaan, dan kita juga harus evaluasi kembali apakah kita sudah siap untuk punya anak lagi." jawab saya panjang. lalu dia memeluk saya erat. Hati saya kecil mendengar jawaban yang keluar dari mulut saya barusan. proses yang panjang harus kami hadapi dan lewati jika benar benar ingin memiliki anak. kami benar benar ingin memiliki anak lagi. tapi kami harus bersabar. Dari pelukannya, suami saya tahu dan paham betul, saya sedang dalam proses pemulihan kesehatan. jangankan untuk hamil, berbadan satu saja, kadang kesehatan saya tidak stabil.

30 Hari Pertama Pengobatan Lini 2 #Day22



www.theblogismine.com
Melindungi anak dari gadget / 29/05/2015
Siapa diantara pembaca blog saya yang tidak menggunakan gadget, smartphone atau teknologi komunikasi lainnya? Saya rasa hampir tidak ada. Ya, gadget kini, telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk menunjang kehidupan mereka. Dalam pertemuan saya dengan kawan kawan di festival TIK kemarin, saya mendengar banyak cerita mengenai hal ini. Banyak inovasi inovasi yang membuat orang selalu haus pada kebutuhan akan teknologi. Kehidupan bertransformasi menjadi sebuah inovasi. Mata menjadi kamera, kaki menjadi mobil, telinga menjadi radio, panca indera berganti menjadi televise. Semua yang dulu dilakukan dengan tubuh, kini dapat dilakukan oleh teknologi yang jauh lebih canggih. Namun ada hal yang tidak dapat kita lupakan. Pengguna teknologi bernama manusia, harus lebih cerdas dalam menggunakan peralatan tersebut. Kenapa? Karena dilemma ini saya rasakan sebagai orang tua yang menggunakan gadget, memiliki anak yang gemar dengan gadget dan teknologi.

Bersosialisasi bagian dari Pemulihan Kesehatan [Catatan dari #Festik2015]



sumber : http://festival-tik.web.id/
Percayakah teman, sudah 21 hari saya duduk manis dirumah. Saya tidak melakukan aktifitas apapun diluar rumah. Saya hanya keluar untuk membeli sarapan, atau sayur mayor untuk memasak. Selebihnya saya memilih untuk mengurus rumah, melakukan pekerjaan dari rumah, mengurus anak, dan focus pada pemulihan kesehatan saya. Namun apakah semua itu cukup? Apakah itu semua mampu membuat diri saya sehat? Jawabannya tidak. Maka kemudian suami saya meminta untuk saya menyibukkan diri dan mencari udara segar. Dimana pas sekali, di Bandung sedang ada festival teknologi informasi dan komunikasi yang diselenggarakan oleh kementrian kominfo. Bergegas saya melakukan pendaftaran, pada malam hari, dan berniat untuk menyibukan diri dengan bersosialisasi di Festival tersebut.

30 Hari Pertama pengobatan Lini 2 #Day20



Rumah yang berisi kebahagiaan
Catatan 27 mei 2015 

sumber : google.com
“Wah, kami sekarang sudah punya rumah sendiri. Rumahnya besar, jendelanya tinggi, halamannya luas. Setiap kamar dilengkapi dengan kamar mandi di bagian dalamnya. Banyak pepohonan rindang yang menyejukan halaman rumah kami. Ada juga asisten rumah tangga dengan tanggung jawabnya masing masing, ada yang bertugas di divisi memasak, ada yang khusus mengepel dan menyapu lantai, ada yang menjaga anak anak. Tenang dan bahagia hati ini, jadi kalau sudah punya rumah seperti ini, saya bisa tenang mencari uang dan bekerja. Toh anak anak sudah ada yang urus. Saya juga bisa traveling sana sini. Yang penting di rumah semua senang. Kebutuhan terpenuhi” sebuah curhat yang pernah saya dengar dari seseorang yang kelihatannya dari ceritanya begitu bahagia dengan apa yang mereka miliki. Rumah besar, lengkap dengan segala kebutuhannya. Lantas apakah hal tersebut dapat menjamin sebuah kebahagiaan yang selama ini dicari cari oleh semua orang. Dan kebahagiaan seperti apakah yang benar benar dibilang bahagia?