Minggu, 31 Mei 2020

Perjalanan si Warung Kopi | Part 2

Keputusan telah dibuat, kami mendapat restu untuk merenovasi toko dan area ruang tengah untuk melanjutkan perjalanan si warung kopi. Tapi ternyata restu tersebut masih dibarengi embel embel kekhawatiran khas orangtua yang masih terus berjalan dengan ribuan pertanyaan atau pertanyaan soal jangan begini dan begitu atau sebaiknya begini dan begitu. 

Rumah yang kutempati ini memiliki spot terbaik selama aku hidup di satu tempat dalam waktu yang lama. Perjalanannya juga cukup panjang dan berliku. Sebuah rumah tua yang telah ada sejak jaman Belanda, ditempati oleh kakek dan nenek dari suami sejak tahun 1930-an. Rumah ini kemudian mulai dipugar di area depannya pada tahun 1998 untuk dijadikan markas sekaligus toko untuk brand clothing milik suami, Twoclothes. Sebagai salah satu pionir bersama beberapa brand Bandung Twoclothes memiliki pasarnya sendiri yaitu para anak skateboard yang mana adalah aktifitas kegemaran pak suami itu sendiri.

Saat dunia digital mulai masuk menginvasi bumi, pola perdagangan berubah dan toko terpaksa tutup karena penjualan langsung tidak secerah penjualan online. Saat menikah dengan Febby di tahun 2014, toko difungsikan sebagai gudang penyimpanan barang barang dagangannya. Sampai di tahun 2017, saya mengajak suami untuk memindahkan dagangan siomaynya yang dilakukan secara online menjadi usaha dalam warung. Warung mulai renovasi kecil kecilan menambahkan bangku dan meja, mengecat sana sini. Salah satu kawan juga bergabung untuk ikut berjualan agar ramai dan laris. Tapi membuka usaha memang untung-untungan. Sampai di penghujung tahun kami memutuskan untuk tutup toko dan memulai perjalanan perencanaan renovasi toko.

Bertemu dengan designer, mencari kontraktor dan yang paling penting menyiapkan pendanaan jangan sampai keteteran. Saat semua sudah siap. Corona pun datang. Rasanya ingin menangis karena semua dilema yang sudah kami lalui tidak kunjung usai. Berharap segera bertemu dengan pelangi usai hujan badai, ternyata ada kerikil tajam yang membuat kami tidak bisa keluar rumah.

Tapi kan kami harus mulai proses renovasi!

Beruntungnya kami mendapat tim yang luar biasa, seluruh tukang pekerja kami tidak pulang ke rumah mereka selama delapan minggu proses pengerjaan. Mereka berkumpul di ruko milik kawan kami yang menjadi kontraktornya. Sehingga ada sedikit kelegaan, karena jika mereka harus melakukan perjalanan setiap hari.. kami khawatir virus covid akan menjadi bagian yang lekat pada perjalanan warung kopi. Sampai pada malam takbiran semua selesai sesuai rencana. 

Perjalanan warung kopi kami lanjutkan di tahun ketiga ini. Rasa bangga dan haru masih menyelimuti relung hati saya dan febby sampai di hari ke 12 warung mulai berjalan. Tapi kami harus tetap waspada, waras dan melihat sekeliling untuk terus mengevaluasi diri apakah ada kekurangan... apakah kami harus membuat target... atau justru kami harus lebih relaks dan menjalani proses yang sekarang dengan lebih berbahagia.

Doa kami, semoga covid segera berlalu jadi akan lebih banyak orang datang ke warung kopi kami. Akan lebih banyak pertemuan dan perjalanan yang mungkin dilakukan dan dimulai di tempat ini. Atas segala atensi, semangat dan dukungan dari semua pihak, saya dan suami mengucapkan terima kasih. Kozi Coffee 6.0 di BCH dan Kozi Coffee 6.1 di Jl Banda mungkin sudah selesai perjalanannya.. tapi mereka terus mengantar tongkat estafet hingga tiba di Kozi Coffee 6.2 yang terletak di Jl Veteran No 2, rumah kami tercinta. kalian bisa mendapatkan arahan melalui peta di link ini.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar