Minggu, 31 Mei 2020

Perjalanan si Warung Kopi | Part 2

Keputusan telah dibuat, kami mendapat restu untuk merenovasi toko dan area ruang tengah untuk melanjutkan perjalanan si warung kopi. Tapi ternyata restu tersebut masih dibarengi embel embel kekhawatiran khas orangtua yang masih terus berjalan dengan ribuan pertanyaan atau pertanyaan soal jangan begini dan begitu atau sebaiknya begini dan begitu. 

Rumah yang kutempati ini memiliki spot terbaik selama aku hidup di satu tempat dalam waktu yang lama. Perjalanannya juga cukup panjang dan berliku. Sebuah rumah tua yang telah ada sejak jaman Belanda, ditempati oleh kakek dan nenek dari suami sejak tahun 1930-an. Rumah ini kemudian mulai dipugar di area depannya pada tahun 1998 untuk dijadikan markas sekaligus toko untuk brand clothing milik suami, Twoclothes. Sebagai salah satu pionir bersama beberapa brand Bandung Twoclothes memiliki pasarnya sendiri yaitu para anak skateboard yang mana adalah aktifitas kegemaran pak suami itu sendiri.

Sabtu, 30 Mei 2020

Perjalanan si Warung Kopi | Part 1

Keputusan kami membuat warung kopi bukanlah keputusan mudah dan murah. Tiga tahun lalu akhirnya kami dipercaya untuk mengemban tugas itu awalnya terasa sangat sulit dan melelahkan karena ternyata tempat kami memutuskan untuk pertama kali membuka birokrasinya amat rumit. Saya sempat menuliskan ending dari perjalanan tersebut di blog ini juga. Tulisannya dibaca sampai empat ribu orang dan membuat geger seantero kota Bandung. Karena menyadari konfliknya akan begitu besar, kami memutuskan untuk mundur teratur dan tidak memaksakan sesuatu yang rasanya bukan menjadi hak kami.

Mencari tempat adalah salah satu perihal tersulit dalam perjalanan si warung kopi. Tempat yang baik, strategis, menguntungkan dan tentunya dengan harga sewa yang tidak mahal adalah hal yang sangat tidak mungkin terjadi. Sehingga keputusan buru buru yang kami lakukan di tahun kedua membuat perjalanan si warung kopi berantakan.

Jumat, 29 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku Part #18

Untuk menghormati sang ibu, aku memutuskan untuk pergi ke rumahnya dan mendengarkan secara langsung kronologis penangkapan Abet dan bagaimana dia bisa sampai mendekam di balik jeruji besi. Berat rasanya datang ke rumah itu tanpa disambut oleh Abet, biasanya dia sedang pergi ke warung atau ke rumah kawan dan akan segera kembali. Tapi kali ini dia benar benar tidak ada.

Uni dan Mama matanya tampak sembab, sang ayah rupanya tidak berniat menemuiku karena mungkin aku juga dianggapnya membuat kondisi kecanduan Abet akan narkoba tidak kunjung membaik. Dan hal itu patut dibenarkan, sejak kejadian dua tahun sebelumnya aku menemukannya sedang menyuntikan putaw ke lengannya, aku tidak pernah melarangnya. Dengan alasan tidak ingin ribut, aku memutuskan menerima segala kekurangannya dan apapun yang ada dalam dirinya.

“Pagi itu, jam setengah delapan Abet pamit mau keluar sebentar. Dia masih pakai celana tidur dan kaos. Tanpa pakai jaket, dia pergi naik motor. Handphone dan dompet dibawanya, nampak terburu buru. Kami tahu dia akan pergi sama anak – anak dan kamu untuk berenang kan hari itu. Sampai kemudian sekitar pukul Sembilan kami ditelfon oleh polisi yang menyampaikan bahwa Abet ditahan di Polsek Kebayoran Lama”

Kamis, 28 Mei 2020

New Normal - Ketenangan Beribadah

Nit nit nit nit nit nit nit nit nit nit

Alarm di handphone ku berbunyi tepat pukul 5

Dengan cukup berat karena masih mengantuk, aku mengangkat tubuhku dan melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu

Air dari keran di rumah ini dinginnya sampai bisa membangunkanku dari tidur

Di ruang tengah, Febby dan Malika sudah siap dengan sajadah dan mengenakan mukena serta sarung mereka masing masing

Dua rakaat, berjamaah

Rabu, 27 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku Part #17

Pagi itu dia berjanji akan menemani keponakan keponakannya berenang dan mengajaku besertanya. Pukul sembilan dia akan menjemputku begitu katanya. Pukul tujuh aku masih menelfonnya dan memastikan apakah ada perubahan rencana, dia bilang tidak. Pukul delapan dan Sembilan aku kembali menghubungi telfon genggamnya sudah tidak bisa dihubungi, meski masih terdengara nada sambung. Pukul sepuluh handphone sudah tidak aktif. Aku lalu menelfon ke rumahnya

“Uni, ada Abet?” Tanyaku kepada kakak perempuannya yang menjawab telfon. Suaranya terdengar aneh seperti orang yang habis menangis, tapi aku mengacuhkan perasaanku dan tidak mau ikut campur. Barangkali Uni memang sedang ada masalah. Namun aku terkejut dengan jawabannya

“Yu, maaf ya… Abet mendadak diminta ke Padang. Baru saja berangkat” lalu Uni meminta maaf dan mengakhiri pembicaraan telfon kami.

Selasa, 26 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku Part #16

Pada kesempatan lainnya, setelah aku duduk di bangku kelas tiga Abet semakin sering mengantar dan menjemputku ke sekolah. Dia semakin posesif dan membuat aturan yang mengekangku. Aku harus memberinya kabar setiap saat dan jika hal tersebut tidak kulakukan dia biasanya akan marah. Entah aku sebut apa hubungan ini, Abet tidak pernah secara fisik memukulku atau membentakku. Dia hanya seperti tidak ingin kehilanganku dan hal itu pun sama kurasakan, aku juga tidak ingin lagi kehilangan dirinya seperti saat tahun lalu dia memutuskan untuk pergi.

Kini, setiap sepulang sekolah saat Abet rutin menjemputku dia sering memintaku menemaninya ke beberapa tempat yang cukup aneh. Dan setiap kali aku bertanya hendak kemana kita, dia akan menjawab dengan singkat ke rumah teman. Tapi aku tidak pernah bertemu dengan orang orang yang disebutnya teman tersebut.

Biasanya aku tidak pernah sampai di sebuah rumah atau tempat yang dituju, melainkan aku akan menunggu di pom bensin, warnet atau warung terdekat. Kadang aku menunggu di mobil atau jika sedang menggunakan motor aku memilih untuk duduk di warung. Biasanya, Abet selalu berpesan jika ada apa apa dengannya dia memintaku untuk pergi dan meninggalkannya. Pesan tersebut sulit aku pahami karena berkali kali dilakukannya dan tidak pernah terjadi apapun.

Senin, 25 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku Part #15

Aku kembali menjalani hari hariku bersama Abet. Kali ini ada begitu banyak kejanggalan yang selalu kuanggap lumrah. Mulai dari kacaunya pengelolaan uang yang dimilikinya, sehingga tidak jarang dia meminjam uangku atau berbohong kepada orangtuanya akan kebutuhan kebutuhan yang tidak esensial Padahal dia hanya membutuhkan uang saja.

Pada satu kesempatan saat aku sedang berkunjung ke rumahnya, aku mendengar suara sang ibu yang sedang berteriak marah kepada anaknya. Aku masih belum bisa mendapat maksud kemarahan sang ibu. Dengan sopan dan berusaha tidak mau ikut campur, aku masuk ke dalam rumah tersebut dan menyapa sang ibu.

“Tante..” lalu aku mencium tangannya.
“Bilangin ya Yu sama Abet, capek tante! Habis semua lama lama barang – barang di rumah ini dijualnya semua sama dia! … …. …” dan masih panjang lagi nasihat serta kemarahan yang diluapkannya padaku. Aku hanya bisa mengangguk dan meninggalkannya dalam keadaan belum berhenti bicara. Abet entah sedang apa dia diam saja di lantai dua tempat kamarnya berada.

Minggu, 24 Mei 2020

BARAYA - Baju Hari Raya

Semenjak virus ini menginfeksi tubuhku sebelas tahun terakhir, semua pakaian yg kukenakan rasanya sama saja. Semua seperti berlabel odha. Rasa dimana semua orang melihatku sebagai pesakitan, orang yang terinfeksi HIV, orang yang membawa aib kepada keluarganya. Bayang bayang buruk tersebut seperti udara yang membalut tubuhku.

Saat aku (masih) menutup auratku dengan kerudung, saat aku pergi ke diskotik dengan baju ketat, atau saat aku menjadi diri sendiri dengan kaos dan celana jeansku. Orang tetap saja melihatku dengan label yang sama.

Pakaian yang sulit kukenakan karena pelan pelan menggerogotiku dan menghancurkan pertahananku.

Virus ini kemudian bukan hanya menginfeksi sel darah putihku, namun juga menginfeksi kepercayaan diriku, cara orang memandangku bahkan mengkontaminasi semua atribut yang kukenakan.

Sabtu, 23 Mei 2020

Surat Untuk Mbak Marsinah

Mbak Marsinah.. 
11 tahun sudah saya hidup dengan virus HIV dan harus mengkonsumsi obat ARV setiap harinya seumur hidup.

Mbak Marsinah.. Secara sistematis dan struktural, negara tidak pernah memberikan saya dan banyak perempuan.. edukasi tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi. Tidak ada proteksi secara pemahaman bahkan kemampuan utk bernegosiasi dgn pasangan... sehingga kerentanan terinfeksi HIV meningkat pada kelompok perempuan.

Mbak Marsinah... hingga 11 tahun ku hidup dengan HIV... atau 27 th kematianmu.. kesehatan seksual dan reproduksi masih menjadi hal yang tabu. Tidak ada informasi dan edukasi dari mulai di lingkungan sekolah, sosial maupun keluarga sebagai bentuk pencegahan. Sehingga mengakibatkan.. makin banyaknya perempuan dan anak anaknya yg terinfeksi HIV karena tdk memiliki posisi tawar pada pasangan. Tidak ada juga perlindungan hukum yang nyata bagi perempuan dan kelompok kelompok yg terdampak HIV AIDS

Jumat, 22 Mei 2020

Jaga Diri, Jangan Lelah

Begitu banyak konspirasi tentang isu c19 ini. To be honest saya sempat mengikuti perkembangannya di awal dan mengerikan jika memikirkan jika ini memang dibuat oleh manusia dan sengaja dilepaskan untuk tujuan tujuan tertentu. TAPI, sebetulnya jauh sebelum ini terjadi hampir semua isu virus dan penyakit di muka bumi ini akan selalu ada pihak pihak yang mencari cari akar serta asal muasalnya. Entah itu akan end up dengan sebuah teori ataupun fakta bahwa penyakit tersebut memang ada, I decide to believe that virus is here now with us on earth.

Sebagai contoh, pada saat saya terinfeksi HIV saya memiliki pergolakan batin yang luar biasa. Selain karena begitu minimnya pemahaman akan informasi yang saya miliki... saya juga sempat mendapatkan informasi dari kanal kanal yang salah. Jika dalam isu HIV, teori yang berkembang sungguh menyeramkan dan sangat merugikan orang orang yang memang nyatanya terdampak HIV seperti kelompok perempuan dan anak anak mereka.

Pergulatan batin itu tentunya juga dibarengi dengan ketakutan besar karena faktanya hasil pemeriksaan HIV di darah saya menunjukan hasil reaktif pada dua kali pemeriksaan di dua rumah sakit berbeda. Fakta lainnya adalah suami saya (alm) saat itu dalam kondisi yang sangat buruk yang di kemudian hari saya ketahui bahwa dia sudah masuk fase AIDS.

Kamis, 21 Mei 2020

Hampers Rempah Sesajen Untuk Kebebasan Ceu Kun | Bonus Podcast*

Disclaimer. Tulisan ini dibuat pada kelas CS Writers Club yang dilaksanakan setiap hari kami. More Info about the club check their IG @CSWritersClub | Tulisan ini adalah Fiksi dan karangan semata.

****

Aku begitu prihatin atas situasi yang harus selalu dilaluinya selama sebulan.. setiap tahun

Dia tidak bisa merasakan nikmatnya bertengger di dahan pohon mangga belakang rumah pak haji

Dia juga tidak bisa menggoda anak anak remaja mesjid sepulang solat isya berjamaah

Dia bahkan tidak bisa menggunakan lagi mata uang dedaunan untuk membeli sepanci soto mie bogor milik Bang Udin. Hanya untuk membuktikan betapa kaya dirinya dan betapa luas ususnya

Aku tau ini bulan yang sulit untuknya... dan sebagai pengagumnya film filmnya (meski aku tahu sang sutradara selalu menggunakan peran pengganti).. aku sungguh prihatin.

Lalu dua hari lagi masa kurungannya akan berakhir.

Rabu, 20 Mei 2020

Teman itu Bukan Jabatan

Saya tipikal yang sulit sekali berteman. Gak mudah buat saya percaya sama orang lain. Sejujurnya saya sangat takut untuk melakukan itu karena, once I trust someone and saya memutuskan untuk berteman dengannya I will be a good one! Ah perez lo yu! hahaha serius ini mah. Bisa dilihat pada chart jodiyak saya, saya nih orang yang setia. Sayangnya kesetiaan kita selalu berbatas dan memiliki ujungnya.. bukan seperti slogan Buzz lightyear ya "Tak terbatasss... dan melampauinya..!". Nah di artikel hari ini saya mau membahas perihal "Teman itu Bukan Jabatan". Bukan Jabatan yang diberikan seseorang ataupun yang kita dapat.

Menurutku, Friend is beyond the name itself. Teman itu bahkan kalau memang teman, ga perlu diucapkan... dilabeli.. dideklarasikan.. or whatever put mark on your forehead ya.. "TEMENNYA AYU". Nooo.. ga kayak gitu. Gimana ya.. temen ya dijalani aja. Berteman aja. Ga pake embel embel apapun, ga ada transaksi dan akad pada saat lo mau berteman dengan seseorang dan merasa perlu seseorang menjadi teman lo. I know you have to know each other, itu betul sekali. Ya kenalan dulu lah.. baru kemudian bertemen begitu kan yahh aturannya. But you can declare it. Buat gw pribadi sih jadi sangat basi ya. 

Selasa, 19 Mei 2020

A Morning Reflection

Saat seseorang merasa baru saja melakukan aktifitas yg resiko HIV...
Saat seseorang bahkan merasa memiliki gejala HIV...
Saat seseorang baru tahu kondisi HIV...
itu pukulan telak bagi mereka… semua pasti parno.. dan takut..

Sayangnya…
Gak semua orang bisa langsung kuat kayak saya atau kamu..
Gak Semua orang langsung pintar kayak kamu, kamu dan kamu..
Semua butuh proses…

Karena… saya juga pernah ada di posisi orang yang ga tahu apa apa, paranoid dan ketakutan.
Mungkin kamu juga pernah ngerasain.. tapi sudah lama dan lupa karena sekarang hidupmu sudah oke oke saja dan bahagia…

Senin, 18 Mei 2020

AIDS Candlelight Memorial 2020

Ada banyak nama yang terekam dalam ingatan. Mereka yang selama 11 th terakhir mengisi kehidupan saya dengan cara cara dan durasi yang berbeda. Sebagian besar dari mereka saya kenal dari Klinik Wijaya Kusuma di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. Kami sama sama tumbuh dan belajar di sana menjadi manusia manusia yang lebih kuat di klinik tersebut. HIV mempertemukan kami semua dan menjadikan kami saudara. Sayangnya persaudaraan itu kini melampui ruang dan waktu. Kematian memisahkan kami, raga tak lagi bertemu meski rasa rindu tetap dapat diantarkan melalui doa.

Nama nama itu bukan hanya sekedar nama, senyum tawa dan canda serta kebersamaan di waktu yang cukup lama membuat saya senantiasa mengingat mereka dan menjadikan mereka sumber sumber kekuatan untuk tetap melanjutkan hidup dan perjuangan.

Mungkin mereka telah kalah dalam perjuangannya melawan virus HIV. tapi saya mau tetap hidup dan bertahan, meski HIV tidak selalu membuat saya menjadi orang yang kuat. Lebih sering melemahkan mental dan menjatuhkan saya berkali kali. Tapi apa yang tidak mematikanmu harusnya membuatmu menjadi lebih kuat. Episode demi episode kehidupan saya jalani dan kematian karena AIDS tetap datang tak bisa terelakkan.Ada banyak diantara mereka yang tidak beruntung. Tapi mereka beruntung karena tanpa mungkin mereka sadari, mereka kini menjadi saripati kebaikan dalam relung hati kami.

Peringatan AIDS Candlelight Memorial mungkin hanya akan terjadi setiap bulan Mei. Namun setiap saat jiwa jiwa mereka yang telah pergi tetap Abadi. Keep the light on.. because the light is in you.. you may cannot see it.. but when u feel it you need to embrace it. Biarlah Menyala meski dalam gelap. 

Minggu, 17 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #14

Abet melanjutkan kuliahnya yang terbengkalai. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain, semuanya berantakan karena narkoba. Perbedaan usia kami hanya terpaut empat tahun tapi rasanya pengalaman hidupnya seperti yang sepuluh tahun lebih lama dariku hidup. Abet juga senang memotret, dia selalu membawa kameranya saat bepergian dan sesekali akan berhenti jika menemukan objek yang menarik untuk ditangkap oleh lensa kameranya.

Kumpulan anak anak pecinta alamnya pun masih setia membuka pintu untuknya kembali. Dari perjalanan panjang kami, aku akhirnya mengetahui bahwa gunung menjadi tempatnya pergi dan memohon maaf pada diri jika sedang kembali tersesat. Katanya, di gunung tidak ada narkoba jadi kalau kecanduannya mulai datang meski sakit dia akan naik gunung bersama kawan kawannya untuk kemudian menyembuhkan diri. Alam membantunya sembuh.

Sabtu, 16 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #13

Sialan!

Kenapa aku mesti terjebak dalam situasi sulit seperti ini. Bukankah harusnya aku saat ini sibuk belajar dan menikmati masa sekolahku. Bukankah menjadi ketua OSIS adalah hal yang sulit dan butuh konsentrasi untuk mengelola organisasi sekolah ini. Tidak tidak… nyatanya aku memang tidak pernah menyukai instansi pendidikan ini. Mulai sejak kecil hingga saat ini aku merasa ini hanya formalitas dan darma baktiku pada kedua orangtuaku. Aku tidak pernah menyukai sekolah meskipun aku menyukai teman teman dan cerita cerita yang terjadi di sini.

Sekarang aku sama sekali tidak pernah memikirkan sekolah. Aku hanya berangkat dan kembali lagi ke rumah seperti rutinitas yang tak bernyawa. Aku tetap bersenandung dan tersenyum sepanjang perjalananku namun aku tidak memikirkan sekolah. Aku memikirkan Abet.

Setelah obrolan panjang kami malam itu, Abet mengantarkanku pulang seperti tidak ada beban. Seperti kami kembali sedia kala dan baik baik saja. Lantas aku yang kemudian kebingungan. Dia tidak pernah merasa memutuskan hubungan kami, dia hanya merasa perlu untuk rehat sejenak dan menyembuhkan dirinya dari kecanduan. Tapi dia sama sekali tidak memikirkanku dan terkesan seperti meninggalkanku sehingga Opi kini terlibat. Aku tidak mampu meninggalkan orang sebaik Opi, tapi aku juga tidak mau kehilangan Abet lagi. Kini aku harus memutar otak dan mencari cara untuk menyampaikan hal ini padanya.

Jumat, 15 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #12

Berhari hari aku dilanda kebingungan. Opi kini mengisi kehidupanku. Meski tidak ada pernyataan cinta seperti kebanyakan orang pada umumnya, tapi ciuman di bioskop itu seperti sebuah petunjuk dan ungkapan cintanya. Perhatian yang kerap dilontarkannya setiap saat baik melalui pesan singkat ataupun telfon juga sudah cukup buatku. Bukankah dia memang orang yang selama ini aku nantikan sejak lama? Bukankah dia cinta semasa kecil yang menjadi nyata? Aku kini sering mempertanyakan perasaanku.

“Kenapa sih kok kayak gak bersemangat gitu?” Tanya Opi suatu hari.
“Gak apa – apa kok” balasku singkat saat dia menelfon.
“Kita baik baik aja kan?”
“Iya tenang aja.” Jawabku singkat yang kemudian langsung mengalihkan pembicaraan.

Kamis, 14 Mei 2020

Conversation with My Antiretroviral Teraphy | Bonus Podcast*

Ayu : “Duh gede banget ya botolnya, mana dua butir setiap minum.. ada dua jenis lainnya pula.. jadi tujuh butir sehari astagaaaaa….huff”

Aluvia : “Woy, enak aja lo baru ketemu udah ngatain gue gede! Body shamming namanya!”

Ayu : “Eh maap maap.. bukan itu maksudku.. eh lho kok kamu bisa ngomong.. kok serem sih…”

Lamivudine : “Iyaaa mulai hari ini kita akan selalu ngobrol kayak gini.. ga usah takut nyantei aja!”

Tenofovir : “Iyaa santai aja. Kamu nih kayak baru liat obat sekali ini. Kan empat tahun kemarin kamu juga dah ngerasain obat yang lainnya. Meski akhirnya ga bekerja dengan baik kan di badan kamu..”

Aluvia :  “Akhirnya ketemu deh sama kita. Makanya mulai hari ini kami bertiga akan jadi lebih bawel supaya kamu sehat terus”

Rabu, 13 Mei 2020

30 Masakan Andalan Selama di Rumah Aja

Sebetulnya saya hampir frustasi kalau harus mikirin masakan atau dapat pertanyaan "Masak apa hari ini?" baik dari Malika atau bapaknya. OMG... Meskipun saya fun dan dengan kesadaran sendiri saya memang memutuskan untuk melakukan kerja kerja domestik... Memikirkan nasib orang lain dalam hal ini masakan itu sangat melelahkan lho. Sehingga alangkah senangnya karena Malika dan Febby juga tidak pernah lupa membantu saya berbagi peran dalam mengurus rumah yang adalah milik bersama ini.

Saya bukan koki andalan yang masakannya seenak dan senikmat master chef atau ibu saya dan ibu mertua saya. Tentu saya mengambil beberapa referensi dari mereka. Tapi saya bisa bilang bahwa makanan saya 90% bumbunya hanya terdiri dari bawang merah, bawang putih dan garam. Hampir semua masakan saya bumbunya itu ajaaaa hahahaha. Saya selalu ingin mentertawakan diri sendiri karena ini. Dan ga usah repot karena saat ini, beragam perusahaan perbumbuan telah sangat membantu kita dengan membuatkan bumbu bumbu khusus sesuai dengan jenis jenis masakan yang sangat hits di rumah. Jadi kita tinggal menyiapkan bahan bahannya saja. Oiya saya ga akan menjelaskan soal masakannya ya. Saya cuma akan bikin list saja. Yes I know sebuah artikel yang kurang menarik. Tapi aniway, terima kasih sudah baca ya!

Selasa, 12 Mei 2020

8 Tempat yang Bikin Rindu Pamulang

Banyak orang yang kini rindu akan kampung halaman setelah di rumah aja hampir dua bulan terakhir ini. Begitupa dengan saya. Sayangnya I dont really have a hometown to mention, saya lahir dan besar di tengah kota dengan hiruk pikuk kendaraan dan polusi udara. Not really kampung yang penuh dengan keheningan, udara yang sejuk atau suara burung burung dan jangkrik saat kita berdiam di teras rumah. Yup, karena yang kurindukan adalah Pamulang. Tempat yang juga adalah rumah tempatku besar dan bertumbuh. Banyak cerita dan perjalanan yang berproses selama 23 tahun dalam hidup. So this post is dedicated for Pamulang. Tempat - tempat apa yang paling saya rindukan dan pengennya saat covid-19 ini berakhir saat saya pulang mengunjungi rumah orangtua, saya juga akan mengunjungi tempat tempat tersebut... atau sekedar lewat lagi di jalur sekitar situ karena beberapa tempat sudah tidak ada. So here's the list.. maybe you recognize some place?

Senin, 11 Mei 2020

Sendal Jepit di Stasiun Tanah Abang | Bonus Podcast*

Celana hijau tiga per empat dan kaos polo shirt putih.. aku melihat ke cermin dari atas sampai bawah.. nah sudah pas nih. Cakep… pas sama sandal baru. Iyaa.. aku baru beli Sendal..  sandal yang bisa membuat langkah makin mantap. Karena saking mantapnya, setiap hari aku harus menempuh perjalanan panjang dari Pamulang ke Rawamangun.

Begini kira kira rutenya. Dari Pamulang naik angkutan umum menuju stasiun Serpong, karena dari sana saya akan naik kereta api ke stasiun Tanah Abang lalu lanjut ke stasiun Sudirman. Sudah sejauh itu, saya masih harus keluar stasiun dan menyambung kendaraan menggunakan Transjakarta sampai Halte Sunan Jati di Rawamangun baru akhirnya tiba di kantor. Berapa lama coba waktu yg saya tempuh? Yah kurang lebih dua jam.

Sepanjang perjalanan dari stasiun Serpong menuju Tanah Abang, kereta sangat kosong dan saya bisa duduk dengan nyaman. tapi setibanya di stasiun Tanah Abang kami semua harus mengejar kereta selanjutnya dan berjejalan naik.

Minggu, 10 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #11

Aku kelelahan dan memutuskan untuk segera tidur dan tidak melakukan apa apa lagi setibanya di rumah. Rasanya hari ini terasa sangat panjang dan melelahkan. Aku merebahkan tubuhku yang rasanya masih berbau kaporit meskipun sudah kubilas berkali kali. Langit langit kamar menatapku dengan kasihan dan seperti bertanya ada apa denganku. Ingin rasanya kucurahkan semua pada sang langit langit atau dinding kamar bahwa aku.. aku kenapa ya. Aku bahkan tidak bisa menjelaskan pada diriku apa sebenarnya yang aku rasakan. Handphoneku kemudian berbunyi tanda pesan singkat masuk, Opie.

Opie : hei, gimana renangnya tadi?
Aku : Capek hon. Anak – anak tadi bikin kesel. :(
Opie : Bikin kesel kenapa? Kan harusnya have fun.
Aku : Gak apa. Biasa, iya have fun kok :) Kamu lagi apa?
Opie : baru pulang dari bengkel. Capek juga. Kita pasti sama sama lagi rebahan.
Aku : Iya. Aku lagi ngomong sama tembok dan langit langit nih.
Opie : Aku tahu, pasti lagi ngomongin aku ya.

Sabtu, 09 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #10

Aku menekan tombol di handphoneku dengan kesal karena tiga temanku tidak kunjung datang padahal rumah mereka juga tidak terlalu jauh. Tapi kemudian aku bertanya Tanya pada diriku sendiri apa sesungguhnya yang membuatku kesal. Apakah keterlambatan teman – temanku? Atau sesungguhnya kemunculan batang hidung Abet di hadapanku barusan? Aku kemudian berusaha meyakinkan diriku bahwa dia bukan gangguan. Masa lalu sudah berlalu tidak perlu diungkit lagi. Aku harus tetap tenang karena sekarang aku ada di dalam kondisi yang lebih baik dan tentunya bahagia. Tapi, ah sialan aku gak bisa berhenti memikirkannya.

Kolam renang ini kebetulan memang baru selesai dibangun tahun lalu. Letaknya sangat dekat dengan komplek perumahanku dan karena tidak banyak kolam renang dengan desain yang bagus, maka kini masyarakat sekitar menjadi tempat ini menjadi salah satu destinasi. Tapi dari semua kolam renang yang ada di kota tempat kami tinggal, kenapa dia harus memilih kolam yang sama. Memang sih kola mini sangat asri, ada banyak pohon kelapa dan pondokan tempat konsumen duduk dibuat seperti sedang berada di pinggir pantai. Tempatnya sangat asri dan membuat kita nyaman bahkan sekalipun kita tidak berenang hanya duduk duduk saja.

Jumat, 08 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #9

Opie biasa aku memanggilnya. Anak bontot di keluarganya, dia keturunan Jawa Batak. Orangnya sangat sederhana meski penuh misteri dan tidak banyak bicara jika baru berkenalan. Kami akhirnya menjadi lebih dekat saat bulan Ramadan datang. Saat akhirnya sama sama menjadi petugas piket penerimaan zakat di masjid atau sama sama tadarusan setelah taraweh selesai. Entah keputusanku menjadi remaja masjid murni karena keyakinanku atau keyakinanku yang lain. Keyakinan ingin dekat dengan laki laki ini.

“Besok nonton yuk?” suatu hari saat piket menjaga penerimaan zakat dia mengajukan pertanyaan ini kepadaku. Jantungku rasanya mau keluar dan berwudhu saking terkejutnya. Tapi beruntung itu tidak terjadi, aku berusaha mengatur nafasku dan tetap tenang untuk menjawab pertanyaan penting itu.

Kamis, 07 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #8

Kupikir setelah duduk di bangku SMA, kedewasaanku akan bertambah. Aku pikir aku bisa lebih tenang dalam menghadapi persoalan persoalan cinta. Ternyata cinta akan selalu membuatmu menjadi sangat irasional dan emosional. Kehadiran Abet beberapa saat lalu adalah kali terakhir aku melihatnya. Setelah itu aku sama sekali tidak pernah mendapat kabar apapun dari dia.

Pada satu kesempatan aku sangat penasaran dan merindukannya, sehingga aku ku putuskan untuk main ke rumah kawan yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya di komplek yang sama. Lalu kemudian, kami hanya duduk seharian di teras rumah sambil memandangi jalan. Konon setiap pukul empat atau lima sore Abet akan melewati depan rumahnya dengan menggunakan sedan putih milik perempuan itu mengajak anjingnya jalan jalan. Sebuah aktifitas yang aneh, mengajak jalan jalan tapi menggunakan mobil.

Rabu, 06 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #7

Hubungan ini tidak kemudian menjadi selalu sesuai dengan harapan.

Suatu hari setelah beberapa bulan kami memulai hubungan, dia menghilang. Saya tidak bisa menghubunginya di rumah karena orang orang yang menerima telfonnya selalu bilang bahwa Abet tidak di rumah. Aku entah kenapa sungkan untuk datang ke sana dan memeriksa langsung keberadaanya sampai suatu hari ada telfon bordering di rumahku.

“Aku di depan gang. Tolong bawa semua buku yang kamu pinjam. Jangan ada yang tertinggal”
Aku yang berhari hari menunggu penuh harap menjadi kesal karena nada suaranya begitu ketus dan memberi perintah. Apakah dia tahu aku begitu merindukannya. Tapi ternyata harapanku memang sudah pupus saat kuhampiri dia di ujung gang rumahku.

Dia bersama seorang perempuan, menggunakan mobil sedan putih. Perempuan itu ada di dalam mobil bersama seekor anjing yang kepalanya menjulur ke luar jendela. Hatiku langsung ciut, sedih kecewa dan bertanya Tanya. Siapa perempuan itu? Kenapa dia harus ke sini dengan perempuan lain? Mengapa tatapannya tidak bersahabat dan gesture tubuhnya tidak nyaman?

Selasa, 05 Mei 2020

Waria, Sang Srikandi Penuh Welas Asih

Saya masih mengenakan rok putih merah kala itu, seingatku sekitar tahun 1997. Kami sedang berjalan menuju rumah kawanku yang terletak di salah satu komplek di tengah kota Pamulang. Untuk menuju ke sana kami harus naik angkot lalu kemudian turun di perempatan jalan dan berjalan melewati deretan pertokoan lalu sampai di rumah kawanku. Siang itu terik dan panas, sayup sayup terdengar suara seseorang menyanyikan lagu dangdut diiringi musik dengan sound system seadanya. Tubuh penyanyi itu tinggi besar, betisnya kekar dan ada bulu bulu halus. Sosok itu menggunakan baju ketat dan seksi, yang saat itu sangat trend digunakan karena digunakan oleh Mariam di film Si Manis Jembatan Ancol. Ada selendang warna merah yang disampirkan di antara kedua bahunya. Sepertinya dia menggunakan rambut palsu panjang. Dandanannya menor dan suaranya sedikit sumbang. 

Bersama kelima orang temanku, kami diam termangu. Menatap sosok tinggi besar yang melenggak lenggok di depan salah satu ruko. Dari satu ruko ke ruko lainnya. Ada yang mengusirnya, ada yang memberikannya uang koin ada juga uang lima ratus rupiah bergambar monyet. Sosok yang sungguh menarik kataku dalam hati. Sejujurnya aku mengagumi cara orang ini mencari rejeki, dia sungguh berani dan menghibur. Namun kekagumanku padanya buyar saat salah seorang teman laki lakiku dengan usil dan lantang berteriak.

Senin, 04 Mei 2020

Menerima Kemarahan

Hari ini saya mencoba mengangkat tangan tinggi tinggi dan berusaha terus tersenyum. Namun sulit sekali, bukan hanya dalam kondisi begini.  49 hari sudah kita di rumah saja dan rasanya kejenuhannya telah hilang. Kini, di rumah saja menjadi bagian yang baik baik saja dan dapat dijalani dengan lebih tenang.

Tapi hari ini terlalu banyak hal yang membuat emosi tergerus karena ada ketakutan ketakutan yang tidak terlihat tapi terus datang, dan semua ketakutan tersebut meledak menghancurkan emosiku berkeping keping.

Saya hanya bisa menangis tersedu sedu di sudut kemar, Malika yang khawatir hanya bisa memberikan sekotak tisu untuk ibunya. Tidak banyak orang yang mengerti meski apa yang terjadi dengan saya. Meskipun sudah disampaikan dan diceritakan berkali kali rasanya. Orang hanya akan menilai saya terlalu cemas atau saya ini berlebihan

Minggu, 03 Mei 2020

Letter From 2020 | Bonus Podcast*

Pagi ini aku menemukan sepucuk surat di depan pintu rumah, setelah sebelumnya aku mendengar suara ketukan pintu. Suara ketukan yang sangat kencang dan cepat, Nampak ada sesuatu yang begitu penting. Terlihat perempuan berambut pendek dan bertubuh agak gemuk secara tergesa gesa menjauh. Siapa ya? Hmm. Sambil menutup pintu dan menguncinya aku membuka surat itu dan mulai membacanya.

Dear my self.. jangan panic…baca surat ini baik baik ya. Pelan pelan aja dan sampai tuntas. Cermati semua kata kata yang coba kutuliskan padamu. Aku tidak main – main.

Pertama, jangan ambil pekerjaan yang di Jakarta. Ada banyak hal buruk menantimu di sana. Ada banyak orang dengan segala kepentingan berjalanan dengan ritme langkahnya sendiri. Kau akan kecewa dan tersakiti. Komitmen dan tidak bisa menolak sangat tipis bedanya, kadang kau berada dalam situasi tersebut. Maka putuskan yang terbaik, Jakarta bukan tempatmu. Ada hal lain juga yang harus kau hindari di sana, ini akan menyangkut tentang kesetiaan. Aku tak bisa bicara banyak soal ini.

Sabtu, 02 Mei 2020

Roti Tawar yang Tidak Bisa Ditawar

Beberapa hari yang lalu saat menjelang berbuka puasa saya terfikir untuk berbuka dengan roti bakar. Saya membayangkan lumeran cokelat mesis dan roti yang garing masuk ke dalam mulutku. Karena alasan efisiensi, saya kemudian meminta bapak ketua RW 02 di kelurahan Sumur Bandung yang merangkap sebagai suami saya untuk pergi ke Purimas membeli roti tawar. Purimas adalah pusat produksi roti, kue  dan jajanan pasar di kota Bandung yang letaknya tidak jauh dari rumah kami.

Kenapa saya lebih memilih untuk membeli roti tawar saja? karena di rumah kami sudah punya mentega, setoples mesis dan saya baru saja mendapat pinjaman alat panggang roti. Sehingga terbesitlah ide membuat roti bakar untuk menu berbuka puasa. 

Biasanya, sebelum pandemi covid ini saya adalah orang yang paling rajin untuk urusan belanja. Mau belanja sayur mayur atau daging ke pasar, belanja ke minimarket, warung kelontong atau apapun yang bersifat jual beli. Saya biasanya akan sangat agresif mengatakan "AKU AJA YANG BELI". Tapi, empat puluh hari di rumah membuat saya mengurungkan niat untuk keluar. Hanya beli satu dua item saja, biarlah suami. Lagipula ini kan roti tawar mana mungkin ada kesalahan.

Jumat, 01 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #6

Kenyataan bahwa Abet benar pecandu membuat sedikit terpukul. Aku tidak marah dan lantas meninggalkannya, tapi aku sedikit takut bahwa dia akan seperti kakakku yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari masyarakat. Aku juga khawatir dia memiliki kebiasaan kebiasaan yang biasanya dilakukan kakakku semasa dia menjadi pecandu. Mencuri barang – barang milik orangtua dan menjualnya demi mendapatkan narkoba.

Aku berusaha membicarakan perihal apa yang kulihat beberapa hari kemudian. Dia dengan santai malah menenangkanku dan mengatakan bahwa yang dilakukannya tidak berbahaya. “Aku tahu apa yang kulakukan, kamu tenang aja” begitu singkat dan memang menenangkan.