Senin, 01 Juni 2020

Cinta yang Mengubah Hidupku Part #19

Beberapa hari setelah aku mendapat kronologis lengkap tentang Abet, tidurku tidak lagi nyenyak dan cenderung gelisah. Beberapa kali aku mendapat mimpi buruk karena aku tidak tahu bagaimana kondisinya di dalam sana. Aku sempat bertanya kepada sang ibu apakah aku diperkenankan untuk membesuknya. Sang ibu bilang, Abet berpesan untuk tidak mengijinkan aku datang ke sana. Rasanya sedih mengetahui si pria keras hati ini malah tidak mau bertemu denganku. Tapi ibunya memberiku kebebasan, lalu kubulatkan tekad untuk tetap berangkat.

Aku memutuskan untuk datang ke sana tepat 24 hari setelah hari penangkapannya. Belum pernah sebelumnya aku menyambangi seseorang yang dekat secara personal di dalam penjara. Aku pernah sekali diajak Abet untuk membesuk salah seorang kawannya di polsek Pamulang, Itupun hanya sebentar. Polsek Pamulang ternyata bukan tempat yang nyaman dan bersih. Sehingga asumsiku sama, semua polsek sama kondisinya.

Meski aku tahu ini adalah hari sabtu dan bukanlah hari besukan aku memberanikan diri untuk datang. Sebelumnya aku memutuskan untuk pergi ke supermarket untuk membeli beberapa makanan kesukaannya yang aku tidak tahu apakah bisa sampai ke tangannya. Meskipun saat itu aku sudah lulus sekolah, aku masih sering merasa tidak memiliki kuasa atas keputusan keputusanku sendiri. Sehingga pergi ke polsek Kebayoran Lama menjadi tantangan baru. Sepanjang jalan aku cemas, apakah aku akan berhasil menemuinya? Apakah aku diijinkan untuk memegang tangannya? Apa yang harus kukatakan kepadanya? Pikiran pikiran it uterus menghantuiku hingga tidak terasa angkot D.01 berhenti persis di depan kantor polisi.

Baca cerita sebelumnya di sini

“Selamat Pagi, ada yang bisa saya bantu?” Seorang polisi dengan tegas menyambutku.
“Pagi pak, hmm.. saya mau membesuk orang. Bisa ga ya?” aku mengajukan pertanyaan yang sudah kuketahui jawabannya dan dengan jelas polisi tersebut menjawab
 “Oh mohon maaf ini hari Sabtu. Hari membesuk adalah hari Kamis”
“Kalau begitu, saya boleh titip aja pak ada sedikit makanan untuk orang yang mau saya besuk?”
“Bisa mbak, boleh masuk ke dalam aja nanti lapor lagi dengan petugas yang ada di dalam”

Dengkulku lemas, aku tidak bisa bertemu dengan Abet.

“Selamat Pagi pak, saya tadi udah lapor sama pak polisi yang di depan. Mau titip makanan untuk teman saya yang ada di dalam. Abet namanya.”
“Wah hari Kamis aja datangnya. Kalau sekarang kan ga bisa ketemu langsung. Adik pacarnya ya?” Berbeda sekali dengan ketegasan polisi di pos depan, polisi yang ini lebih ramah meskipun aku tidak suka dengan nada menggodanya.
“Hari kamis saya kuliah pak. Gak bisa. Saya titip aja boleh ya”
“Ya ya boleh. Sebentar”

Lalu polisi tersebut memanggil petugas lainnya dan menyampaikan maksudku. Lalu aku menyerahkan sekantong makanan di dalam plastic alfamart tersebut. Petugas itu menjauh meninggalkanku, aku bisa melihatnya masuk ke satu bagian dengan teralis besi yang kuketahui dengan istilah penjara.

“Bet! Abet.. nih pacarnya kirim makanan!”

Gila pikirku dalam hati, Abet pasti kesal sekali aku datang. Ditambah lagi dengan sang polisi memberi bumbu dalam panggilannya. Tak lama aku melihat sebuah tangan menjulur dasi selah teralis besi meraih plastic alfamartku. Itu tangan Abet. Aku menunduk tak kuasa ingin menangis sampai aku melihat tangan itu kembali masuk ke dalam tanpa sepatah kata terucap. Aku mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkan Polsek Kebayoran lama dengan hampa.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar