Senin, 10 Desember 2018

Saat tidak bisa memilih antara isu HIV atau Anak

Beberapa hari lalu saya curhat panjang lebar di instagram story. Tentu saja karena curhatnya tentang hal sedih maka tidak saya simpan. Selain curhat di story, saya juga membuat beberapa keputusan yang bagi saya sebenarnya sangat tidak menyenangkan seperti menghapus bio atau profille di instagram beserta beberapa story yang saya highlight tentang HIV. Lho, ada apa sih? Pada dasarnya ini semua soal HIV HIV dan HIV. Saya terkadang berfikir, ini sudah sembilan tahun tapi saya masih terus bersembunyi dibalik selimut ketakutan saya sendiri. But yeah.. that's the pathetic life of being HIV positive person. Even saat saya sudah punya sejuta keberanian, masih tetap saja ada hal hal yang selalu saya pertimbangkan sebelum saya mengambil sebuah tindakan.

Kejadiannya semua bermula pada saat Malika, anak saya bercerita ada teman di sekolahnya yang bertanya "Malika, mama kamu HIV ya?". Rasanya detik itu dunia saya runtuh. Tapi saya tahu, saya ga bisa langsung tenggelam dalam reruntuhan itu dan harus segera mengambil sikap. Lantas saya langsung bertanya kepada Malika apa jawabannya "Yaaa.. aku terpaksa bohong. Aku bilang umi ku tidak HIV. Aku takut kalau teman - teman di sekolahku tahu, nanti kejadiannya seperti di berita - berita yang kita lihat". 

Selasa, 04 Desember 2018

Saya Tidak Merayakan Hari AIDS Sedunia

Setiap satu Desember, seluruh dunia memperingati Hari AIDS. Moment ini dimulai tepat 30 tahun silam dimotori oleh UNAIDS yang merasa bahwa hari itu penting untuk terus diingat. Saya sepakat.

Sama seperti hari kemerdekaan sebuah negara atau hari lahir. Hari AIDS ada sebagai sebuah pengingat, bahwa sudah 30 tahun lamanya virus HIV menjadi persoalan semua orang di dunia.

Saat saya ketikan pertanyaan how many people living with HIV in the world, jawabnya 1.8 million individuals worldwide became newly infected with HIV in 2017 – about 5,000 new infections per day. Bisa terbayang ga sih begitu banyak orang yang terinfeksi HIV dan stigma diskriminasi mungkin jumlahnya berlipat ganda lebih banyak daripada jumlah kasus itu sendiri.

Saya tidak pernah merayakan Hari AIDS sedunia. Dan tahun ini, adalah momen pertama setelah sembilan tahun terinfeksi HIV saya tidak mengikuti momen peringatan HIV baik di Jakarta, bandung, maupun luar negeri. Saya tidak berada di televisi dan menerima wawancara media cetak atau pun elektronik. Saya hanya melakukan 1 wawancara telfon dengan salah satu radio yang kebetulan penyiarnya adalah teman saya. That's it! Tau gak rasanya tidak melakukan itu semua, SANGAT MENYENANGKAN. i feel so glad that I dont have to be busy. I can spend time with my family :)

Ps. Sorry for anyone that I ignore for interview. Thanks for your understanding 

Kamis, 08 November 2018

Tiga Puluh Enam Tahun Si Pria Hujan

Kemarin adalah hari dimana semua bermula. Laki- laki itu dilahirkan ke dunia untuk kemudian dipertemukan alam semesta denganku. Laki - laki yang setiapku bernafas, dia ada di dalamnya. Kadang dia membuatku sesak karena sedih dan kemarahan yang membuncah. Tapi lebih sering lagi rasa rasa serupa rindu berwarna - warni yang terbang seperti kupu kupu mengelilingi mimpi mimpiku.

Laki laki itu sudah mati sembilan tahun yang lalu. Mati karena negara tidak memberikan tindakan pencegahan berupa bahaya narkoba pada zamannya hidup. Laki laki itu mati karena sistem tidak bisa menyelamatkannya dari virus HIV yang perlahan lahan mengambil peran kekebalan tubuh dan menghancurkannya perlahan. Laki laki itu mati namun dia selalu hidup di dalam kepalaku.

Minggu, 23 September 2018

Tujuh belas Bulan Kemudian

Membuat sebuah tulisan mengenai sebuah kisah yang menyedihkan tanpa sedikitpun menitikan air mata adalah hal yang cukup menantang. Ditambah lagi tahun ini adalah tahun terburuk menulis bagi saya. Bayangkan sampai bulan ke sembilan di tahun 2018, baru 18 tulisan di blog. Jadi menulis hal hal menyedihkan selalu menjadi awal mula yang baik bagi saya. Tulisan yang kalian baca hari ini adalah tentang bagaimana saya berdamai dengan diri saya sendiri saat menghadapi post-partum depression.

Sebagaimana yang pernah saya tulis di sini, saya kehilangan putra saya setelah 40 jam dilahirkan melalui operasi cesar. Bayi berbobot tiga kilogram itu meninggal dunia karena paru - paru yang tidak mampu berkembang dengan baik. Singkat cerita, saya, suami dan anak perempuan kami harus berdama dengan kondisi kehilangan tersebut. Rasanya luar biasa gokil sih. Karena kami kan gak mempersiapkan hal tersebut sama sekali. Yang kami persiapkan yaitu kedatangan anggota baru di keluarga.

Minggu, 15 Juli 2018

Me-manage Rasa Takut Ditinggalkan teman

Semenjak terinfeksi HIV, salah satu perasaan yang paling sering muncul dan menganggu hidup saya sembilan tahun terakhir adalah takut ditinggalkan. Perasaan yang satu ini awalnya muncul karena satu persatu kematian menjadi hal yang paling lumrah terjadi hampir setiap hari. Dan kita semua sama - sama tahu bahwa saat sang malaikat maut datang menjemput, kita ga bisa compromise dan minta keringanan. Yang bisa kita lakukan cuma ikhlas. Tapi ada perasaan takut ditinggalkan lainnya yang kemudian kedengerannya receh pas kalian baca nanti. Tapi buat saya cukup menyiksa.

Saya gak tau apa faedahnya tulisan saya hari ini buat teman - teman sekalian. Tapi mudah - mudahan, saya bisa selalu berefleksi dari apa yang saya alami, teman2 sekalian bisa ikut berefleksi juga kira kira apa yang sebaiknya kita lakukan saat perasaan takut ditinggalkan itu kemudian muncul. Nah yang paling sering muncul soal perasaan takut ini adalah saat akhirnya ditinggalkan teman. YAELAH YU, GITU DOANG. Yup, gitu doang emang.. dan kebanyakan teman - teman yang memutuskan untuk meninggalkan kita tidak menyadari itu. But trust me it hurts to know that people maybe forget you easily.

Minggu, 08 Juli 2018

Bayangan Kematian Orang yang Terinfeksi HIV

Dalam sebuah rekaman video, ayah Ginan mengatakan telah membelikannya tanah untuk kelak digunakan saat dia meninggal. Video tersebut diunggah oleh seseorang pada tahun 2011, saat Ginan baru pulang dari Prancis dalam laga Homeless World Cup 2011. Sang ayah membeli tanah pemakaman tersebut tidak lama setelah mengetahui anaknya terinfeksi HIV. Bayang - bayang kematian meliputi siapapun yang didiagnosa terinfeksi HIV. Tidak hanya Ginan dan keluarganya, begitupula saya.

Dua minggu yang lalu Ginan yang namanya tersohor di seantero negeri meninggal dunia karena serangan jantung. Seiring dengan diterimanya berita kematian Ginan, tiga hari berturut turut dada saya sesak setiap kali mengingat wajahnya atau membayangkan tingkah polahnya yang lucu dan menyenangkan. Jantung saya juga ikut berhenti berdetak beberapa detik saat mencoba mencerna dua kata yang saya terima dalam sebuah pesan singkat di handphone "Ginan Meninggal".

Sabtu, 16 Juni 2018

Perubahan Tradisi Ramadan dan Hari Raya

Sudah waktunya menghilangkan kemeriahan dalam hari raya. Bukan berarti tidak bersyukur, namun buat apa berlapar-lapar puasa, namun semua hawa nafsu yang dilatih kembali menjadi liar saat bulan berpuasa itu berakhir. Tahun ini menjadi salah satu tahun terbaik saya untuk belajar kembali makna keikhlasan. Dan biasanya, puasa menjadi momentum bagi setiap orang untuk melatih dirinya agar menjadi pribadi yang lebih dapat mengontrol hawa nafsu. Tapi kali ini rasanya benar - benar berbeda.

Berbeda karena saya dengan keluarga kecil saya pada akhirnya dapat perlahan - lahan mempraktekan makna puasa. Setelah saya ingat - ingat semua ritual hari raya yang diterapkan ibu saya sejak kecil, malah perlahan saya tinggalkan. Dan kemudian kami memilih jalan sendiri. Kebiasaan apa sajakah itu? Ini dimulai dari menu makan sahur dan berbuka puasa, shalat teraweh dan tadarusan, berzakat dan bersedekah, hingga persiapan hari raya seperti baju baru, tradisi mudik dan makanan hidangan hari raya. oiya, sebelum diterusin bacanya.. harap diingat cerita ini merupakan opini pribadi saya tanpa bermaksud untuk menyinggung pihak manapun ataupun menjadi upaya untuk riya atau menyombongkan diri. Enjoy aja yak, jangan serius - serius.

Minggu, 10 Juni 2018

Atiqah Hasiholan dan Obrolan Perempuan dalam Lingkar HIV

Kemarin saya bertemu dengan Atiqah Hasiholan. Public figure yang wara wiri di layar televisi saya. Sosoknya lebih cantik dari apa yang selama ini saya lihat di televisi. Ditambah lagi dia datang bersama putrinya Salma, rasanya saya semakin kesengsem memandanginya. Such a perfect wo
man. Dalam lesempatan 3 jam yang sangat berharga kemarin, saya dan Kiki teman saya yang juga sama - sama di satu organisasi IPPI diminta untuk membantu Atiqah mendapatkan pemahaman tentang HIV, perempuan dan anak.

Sudah tentu kami senang sekali mendapat kesempatan berharga ini. Atiqah sangat membuka dirinya untuk menerima segala macam informasi dan cerita dari pengalaman kami berdua. Selain itu dia juga tidak ragu untuk bertanya atau memberikan pendapat dari apa yang kami utarakan.

Sepanjang ngobrol saya berandai - andai, jika ternyata ada lebih banyak seniman, aktor, publik figure ataupun orang - orang di pemerintahan yang mau membuka diri seperti Atiqah Hasiholan. Membuka dirinya untuk mendapatkan pemahaman - pemahaman baru yang mungkin selama ini tabu untuk diketahui. Atau terlalu malas untuk mencari informasi tersebut, dengan alasan thats not my problem.

Sabtu, 09 Juni 2018

Kembali ke Rumah

Hari ini saya tiba di rumah ibu, tempat saya melakukan ribuan kesalahan. Tapi saya tidak pernah takut untuk kembali ke tempat ini. Ya, mau bagaimana. Ini kan rumah ibu saya, hehehe. Kepulangan saya kali ini untuk mengantar anak saya, Malika yang hendak menghabiskan waktu liburannya di rumah neneknya hingga hari raya idul fitri tiba. Saya akan kembali lagi ke Bandung setelah beberapa urusan di sini beres.

Rumah ini selalu mengingatkan saya pada banyak hal yang jika saya ingat kembali akan menimbulkan begitu banyak perasaan. Mulai dari rasa malu, sedih, kesal, marah hingga haru. Tapi seperti yang sering saya sebutkan di banyak tulisan saya sebelumnya. I never regret anything that happen to my life. Yang sudah terjadi kemudian menjadi sejarah paling berharga dalam kehidupan saya.

Minggu, 15 April 2018

Berbaur di Masyarakat Sebagai Orang Yang Terinfeksi HIV

sumber : google.com
Semenjak mengemban gelar ODHA sembilan tahun yang lalu, saya langsung menutup diri. Rasanya enggan untuk bergaul dengan teman – teman. Bukan karena mereka menolak atau membenci saya, tidak pernah ada statement apapun keluar dari mulut mereka. Tapi ketakutan saya sungguh luar biasa. Saya takut mendapat penolakan. Sehingga bentuk antisipasinya adalah menjauh dari mereka. Soal menjaga jarak dengan pertemanan lama ini semakin kuat setelah saya dipecat dari sebuah sekolah music tempat saya pernah bekerja sebagai seorang administrator. Pemecatan tersebut murni karena saya terinfeksi HIV dan dianggap membuat tempat kerja menjadi lingkungan yang tidak nyaman.

Meskipun dipecat, alhamdulilah saya masih punya beberapa teman yang sejak awal suami saya meninggal, mereka sudah mengetahui soal HIV ini. Seperti Nanda, Angga, dan Raski. Mungkin mereka adalah tiga orang teman pertama yang bertahan sampai hari ini setelah tahu. Selebihnya, ada yang menjaga jarak, ada yang langsung menghilang tidak lagi menghubungi, ada juga yang masih suka berbasa – basi demi terlihat tidak apa – apa. Dan saya baik – baik saja dengan hal itu. Semua orang punya pilihan mau berteman dengan siapa, apalagi jika tidak mau berteman dengan saya karena terinfeksi HIV.

Selasa, 27 Maret 2018

[Review Buku] Gelang Hitam by Nyi Rika

Judul Buku : Gelang Hitam
Penulis : Rika Setiati 
Penerbit : Nawalapatra
Jumlah halaman : 204 Halaman
Harga buku : Rp 75.000,-
Rate : 👍👍👍

"Aku adalah nafsu gentayangan yang terjebak dalam seuntai gelang hitam yang melingkari pergelangan tangan Saras. Ada seutas tali tak kasatmata yang membuatku bisa mengikutinya ke mana pun serta turut merasakan suka dukanya. Menjadi seorang relawan bencana yang meminjamkan telinga untuk cerita - cerita pedih para korban tsunami membuat jiwanya ikut terguncang."

Begitulah sebait paragraf yang tertulis di bagian belakang buku berjudul Gelang Hitam yang baru saja saya tuntaskan beberapa hari lalu. Dan pertama kali membacanya saya langsung penasaran seperti apa cerita yang ada di dalamnya. Sedikit pengantar kenapa saya akhirnya membaca buku ini adalah target menyelesaikan beberapa buku secara perlahan harus terpenuhi. Yup punya target di tahun 2018 ini adalah jangan sampai ada buku yang tidak terbaca padahal sudah dibeli atau pemberian kawan. Nah beberapa buku yang saya miliki rujukannya adalah Mentor dan Editor buku yang sedang saya kerjakan Jia Effendi. Salah satu buku yang di rekomendasikan Jia untuk saya baca adalah berjudul Gelang Hitam yang ditulis oleh Rika Setiati atau Nyi Rika.

Kamis, 15 Maret 2018

Bagaimana Orang Melihat Saya Setelah Terinfeksi HIV

Beberapa hari ini saya mengulang - ulang terus lagu This Is me yang merupakan sondtrack dari film The Greatest Showman yang saya tonton beberapa saat lalu. Bagi saya lagu ini memiliki kekuatan yang luar biasa, baik lirik dan aransemen musiknya. Selain karena memang film The Greatest Showman memiliki makna yang luar biasa dalam (saya belum sempet nih nge-review filmnya, soon ya!). Lagu ini kemudian membuat saya melakukan kilas balik pada hidup saya sembilan tahun terakhir dan bertanya-tanya bagaimana orang melihat saya setelah terinfeksi HIV.

Yup tentunya tidak pernah sama lagi seperti dahulu. Jika dulu masa kecil dan masa remaja saya adalah masa yang sangat biasa-biasa saja, maka masa setelah saya dewasa dan memiliki hidup dengan HIV sesungguhnya menjadi lebih  berwarna dan memiliki begitu banyak tantangan. Lalu saya berfikir, rasanya penting untuk membagikan ini kepada banyak orang. Maka jadilah pagi ini saya berefleksi tentang sembilan tahun perjalanan hidup dengan HIV. Agar mudah diingat maka saya akan membuat beberapa poin supaya mudah dibaca juga ya.

Senin, 12 Maret 2018

Berdamai dengan Diskriminasi HIV di Masa Lalu

Sembilan tahun lalu suami saya meninggal karena infeksi tubuh karena virus HIV yang sudah terlambat kami tangani. Beberapa bulan sesudahaa kepergiannya saya menjadi kosong dan tidak tahu harus melakukan apa. Infeksi HIV yang juga kemudian ada dalam tubuh saya ini membuat saya benar - benar bingung. Kebingungan ini tentunya berhubungan dengan kondisi saya sepeninggal suami, saya kembali tinggal bersama kedua orangtua saya dan saya tidak memiliki pekerjaan. Awalnya saya masih saja bergantung pada mama dan papa pada banyak hal, sampai akhirnya saya merasa malu dan berfikir saya harus bekerja. Tapi kemampuan apa yang saya punya? tidak ada. Kebetulan saya memiliki sahabat yang rumahnya tidak jauh dari rumah ibu saya tinggal. Dia adalah kakak kelas saya yang adiknya adalah teman seangkatan saya.

Angga banyak membantu pemulihan saya secara psikologis, He knows me so well sampai entah bagaimana tanpa saya minta dia menawarkan sebuah pekerjaan di tempatnya bekerja. Sebuah sekolah musik yang kebetulan membutuhkan admin. Tugasnya tidak berat, tapi juga tidak bisa dibilang mudah. Saya adalah garda depan sekolah musik di cabang Pamulang itu. Saya menerima tamu, mempromosikan sekolah ini, harus hapal product knowledge, mengurus administrasi iuran bulanan siswa, mengurus daftar kehadiran guru dan murid, dan banyak lagi tugas saya yang setelah saya tuliskan ternyata banyak ya Hahaha. And yes its not easy, but I get used to it! Saya mulai bekerja tidak lama setelah suami saya meninggal. I believe I'm a fast learner.

Rabu, 21 Februari 2018

13 Reasons Why Hannah Baker Could be One of Us

Source : Google.com
Film 13 Reasons why ini saya dapat dari seorang kawan pada saat kegiatan rutin setiap kamis saya CS Writers Club. Dan semenjak itu saya terus menerus tidak berhenti memikirkan film ini. Sayangnya saat itu saya belum membayar biaya berlangganan netflix bulanan saya, sehingga hasrat untuk menonton harus tertunda sejenak. Sampai akhirnya waktu dan kesempatan itu tiba, saya ga menyia-nyiakannya dan langsung melahap habis serial tersebut sampai tidak bisa berkata - kata dan butuh waktu cukup lama untuk menuliskan ulasannya.

Untuk yang kemudian ingin menonton 13 Reasons Why, ada hal yang wajib kalian ketahui bahwa film ini mengandung banyak sekali adegan kekerasan baik secara fisik, seksual, psikologis. Tokoh utama dalam film ini melakukan bunuh diri karena mendapat semua jenis kekerasan tersebut. Jika kalian dalam kondisi depresi berat atau memiliki potensi untuk melakukan bunuh diri, saya tidak menyarankan untuk menonton film ini tanpa didampingi oleh orang yang kompeten untuk membantu persoalan anda. Tapi Film ini juga penting untuk di tonton, karena akan sangat membuka mata kita semua yang menontonnya tentang bahaya potensi kekerasan dan dampak bullying. Semoga disclaimer di awal ini cukup membantu ya

Sabtu, 17 Februari 2018

Hello Our Lovely Februari

Kapan pertama kali bertemu dengan suami? inget gak? Inget dong. Kalau suami ditanyain itu, pasti dia lupa tanggalnya, hanya momentnya saja yang dia inget. Maklum suami saya pelupa. Hahahaha.. Jadi postingan hari ini isinya akan soal curhatan bagaimana akhirnya bertemu dengan suami, menjalin hubungan lebih serius dan akhirnya memutuskan untuk menikah. saya percaya tulisan seperti ini harus sering dibuat, untuk kembali me-refresh rasa sayang, dan keintiman kita dengan pasangan. Kebayang deh, pernikahan bertahun - tahun.. dengan segala persoalan yang ada.. dengan jatuh bangunnya kita.. ujung - ujungnya pasti lupa untuk bilang i love you lagi sama suami/istri atau bahkan pelukan sudah gak lagi sehangat pertama kali dipeluk. So this is my reminder for my self!

Setelah kepergian almarhum suami saya (ayahnya Malika) tahun 2009, saya gak buru - buru menikah. Beberapa kali berkenalan dan dikenalkan dengan pria banyakan gak cocoknya. Sampai suatu hari saya capek kenalan sama orang baru, saya harus cerita lagi dari pertama tentang hidup saya, anak saya, penyakit saya, everything seems so complicated and mostly people will just run away after that. Lalu saya berdoa saat shalat, saya bilang sama Gusti Allah.. kalau ternyata saya dikasih kesempatan untuk punya kawan yang akan menemani saya sampai akhir hayat saya mau orang itu yang seperti ini dan itu. Saya benar - benar berdoa dengan bahasa Indonesia, dengan deskripsi kriteria yang saya inginkan. Dan tak lupa saya juga bilang, kalau memang ternyata saya harus struggle mengurus dan merawat Malika sendirian, its also fine.

Rabu, 31 Januari 2018

Review Anak 90-an Setelah Nonton Film Dilan 1990

Sumber : Google.com
Siang ini empat tahun yang lalu, saya sedang mempersiapkan diri menjelang hari pernikahan keesokan harinya. Tentunya enggak ada rasa deg - deg an sama sekali, karena ini adalah pernikahan yang kedua Hahaha, jadi udah rada lebih nyantei. Siang ini tahun 2018, saya dan Febby yang akhirnya menjadi suami istri memutuskan untuk nonton film Dilan 1990 di Braga City Walk yang posisinya dekat dengan rumah. Euforia film Dilan begitu luar biasa terasa, entah kenapa. Saya sempat bertanya - tanya, apakah karena Dilan diperankan oleh Iqbal sang boyband cilik CJR yang kini sudah beranjak dewasa, atau memang kharisma Pidi Baiq sang penulis cerita yang begitu kuat. Saya pribadi sudah membaca buku Dilan sejak Mei 2014, lho kok hapal yu? Iya, kan saya selalu menulis tanggal di semua buku yang sudah di beli dan di baca, biar suatu hari nanti ingat seperti apa momen membeli dan membaca buku ini.

Kebetulan, suami saya bukan orang yang suka nonton ke bioskop, jadi kalau ada yang bertanya waktu pacaran pernah gak saya diajak nonton ke bioskop ya jawabannya pernah tapi jarang. Makanya pas dia langsung mengiyakan ajakan saya menonton Dilan, rasanya cukup surprise. Ya anggap aja early present wedding anniversary besok. ihiw! Harusnya sih dari rumah ke Braga City walk ga jauh, bisa banget jalan kaki. Seperti saat kami nonton film AADC 2, kita berdua jalan malam malam. Karena ini sudah rada telat dan takut gak kebagian tiket, makanya akhirnya kami memutuskan untuk naik motor ajalah biar cepet. Nah sesampai di Braga, Febby parkir motornya di seberang, bukan di basement. Soalnya suka ribet kalau parkir di basement katanya. Saya yang sudah pengen lari buru buru beli tiket, memutuskan untuk gak jadi karena tiba - tiba dia bilang mau beli Wendy's dulu karena belum makan dari pagi. Tapi karena kulihat jam sudah menunjukan pukul setengah dua belas, dan film pertama mulai pukul dua belas. Maka selesai memesan makanan, saya meninggalkan Febby untuk menuju bioskop yang terletak di lantai tiga. Paragraf kedua ini agak random, harusnya di skip aja hahaha.

Jumat, 26 Januari 2018

Jika Anggota keluarga terinfeksi HIV? [HIV101 Series - Part 2]

Jika tulisan saya sebelumnya mengulas kembali Live Instagram 18 Januari tentang Memahami kembali HIV AIDS, maka artikel selanjutnya ini akan merangkum Live instagram hari kamis tanggal 25 Januari tentang Bagaimana jika salah satu anggota keluarga terinfeksi HIV. Pembahasan tema ini sejujurnya adalah selain karena permintaan beberapa pihak, adalah juga karena ini adalah salah satu pertanyaan yang sering sekali muncul dan datang pada saya. Mulai tahun 2017 ini, lebih banyak orang - orang yang datang dan bercerita tentang anggota keluarga mereka, bukan lagi si ODHA itu sendiri yang datang mencari pertolongan. Melainkan anak yang bercerita tentang ayah dan ibunya, atau adik yang menceritakan kakaknya, atau istri yang menceritakan tentang suaminya atau sebaliknya.

Bagi saya tema ini juga penting mengingat tingginya kasus stigma dan diskriminasi yang dilakukan oleh lingkaran terkecil orang yang terinfeksi HIV, yakni keluarga mereka sendiri. Tema ini juga yang kemudian dapat saya bagi berdasarkan pengalaman saya secara pribadi tentang bagaimana ayah ibu serta adik dan kakak saya tidak pernah meninggalkan saya hingga hari ini hampir sembilan tahun saya terinfeksi HIV.

Memahami kembali HIV AIDS [HIV101 Series - Part 1]

Tahun 2017 lalu saya sempat berencana untuk membuat Instastory atau Live instagram berupa informmasi HIV 101. Yang mana disambut dengan baik oleh begitu banyak follower saya melalui komentar - komentar dan DM mereka. Selain disambut baik oleh teman - teman yang merasa bahwa informasi tersebut memang dibutuhkkan, ada beberapa teman yang juga menyambut baik rencana saya tersebut justru dengan menyarankan saya membuat Youtube Channel. Nah di tahun 2018 ini saya pikir ide tersebut harus segera direalisasikan agar tidak kehilangan momentum. Dan karena proses untuk menuju Youtube Channel nya masih berjalan, maka saya yang sudah gak sabar ini memutuskan untuk jalan saja dengan Live di instagram.

Tanggal 18 Januari 2018 minggu lalu akhirnya saya mulai untuk melaksanakan ide cemerlang saya tersebut. Saya memilih hari kamis untuk Live karena saya rasa waktu tersebut cukup lowong untuk saya isi dengan pemberian informasi. Sambil berjalan dan melihat minat pasar, mana tahu ternyata saya bisa lakukan lebih sering ya kan? Nah selain melakukan Live di instagram, saya merasa juga perlu untuk menuliskannya di Blog. Agar informasi tidak selesai di Insta Live yang akan hilang 24 jam kemudian. Maka hari ini saya akan merapel 2 artikel dari dua kali live di minggu lalu dan hari kamis kemarin. 

Selasa, 16 Januari 2018

Saat Saya Terobesi Menjadi Dolores O'Riordan

Source: Official FB The Cranberries
Pagi ini terbangun dengan perasaan tidak nyaman, selesai shalat Subuh saya membuka handphone dan melihat notifikasi dari kakak saya di Qatar melalui Facebook yang memberitakan Dolores O'Riordan vokalis Band The Cranberries meninggal dunia. No she's not my family related, tapi semua karya musiknya menjadi bagian penting dalam kehidupan saya. Saya lantas menangis saat mengetahui bahwa sudah sejak lama Dolores bertahan hidup melawan depresinya. Dalam akun twitter official The Cranberries tidak disebutkan mengapa vokalis band yang lagu nya akrab di telinga generasi 90'an hingga kini.

Nah, hari ini saya akan membagi cerita - cerita receh yang bernilai bagi hampir keseluruhan hidup saya, tentang Dolores dan dampaknya kehadirannya pada kehidupan. Bagian lainnya adalah tentang How depression is real dan kita gak bisa ngegampangin atau meremehkan orang - orang yang sedang dalam kondisi depresi. So here it goes! Perkenalan saya dengan The Cranberries pada saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu almarhum kakak saya yang pertama tengah memutar beberapa kaset dan mendengarkan beberapa lagu yang penyanyinya adalah perempuan. Diantara perempuan - perempuan dan band keren yang dikenalkannya adalah Lisa Loeb, The Cardigans, Potret, Tori Amos dan The Cranberries. Saya terpana dan bertanya, bolehkah kaset tersebut menjadi milik saya, and he say yes! Bahagia? ohhh, tentu saja.. bayangkan anak kecil yang duduk di bangku sekolah dasar mendapat kaset dengan lagu lagu keren. Beda pisan lah sensasinya dengan lihat video terbaru dari youtuber idola. 

Minggu, 14 Januari 2018

The Power of REAL Conversation

source : pexels.com
Judul ini saya dapat setelah melihat kawan saya Abi memposting sebuah screen shoot di intstagram story miliknya yang bertuliskan Never Underestimate the power of REAL conversation. lalu sudah tentu saya kemudian kepikiran untuk menumpahkan segala curahan hati saya yang ternyata sangat related dengan sebersit kalimat tersebut. Yup, Jangan menyepelekan kekuatan dari sebuah percakapan, kenapa? Ini saya ceritakan, mohon dibaca dengan seksama ya gaes. 

So, it started at I'm so little to know that I love to talk. Siapapun yang mengenal saya dengan cukup dekat atau pernah bertemu dengan saya pasti tahu betul bahwa saya orangnya senang sekali ngomong, ngoceh sendiri ataupun ngobrol dengan orang lain. Saya menemukan diri saya membacakan buku cerita kepada boneka - boneka semasa kecil, saya juga sempat membuka perpustakaan saking banyaknya buku dan majalah milik saya supaya say abisa bacakan cerita pada orang lain. Hal itu kemudian terakumulasi sampai hari ini, bagi saya ngobrol menjadi salah satu kebutuhan utama yang jika tidak terpenuhi saya bisa senewen setengah mati. Ditambah lagi setelah perjalanan panjang hidup dengan HIV, ngobrol selalu menjadi obat bagi saya. Ngobrol menjadi suplemen yang secara ajaib bisa membuat kondisi saya merasa jauh lebih baik.

Kamis, 11 Januari 2018

[Review Film] Naura dan Genk Juara

source : google
Sebagai ibu dari penggemar Naura garis keras, saya sudah yakin suatu hari nanti Naura akan membuat film. Dan yang ada di benak saya sungguh terbukti, persis setelah konser dongeng kedua di Bandung film tersebut diluncurkan. Jangan heran kalau kemudian film ini kemudian masuk ke daftar film yang paling dinanti oleh Malika. Nah karena sang ibu adalah generasi film petualangan Sherina, maka saya siap - siap melihat apakah film Naura dan Genk Juara bisa mengobati kerinduan kami akan film anak - anak. Malika, saya dan Azra teman di akademi futsalnya menonton NDGJ di Trans Studio Mall hanya bertiga saja.

Film yang di sutradarai oleh Eugene Panji ini tentunya diperankan oleh Naura dan beberapa nama artis cilik yang baru saya dengar yakni Joshua Rundengan sebagai Okky, Vickram Priyono sebagai Bimo dan Andriyan Bima sebagai Kipli. Alur cerita film Naura tentu sangat sederhana dan tidak berbelit - belit, konsep nya pun seru dan menyenangkan karena dibalut dalam bentuk musikal, dimana sepanjang film kita akan disuguhkan lagu - lagu seru yang dinyanyikan oleh para pemeran sehingga siapapun yang menonton tentu akan terhibur.

Rabu, 10 Januari 2018

Purwokerto dan Wisuda Pertama di Keluarga Kami

Sumber : Google
Dalam keluarga besar kami, rasanya hanya si adek kecil yang strict to the rule and study hard at school. Sejak dia kecil, ga kurang kurang pencapaian pendidikannya selalu selesai dengan baik dan memuaskan. Kakak saya, belum pernah lulus menyelesaikan studi perhotelannya sudah dapat pekerjaan dan melanglangbuana di negara orang sepuluh tahun terakhir, Abu Dhabi, Dubai, dan Qatar. Sedangkan saya, memutuskan berhenti untuk meneruskan perguruan tinggi di tengah semester perkuliahan dengan alasan malas. OMG what an achievement ayu! 

Hahaha sejujurnya memang sejak kecil saya gak begitu suka dengan pendidikan di Indonesia, saya sering sekali melanggar peraturan karena saya anggap bertentangan dengan prinsip yang saya yakini. Cap anak bandel sering disematkan pada saya, but yeah I dont care. Tapi tidak dengan si adik, dia menjadi satu satunya anak dari kedua orangtua saya yang akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan S1 nya di Universitas Jenderal Soedirman. Kami sekeluarga, Papa mama dan saya minus si mas yang ga mungkin pulang (dari Qatar karena ongkos yang mahal) kami menghadiri acara wisuda si adik yang super sakral itu dengan perasaan bahagia yang luar biasa.  And here is the story!