Rabu, 21 Februari 2018

13 Reasons Why Hannah Baker Could be One of Us

Source : Google.com
Film 13 Reasons why ini saya dapat dari seorang kawan pada saat kegiatan rutin setiap kamis saya CS Writers Club. Dan semenjak itu saya terus menerus tidak berhenti memikirkan film ini. Sayangnya saat itu saya belum membayar biaya berlangganan netflix bulanan saya, sehingga hasrat untuk menonton harus tertunda sejenak. Sampai akhirnya waktu dan kesempatan itu tiba, saya ga menyia-nyiakannya dan langsung melahap habis serial tersebut sampai tidak bisa berkata - kata dan butuh waktu cukup lama untuk menuliskan ulasannya.

Untuk yang kemudian ingin menonton 13 Reasons Why, ada hal yang wajib kalian ketahui bahwa film ini mengandung banyak sekali adegan kekerasan baik secara fisik, seksual, psikologis. Tokoh utama dalam film ini melakukan bunuh diri karena mendapat semua jenis kekerasan tersebut. Jika kalian dalam kondisi depresi berat atau memiliki potensi untuk melakukan bunuh diri, saya tidak menyarankan untuk menonton film ini tanpa didampingi oleh orang yang kompeten untuk membantu persoalan anda. Tapi Film ini juga penting untuk di tonton, karena akan sangat membuka mata kita semua yang menontonnya tentang bahaya potensi kekerasan dan dampak bullying. Semoga disclaimer di awal ini cukup membantu ya

Sabtu, 17 Februari 2018

Hello Our Lovely Februari

Kapan pertama kali bertemu dengan suami? inget gak? Inget dong. Kalau suami ditanyain itu, pasti dia lupa tanggalnya, hanya momentnya saja yang dia inget. Maklum suami saya pelupa. Hahahaha.. Jadi postingan hari ini isinya akan soal curhatan bagaimana akhirnya bertemu dengan suami, menjalin hubungan lebih serius dan akhirnya memutuskan untuk menikah. saya percaya tulisan seperti ini harus sering dibuat, untuk kembali me-refresh rasa sayang, dan keintiman kita dengan pasangan. Kebayang deh, pernikahan bertahun - tahun.. dengan segala persoalan yang ada.. dengan jatuh bangunnya kita.. ujung - ujungnya pasti lupa untuk bilang i love you lagi sama suami/istri atau bahkan pelukan sudah gak lagi sehangat pertama kali dipeluk. So this is my reminder for my self!

Setelah kepergian almarhum suami saya (ayahnya Malika) tahun 2009, saya gak buru - buru menikah. Beberapa kali berkenalan dan dikenalkan dengan pria banyakan gak cocoknya. Sampai suatu hari saya capek kenalan sama orang baru, saya harus cerita lagi dari pertama tentang hidup saya, anak saya, penyakit saya, everything seems so complicated and mostly people will just run away after that. Lalu saya berdoa saat shalat, saya bilang sama Gusti Allah.. kalau ternyata saya dikasih kesempatan untuk punya kawan yang akan menemani saya sampai akhir hayat saya mau orang itu yang seperti ini dan itu. Saya benar - benar berdoa dengan bahasa Indonesia, dengan deskripsi kriteria yang saya inginkan. Dan tak lupa saya juga bilang, kalau memang ternyata saya harus struggle mengurus dan merawat Malika sendirian, its also fine.