Rabu, 08 Juli 2015

Indi, my beautiful scolioser friend, Part 2

Foto X-Ray seseorang dengan Scoliosis [doc.Wikipedia]
Nah, sesuai dengan janji saya, cerita tentang Indi, my beautiful scolioser friend akan dilanjutkan. Di bagian kedua cerita tentang indi ini akan ada banyak sekali hal baru yang semula saya tidak ketahui. Saya juga akan menggambarkan kasih sayang yang terpancar dari diri seorang Indi. Sekedar flashback, indi adalah seorang perempuan muda yang memiliki masalah dengan Tulang belakangnya, yakni Scoliosis. Skoliosis sendiri merupakan kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya seperti yang ada pada Indi.  Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan karena memiliki kelainan tertentu. Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung. Indi, walau hidup dengan Scoliosis, tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap hidup dan berbahagia. Dia bahkan memiliki banyak pencapaian yang mungkin tidak dimiliki mereka yang tidak punya gangguan tulang belakang seperti saya. Indi sudah menulis begitu banyak buku, mulai dari buku tentang kisah hidupnya, yang ditulisnya dengan warna berbeda. Seperti waktu aku sama Mika, karena cinta itu sempurna, dan guruku berbulu dan berekor. Indi bahkan membuat buku khusus untuk anak anak yakni Conversation for prescholers. Hebat kan? Yes she is.

Masih bercerita tentang Scoliosis yang indi miliki. Upaya untuk memulihkan kesehatan dan menunjang kehidupan dengan scoliosis tidaklah murah. harga Boston Brace yang Indi gunakan, senilai 4 juta rupiah. Angka yang tidak sedikit, dan saya yakin, kedua orangtuanya bersusah payah untuk mencari uang untuk dapat membeli boston brace tersebut. Sedangkan menurut cerita indi, biaya biaya tambahan untuk konsultasi ke dokter, serta sesi chiropratic yang harus dihadirinya berharga 800 ribu rupiah per satu kali sesi. Chiropratic sendiri merupakan metode terapi yang memfokuskan pada pengkoreksian tulang belakang, otot, dan persendian saraf. Koreksi yang dimaksud adalah membantu pergerakan sendi tulang belakang menjadi optimal, sehingga menghilangkan iritasi pada susunan saraf pusat yang terletak di tulang belakang. Chiropractic percaya susunan pada saraf pusat mempengaruhi semua elemen kehidupan kita, mulai fungsi dari sel, jaringan, dan organ. Selain itu, semua kegiatan tubuh diatur oleh saraf, mulai dari bergerak, merasakan, hingga mekanisme semua sistem dalam tubuh kita.

dari hasil googling, ini Contoh SpineCor Brace [sumber :scoliosisbackbrace.com]
Saat ini, indi telah mengganti brace-nya, dari jenis boston brace, menjadi spinecor harganya sangat mahal, yakni tiga puluh delapan juta rupiah. kenapa harus diganti sih? ya karena brace jenis spinecor ini lebih efektif untuk menunjang aktifitas sehari hari mereka yang memiliki scoliosis seperti indi. Sayangnya, hingga kini, biaya brace untuk scolioser tidak dapat ditanggung BPJS, dari mulai alat dan terapi. Namun berita baiknya, jika dibutuhkan operasi yang nilainya jutaan rupiah, sudah bisa lho mengakses BPJS. meski sedih dengar brace harus beli, saya berharap semoga pemerintah bisa segera punya kebijakan yang lebih bersahabat untuk para scolioser seperti indi ya.

Indi, ibu dan bapak [doc.Indi, edit oleh saya]


Saat ditanya hal apa yang paling berarti dalam hidupnya. indi langsung menjawab, ibu dan bapak. Sebelum menghasilkan empat buah buku yang inspiratif, indi mengawali perjalanan menulisnya dengan membuat blog (sama kayak saya.. tapi saya belum berani bikin buku, hiks.. indi hebat ya!). lalu kedua orangtua Indi terus memberikan semangat untuk mengembangkan bakat dan kemampuan menulisnya.



Ibu dan Bapak itu sempurna di mataku. Bukan karena aku selalu setuju dengan pendapat mereka, kadang kami juga berselisih, hehehe. Tapi karena kami saling menghargai dan saling belajar. Misalnya saja saat kami berselisih pendapat tentang Mika, aku kecewa karena mereka (dulu) nggak setuju dengan hubungan kami. Tapi bukan berarti aku nggak mendengarkan mereka, aku percaya Ibu dan Bapak selalu bermasud baik, hanya ingin melindungi putri kecilnya. Dan sekarang setelah Ibu dan Bapak sudah tahu lebih banyak tentang HIV/AIDS mereka nggak segan untuk meminta maaf. Bahkan Bapak selalu dengan bangga menyebut bahwa Mika adalah yang membuatku seperti sekarang :)
 

Selain kedua orangtuanya, sosok Mika yang kita kenal melalui buku-nya, adalah sosok kedua yang sangat berarti bagi hidup Indi. Mika mengembalikan kepercayaan dirinya, membuatnya merasa nyaman dengan tubuhnya sendiri, bahkan dengan brace yang digunakannya. Meski Mika  kini sudah berpulang karena tidak dapat bertahan dengan kondisi AIDS-nya, kisah hidupnya sangat berpengaruh dan memberikan kekuatan tersendiri dalam hidup Indi. Kini Indi, memiliki pasangan yang luar biasa dapat menerima kondisi scoliosisnya, Ray nama pria tersebut, yang kini menjadi teman terbaik Indi, berbagi suka dan duka, serta dapat menerima kehidupan Indi termasuk Mika yang pernah ada dalam hidupnya. Wah, saya nunggu undangan dari kalian ya Indi dan ray.. ehem ehem..

Indi saat menghadiri acara ODHA Awareness campaign [doc.Indi]

Indi bersama sutradara dan cast film Mika [doc. Indi]
Bicara Indi, tentu tidak akan lepas dari sosok Mika yang fenomenal yang diperankan oleh Vino Bastian dalam Film Mika. Sosok Mika yang dikenal Indi, adalah pria yang hidup dengan HIV. Percaya gak, meskipun sudah lumayan kenal dengan Indi, saya gak pernah lho dikasih lihat Foto Mika. dan saya sangat RESPECT dengan apa yang Indi lakukan. Indi sangat menjaga kehidupan Mika yang notabene sama seperti saya, seorang ODHA. Dia sama sekali gak berusaha untuk mengumbar umbar wajahnya sekalipun. Indi percaya bahwa, ceritanya tentang Mika sudah cukup mewakili semua rasa bangga dan kekagumannya pada Mika, sesosok ODHA yang kuat dan mau menghadapi hidup. Wah, kita harus belajar dari Indi nih teman teman.. belajar untuk menjaga privacy orang lain, khususnya mereka yang memiliki persoalan khusus, yang gak boleh tuh sembarangan kita umbar umbar. Eits, tapi kalau cerita tentang Indi ini, saya sudah dapat ijin dari sang pemilik cerita lho. hihihi.. btw, kini Indi sangat dekat dan erat dengan dunia HIV AIDS. Seringkali, indi diundang di acara  kampus atau kelompok ODHA itu sendiri untuk berbagi kisah, bagaimana hidup berdampingan dengan ODHA. Indi juga seringkali membantu kampanye @ODHABerhakSehat, agar masyarakat mau mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap mereka yang hidup dengan HIV. Saat saya tanya, misalnya indi dikasih kesempatan bisa ketemu Mika, kira kira apa yang Indi mau sampaikan. Ternyata, terima kasih menjadi kata yang paling ingin diungkapkannya kepada sosok Mika. bahkan indi bermimpi, ingin Mika memeluknya karena Mika belum pernah memeluk Indi tanpa brace :) ahh so sweet. Mika pasti senyum nih baca tulisan saya di blog. he loves you, like so many people love you Indi :)

Indi, dan Eris [doc.Indi]

Menutup tulisan saya tentang indi. ada sesosok mahluk menggemaskan yang sering saya lihat lalu lalang fotonya di timeline sosial media milik Indi. Dia adalah seekor anjing bernama Eris. Walau kehadiran Eris sempat menjadi pengganti anjing kesayangannya 'veggie' yang mati karena sakit. Tapi kini eris sangat mengisi kehidupan Indi. Anjing berjenis golden retriever ini, merupakan anjing yang manis, semanis sang pemilik. indi sangat rajin mengajak Eris berjalan jalan sore, dan seperti yang kita semua tahu, anjing merupakan sahabat terbaik manusia. Eris seperti memahami kondisi Indi yang memiliki Scoliosis, Eris tidak pernah berlari cepat, seperti mengimbangi Indi. ahhhhh cute banget si Eris ini ya! Sebelum ada Eris, Indi mengaku sedikit malas untuk keluar rumah. namun percaya ga, eris berhasil bikin Indi gak malas lagi, menemani anjing manisnya keujung komplek pun dia mau lho! Wah, lumayan buat menggerakan badan yang kaku ya ndi :)

Indi ingin sekali bersalaman dengan John Frusciante, ex gitaris RHCP [doc.google.com]
Kalau Mika mengajarkanmu arti kehidupan, kekuatan.. ini aku lho yang dapat merasakan itu dari sosokmu ndi. Terima kasih telah berbagi banyak cerita, serta informasi mengenai hidup dengan Scoliosis yang gak mudah. Semoga tulisan saya ini Indi, my beautiful scolioser friend, Part 2 dan Part 1, dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Upaya Indi untuk mencintai hidup sudah sepatutnya kita tiru, karena di masa yang akan datang Indi berharap dapat meneruskan apa yang sudah dilakukannya, yakni menjadi penulis, fashion desainer dan pembicara. Indi juga ingin sekali melakukan hal hal baru, seperti membuat film, belajar macam-macam alat musik, punya shelter hewan, belajar bikin kue, bersalaman dengan John Frusciante, berlajar (lagi) naik sepeda, bikin flash mob ukulele, berkolaborasi dengan Walk Off the Earth, dan masih banyak lagi. wahhhh.. semoga mimpimu terwujud ya ndi!

1 komentar: