Jumat, 01 Mei 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku #6

Kenyataan bahwa Abet benar pecandu membuat sedikit terpukul. Aku tidak marah dan lantas meninggalkannya, tapi aku sedikit takut bahwa dia akan seperti kakakku yang mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari masyarakat. Aku juga khawatir dia memiliki kebiasaan kebiasaan yang biasanya dilakukan kakakku semasa dia menjadi pecandu. Mencuri barang – barang milik orangtua dan menjualnya demi mendapatkan narkoba.

Aku berusaha membicarakan perihal apa yang kulihat beberapa hari kemudian. Dia dengan santai malah menenangkanku dan mengatakan bahwa yang dilakukannya tidak berbahaya. “Aku tahu apa yang kulakukan, kamu tenang aja” begitu singkat dan memang menenangkan.

Dari kejadian itu aku mulai melihat sisi lain kehidupan Abet yang sebelumnya tidak pernah kulihat. Aku mulai dikenalkan pada teman – temannya. Ada beberapa kelompok teman – teman yang dapat kuidentifikasi. Pertama teman – teman sekomplek yang harus dijaga tali silaturahminya meskipun mereka tidak terlalu dekat, Abet cukup akrab dan menjaga hubungan baik dengan mereka. Kami bertemu beberapa kali saat mereka sedang nongkrong tapi berpindah pindah dari satu rumah ke rumah lainnya.

Baca cerita sebelumnya di sini

Pertemanan lainnya adalah sahabat – sahabat dekatnya yang biasa nongkrong di jembatan komplek. JBT istilah tongkrongan tersebut yang merupakan singkatan dari jembatan. Di JBT kami biasa berlama lama tanpa melakukan apapun. Hanya duduk duduk, kadang sambil makan rujak bebek atau es cincau kalau para pedagang itu kebetulan lewat atau ngetem di JBT. Di sana, biasa ramai bukan hanya oleh para sahabat tapi juga para warga sekitar yang  sudah saling mengenal. Bersama para sahabat di JBT aku diperkenalkannya sebagai “pacar” sebuah titel yang sangat membanggakan yang pernah ku sandang dalam hidupku. Dari sana aku mulai mengenal satu persatu para sahabat. Ada Anjar, Oliet, teguh atau biasa dipanggil TG, Bowo dan banyak lagi.

Satu lingkaran pertemanan lagi adalah lingkaran pertemanan misterius yang sebetulnya aku kurang suka. Lingkaran pertemanan yang ini, adalah pertemanan yang sebenernya tidak pernah nongkrong lebih dari dua atau tiga orang. Tapi jika dikumpulkan semuanya saling mengenal. Biasanya mereka hanya bertemu sesekali namun cukup rutin. Satu minggu maksimal dua kali Abet menemui salah satu atau beberapa dari mereka. Pertemuan itu pun jarang sekali berlangsung lama. Hanya di pagar, berpapasan di jalan atau mereka yang menghampiri Abet. Pertemanan ini juga berada di komplek yang sama dengan Abet tinggal namun berada di blok yang berbeda dan cukup jauh dari JBT. Dengan lingkaran ini, Abet memperkenalkanku sebagai “Bini”. Aku tidak suka sebutan itu.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar