Selasa, 07 Juli 2015

Indi, my beautiful scolioser friend, Part 1

Sumber : Goolge.com

Dalam keterbatasannya, perempuan yang warna rambutnya tidak hitam ini menggambarkan mimpi mimpinya dalam tulisan. Saya mengagumi pribadinya yang tidak biasa dan penuh warna. Cara berpakaiannya yang tidak mainstream, koleksi hello kitty-nya yang sungguh konsisten dan entah sejak kapan dikumpulkannya. Namun yang paling menginspirasi saya adalah kekuatannya untuk menerima orang lain yang disekitarnya tanpa beda. Indi taufik, biasa dikenal di social media twitter dengan nama akun @missbabbitt, nama akun yang sungguh sulit untuk saya ingat di awal. Usia kami hanya terpaut 3 bulan, saya jauh lebih muda, namun tidak membuatnya terlihat tua, karena jiwa nya yang penuh semangat terus memberi saya inspirasi.

Siapa yang menyangka, sosoknya yang ayu serupa boneka jepang itu memiliki masalah dengan tulang belakangnya, atau sering kita kenal dengan istilah Scoliosis. Indi mengaku, mengetahui dirinya memiliki masalah tersebut secara tidak sengaja, saat membaca sebuah artikel mengenai scoliosis di sebuah tabloid kesehatan saat indi berusia 12 tahun. Dari informasi yang tertera pada artikel tersebut, terdapat informasi mengenai cara mendeteksi scoliosis, dia langsung mencobanya, rasa penasarannya yang sangat besar, membawanya ke sebuah perasaan terkejut. Saat disadarinya, ada punuk yang cukup besar di bagian kanan, dimana merupakan salah satu ciri dari scoliosis. 

Singkat cerita, setelah indi menyampaikan kepada kedua orangtuanya, mereka langsung menemui dokter dan mengkonsultasikan keadaan ini. Walau dokter tidak bisa mengetahui penyebab kelainan tulang belakang indi, namun beliau menjelaskan kepadanya bahwa kurva scoliosis pada tubuh indi sudah mencapai 35 derajat dengan tipe S. kondisi tersebut membuat indi harus memakai boston brace selama 23 jam setiap hari, sampai tulang di tubuhnya berhenti tumbuh di usia 18.
Kondisi tulang belakang dengan scoliosis [sumber : http://www.sierraneurosurgery.com]

Bagi saya yang menyukai aktifitas lapangan, mungkin akan sedih berkepanjangan kalau mengalami kondisi seperti indi. Kenapa? Karena, dengan kondisi scoliosis, jika terus melakukan aktivitas fisik yang berlebihan dapat membuat tulang semakin bengkok. Aktifitas seperti berlari dan melompat bisa memberi ‘hentakan’ pada tulang, apalagi untuk scolioser (sebutan untuk seseorang yang mengalami scoliosis) yang tulangnya masih dalam masa pertumbuhan itu justru bisa memberikan beban dan membuat tulang semakin bengkok. But, I salute to their family! Ayah dan ibu indi tidak pantang menyerah, dan mengupayakan jalan keluar yang terbaik bagi anaknya. Meski semakin indi memasuki usia remaja-nya, Kurva scoliosisnya mencapai derajat 45 yang mana sudah memasuki kategori berat. Berbagai macam cara lain pun ditempuh guna membantu pemulihan dan perbaikan tulang indi, seperti fisioterapi dan chiropractic di berbagai macam klinik.

Indi saat menggunakan Brace [Doc. Indi]

doc. MSI
Tidak berbeda dengan saya yang mengidap HIV yang juga memiliki kelompok dukungan sebaya. Indi dan keluarganya pun berupaya untuk mencari kelompok dukungan khusus bagi para scolioser, dan Masyarakat Skolios Indonesia menjadi keluarga baru, dimana indi dan keluarga dapat berbagi pengalaman dan penguatan. Dan tentunya, penerimaan besar tentu dirasakan indi sebagai sebuah anugerah yang luar biasa. Disana, indi menemukan arti bahwa bahagia adalah salah satu kunci awal untuk sehat. Berdasarkan cerita indi, saat ini scoliosis nya sudah termasuk kategori ‘sangat berat’, hampir 60 derajat. Meski sempat melepas brace di usia usia 18 tahun, 8 bulan yang lalu indi kembali menggunakan brace. Kekuatan yang ada dalam dirinya, mengalahkan segala persoalan yang ada, meski dinyatakan dokter kurva tulangnya bertambah, indi justru merasa rasa sakitnya berkurang.

Cerita indi, sahabat scolioser saya masih bagian pertama nih. Saya akan melanjutkan tulisan ini, di bagian kedua mengenai mereka yang indi sayang dan memberikan kekuatan dalam hidupnya. Dari catatan ini, saya sesungguhnya malu. Karena indi, dapat memberi lebih dari sekedar semangat kepada saya, tapi juga merangsang hati kecil saya, mimpi mimpi yang selama ini saya pendam karena hidup dengan HIV AIDS. Mungkin indi gak tahu, sejak bertemu dengannya pertama kali di Bandung Indah Plaza 2 tahun lalu, she already steal my heart.. dan bikin saya kepo, kok bisa sih, cewek ini semangat walau memiliki scoliosis. ---bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar