Selasa, 27 Maret 2018

[Review Buku] Gelang Hitam by Nyi Rika

Judul Buku : Gelang Hitam
Penulis : Rika Setiati 
Penerbit : Nawalapatra
Jumlah halaman : 204 Halaman
Harga buku : Rp 75.000,-
Rate : 👍👍👍

"Aku adalah nafsu gentayangan yang terjebak dalam seuntai gelang hitam yang melingkari pergelangan tangan Saras. Ada seutas tali tak kasatmata yang membuatku bisa mengikutinya ke mana pun serta turut merasakan suka dukanya. Menjadi seorang relawan bencana yang meminjamkan telinga untuk cerita - cerita pedih para korban tsunami membuat jiwanya ikut terguncang."

Begitulah sebait paragraf yang tertulis di bagian belakang buku berjudul Gelang Hitam yang baru saja saya tuntaskan beberapa hari lalu. Dan pertama kali membacanya saya langsung penasaran seperti apa cerita yang ada di dalamnya. Sedikit pengantar kenapa saya akhirnya membaca buku ini adalah target menyelesaikan beberapa buku secara perlahan harus terpenuhi. Yup punya target di tahun 2018 ini adalah jangan sampai ada buku yang tidak terbaca padahal sudah dibeli atau pemberian kawan. Nah beberapa buku yang saya miliki rujukannya adalah Mentor dan Editor buku yang sedang saya kerjakan Jia Effendi. Salah satu buku yang di rekomendasikan Jia untuk saya baca adalah berjudul Gelang Hitam yang ditulis oleh Rika Setiati atau Nyi Rika.

Kamis, 15 Maret 2018

Bagaimana Orang Melihat Saya Setelah Terinfeksi HIV

Beberapa hari ini saya mengulang - ulang terus lagu This Is me yang merupakan sondtrack dari film The Greatest Showman yang saya tonton beberapa saat lalu. Bagi saya lagu ini memiliki kekuatan yang luar biasa, baik lirik dan aransemen musiknya. Selain karena memang film The Greatest Showman memiliki makna yang luar biasa dalam (saya belum sempet nih nge-review filmnya, soon ya!). Lagu ini kemudian membuat saya melakukan kilas balik pada hidup saya sembilan tahun terakhir dan bertanya-tanya bagaimana orang melihat saya setelah terinfeksi HIV.

Yup tentunya tidak pernah sama lagi seperti dahulu. Jika dulu masa kecil dan masa remaja saya adalah masa yang sangat biasa-biasa saja, maka masa setelah saya dewasa dan memiliki hidup dengan HIV sesungguhnya menjadi lebih  berwarna dan memiliki begitu banyak tantangan. Lalu saya berfikir, rasanya penting untuk membagikan ini kepada banyak orang. Maka jadilah pagi ini saya berefleksi tentang sembilan tahun perjalanan hidup dengan HIV. Agar mudah diingat maka saya akan membuat beberapa poin supaya mudah dibaca juga ya.

Senin, 12 Maret 2018

Berdamai dengan Diskriminasi HIV di Masa Lalu

Sembilan tahun lalu suami saya meninggal karena infeksi tubuh karena virus HIV yang sudah terlambat kami tangani. Beberapa bulan sesudahaa kepergiannya saya menjadi kosong dan tidak tahu harus melakukan apa. Infeksi HIV yang juga kemudian ada dalam tubuh saya ini membuat saya benar - benar bingung. Kebingungan ini tentunya berhubungan dengan kondisi saya sepeninggal suami, saya kembali tinggal bersama kedua orangtua saya dan saya tidak memiliki pekerjaan. Awalnya saya masih saja bergantung pada mama dan papa pada banyak hal, sampai akhirnya saya merasa malu dan berfikir saya harus bekerja. Tapi kemampuan apa yang saya punya? tidak ada. Kebetulan saya memiliki sahabat yang rumahnya tidak jauh dari rumah ibu saya tinggal. Dia adalah kakak kelas saya yang adiknya adalah teman seangkatan saya.

Angga banyak membantu pemulihan saya secara psikologis, He knows me so well sampai entah bagaimana tanpa saya minta dia menawarkan sebuah pekerjaan di tempatnya bekerja. Sebuah sekolah musik yang kebetulan membutuhkan admin. Tugasnya tidak berat, tapi juga tidak bisa dibilang mudah. Saya adalah garda depan sekolah musik di cabang Pamulang itu. Saya menerima tamu, mempromosikan sekolah ini, harus hapal product knowledge, mengurus administrasi iuran bulanan siswa, mengurus daftar kehadiran guru dan murid, dan banyak lagi tugas saya yang setelah saya tuliskan ternyata banyak ya Hahaha. And yes its not easy, but I get used to it! Saya mulai bekerja tidak lama setelah suami saya meninggal. I believe I'm a fast learner.