Rabu, 26 Februari 2020

The Memories That I Want to Keep Forever

The memories that I want to keep forever. Satu kalimat itu tiba tiba terbesit di kepalaku pagi ini. Yup, the moment when you’re all alone and have no one, you gonna miss so many thing. Tahun ini merupakan tahun dengan angka yang sangat bagus, 2020. Sometimes, when I write it down or just even think about it.. saya ga kepikiran bisa hidup sampai hari ini di tahun yang cantik itu dalam kondisi sebaik hari ini.

34 tahun lalu saya tentunya tidak ingat sama sekali moment saya dilahirkan ke dunia, tapi setiap saya ingat bahwa saya masih hidup sampai saat ini tentunya itu membuat saya bersyukur. Bahwa ada kedua orangtua serta kakak adik dan orang orang terkasih saya yang masih menyayangi diri ini dengan sepenuh hati.

19 tahun lalu, saya tidak pernah membayangkan akan bertemu seorang pria yang akan mengubah hidup saya selamanya. Pria yang meskipun kini raganya telah mati, jiwanya tetap hidup di dalam hati dan pikiran. Orang yang mengenalkan saya akan keberanian menjalani kehidupan serta tidak melupakan kerendahan hati di dalamnya juga. Abet pria yang mungkin jauh dari kata sempurna, selalu sempurna di dalam hidup saya. Dia menyempurnakan hidup saya dengan akhirnya menjadi sahabat sehidup semati saya. Menikahi saya dan bersama sama kami akhirnya memiliki anak paling luar biasa di dunia yang saya lahirkan 12 tahun lalu. Malika, anak yang kini menjadi sumber kekuatan saya untuk tetap bertahan menjalani kehidupan yang meski saya sadar semakin membaik, tapi tentunya tetap memiliki kerikil dan aral rintang yang seru setiap harinya.

Malika kini tumbuh menjadi seorang remaja yang ceria dan menjadi dirinya sendiri. Dengan segala kekurangan dan kelebihan saya sebagai seorang ibu, Malika dapat mengimbangi itu semua dengan menjadi anak yang kooperatif. I never imagine that she will grow up to be like a super wise girl and I really thank her for that.

11 tahun yang lalu saya bahkan tidak pernah meminta untuk diberi cobaan yang begitu dahsyat oleh Yang Maha Kuasa. Namun rencanaNya tidak akan pernah bisa kita elak. HIV kemudian menjadi bagian dari kehidupan saya dan selamnya sudah tidak pernah saya sesali. Saya tahu semua kata ‘andaikan’ tidak akan lagi bisa mengembalikan waktu dan keadaan sehingga yang bisa saya lakukan saat ini adalah terus maju ke depan dan melanjutkan kehidupan. Meski HIV kemudian mengambil Abet dari kehidupan saya selamnya, HIV juga yang kemudian merapihkan kembali benang - benang kehidupan saya yang super ruwet dan berantakan. HIV membuat hubungan saya dan kedua orangtua membaik. HIV membuat saya lebih menyayangi saya dan keluarga. Dan HIV pula yang membuat saya serta Malika akhirnya menjadi lebih kuat setiap harinya.

Sampai saya pikir, hidup saya akan selesai di sana. I will just living with HIV, taking care of my daughter and fight for human rights be a true activist. Oh no, the universe send me a good person, a man who really honest, kind and balancing my life.

Who tought I’m gonna meet my savior after all the mess I made in life. All the HIV issue, sadness and pain. Setelah semua yang saya lalui ternyata alam semesta masih mempercayai saya untuk mendapatkan teman untuk melanjutkan kehidupan. 7 tahun mengenal pria ini kemudian menjadi hal paling baik yang pernah terjadi dalam kehidupan saya. Setahun berkenalan dan enam tahun menikah dengannya, the best way to be a better person I guess. Dia tidak pernah mengatur cara saya berfikir atau mengubah saya menjadi apa yang dia mau. He let me be myself. Febby laki laki yang mungkin tidak romantic, tidak pandai berkomunikasi, hidup kami 180 derajat berbeda. Tapi semua perbedaan tersebut membuat saya belajar dan berdamai untuk hidup lebih baik bersama teman hidup saya. Yang bersamanya saya kembali diberi percayaan untuk mengandung seorang bayi laki laki hebat yang sekuat tenaga bertahan bersama sang ibu selama 37 minggu 40 jam di tahun 2017. Meski dia memutuskan untuk patuh pada kehendak semesta dan meninggalkan kami selamanya, saya tetap bersyukur untuk bisa mendapat kesempatan berharga itu. Oh Cintaku Sir Miguel Arkananta

34 tahun rasanya begitu cepat, setiap frame kehidupan yang dilewati memberikan cerita yang kacau sekaligus menyenangkan untuk selalu diingat. Dan saya tidak ingin menghapusnya. Semua rasa senang, sedih, luka, marah, tawa dan bahagia. Mereka semua adalah bagian dalam kehidupan yang menjadikan saya seperti hari ini. Yang kuat menghadapi setiap badai, namun berani berhenti jika lelah atau takut, tapi kemudian menghargai setiap proses dengan memberikan ruang pada setiap emosi yang lahir.

This is the memories that I want to keep forever. Mengingat setiap kejadian dan cerita dengan hati yang lapang. Orangtua dan kakak adiku, Abet my soulmate, Febby my savior also Malika & Miguel my life. Mereka adalah hal paling baik yang pernah terjadi dalam kehidupanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar