Rabu, 05 November 2014

Waktu Ujian telah Tiba!

source : www.firstboynton.com
Mari kembali belajar menjadi orangtua. Ujar saya pada diri sendiri. karena ini adalah salah satu mata kuliah yang saya ikuti di university of life, nama mata kuliahnya adalah "Menjadi Orangtua". Kuliah yang saya tekuni sejak tahun 2007 hingga kini dan tak kunjung mendapatkan hasil yang memuaskan, karena walaupun titel itu otomatis diberikan saat kuliah dimulai, tapi pelajaran demi pelajaran yang saya jalani justru semakin sulit. ujian ujian yang diberikan oleh sang Maha Guru bernama Tuhan, bahkan terkadang saya abaikan karena saya merasa ini terlampau sulit.

Putri kecil kami lahir 7 tahun silam. Saya selalu berusaha belajar menggunakan kalimat kalimat positif saat menceritakan dirinya, dengan harapan, ada hal positif yang kemudian akan lahir dalam setiap tutur ataupun sikap dan perilakunya. Kehidupan gadis cilik kesayangan kami ini, ternyata memiliki banyak tantangan sejak dilahirkan hingga kini berusia 7 tahun. Persoalan demi persoalan yang sesungguhnya tidak benar benar dia pahami, namun dapat dirasakan dan dilihatnya dengan jelas. Kehilangan ayah di usia 2 tahun, dihadapkan pada diagnosa hidup dengan sebuah virus yang melemahkan kekebalan tubuhnya, serta tuntutan untuk mengkonsumsi obat seumur hidupnya yang sudah dijalaninya 5 tahun belakangan.

Pada saat anak ini lahir, saya mendapatkan sebuah buku. itu adalah buku pertama saya dalam mengikuti mata kuliah "Menjadi Orangtua" sayangnya, buku tersebut hanya lah panduan teknis bagaimana menghadapi kejadian kejadian dan respon yang harus diberikan saat sang anak mulai dari usia 0  - 5 tahun, mulai bertingkah laku sesuka hatinya. Saya menjalani waktu waktu tersebut dengan sangat baik, namun juga tak jarang ada sedikit kerikil dan awan mendung yang kadangkala menghadang dalam prosesnya. lalu saya sadar, buku itu hanya berusia 5 tahun. sehingga saat anak memasuki usia 6, saya harus mencari buku lain, tutorial lain, atau bahkan pengajar yang lebih handal untuk memberikan bimbingan kepada saya. 

Mendapatkan mentor yang baik, untuk seorang ibu yang memiliki anak spesial seperti putri kami pun sangatlah tidak mudah. hingga saya melanglang buana mencari ilmu dan pengetahuan untuk "Menjadi Orangtua" kepada banyak orang. Mulai dari lingkup komunitas HIV AIDS, hingga kelompok lain yang dapat memberikan saya pemahaman lebih, bahwa menjadi orangtua bukan hanya dapat menangani hal hal teknis yang tidak terduga.

Malam ini, saya memutuskan untuk menyingkap tabir rahasia yang selama 5 tahun kebelakang saya simpan, bukan saya rahasiakan, tapi suatu hari akan saya sampaikan saat waktunya tiba, saat dia cukup mengerti bahwa hal tersebut juga tidaklah mudah. percakapan itu dimulai sekitar pukul 5.30 sore, saat kami sedang bersantai dikamar, saya sambil membaca buku, dia sambil bermain games di smartphone-nya.

"dulu, abi meninggal karena HIV ya.." 
 tanyanya sore tadi. saya diam, berusaha tidak terlihat menarik nafas panjang. dan menjawab pertanyaannya. berusaha untuk menggunakan kalimat yang dipahaminya.
"iya. didalam tubuh abi ada virus HIV. virus itu bikin kekebalan tubuhnya lemah dan mudah terserang penyakit. yang membuat abi makin lemah karena ada virus lain dalam tubuh seperti meningitis di saraf otaknya dan pneumonia di paru parunya. itu kenapa abi meninggal"
dia diam. saya juga, menunggu pertanyaan berkutnya yang akan keluar dari bibir kecilnya.
"lalu, kamu juga? HIV ada dalam tubuhmu."
tanyanya singkat. wajahnya penasaran, sarat akan rasa ingin tahu. tatapannya membunuhku. berat rasanya, lalu kuberanikan diri untuk menjawab.
"iya. ada virus HIV juga dalam tubuh mami"
jawabku singkat. yang langsung disambutnya cepat dengan pertanyaan itu. pertanyaan yang selalu aku takut untuk menjawabnya.
"aku?" 
 kali ini dia menyunggingkan sedikit senyum, penuh harapan untuk dijawab.
aku mengucap lafadz basmallah dalam hati. semoga kali ini aku tidak kembali menyakitinya melalui penjelasanku.
"iya nak. ada virus bernama HIV didalam tubuh yg sering mengganggu tentara yang melindungi kita ditubuh. itu kenapa kita berdua harus selalu minum obat. supaya tentara dalam tubuh kita tetap kuat."
lalu dia memeluk tubuhku. aku bingung. pelukannya menyiratkan makna yang sangat dalam.
"berarti aku harus minum  obat sampai kakek nenek?" 
 tanyanya lagi, kali ini tanpa senyum tapi wajah lugu nan penasaran itu kembali muncul.
"yup. sampai tua, kita berdua nanti minum obat :) tapi jangan khawatir, obat itu justru akan membantu kita berdua tetap sehat. hampir mirip seperti aki rudy..."  
lalu saya bercerita soal salah satu kerabat kami yang juga harus minum obat karena mengidap diabetes serta harus mengatur pola makannya.

Dia tidak lagi banyak bertanya. saya tidak bisa berlega hati, ataupun merasa semua baik baik saja. respon yang ditujukannya sangat datar. rasanya dia puas dengan jawaban yang diterimanya, mungkin dia akhirnya lega mengetahui sedikit tentang dirinya. tapi ini adalah awal dimana saya harus lebih membuka mata dan telinga, memberikan pengawasan dan perhatian yang cukup kepadanya.

Dengan mengetahui ini, berarti akan ada diskusi diskusi kecil diantara kami mengenai bagaimana menjaga kesehatan, bagaimana menghadapi stigma dan diskriminasi, atau bahkan apa itu stiga dan diskriminasi. namun yang terpenting saat ini adalah bagaimana menanamkan rasa kasih dan sayang pada dirinya. dia harus mencintai dirinya, menjaga dirinya, dia harus tahu bahwa dirinya amat berarti. Maka walaupun virus bernama HIV bersarang dalam tubuh, hal itu takkan merubah arti dalam dirinya yang begitu besar, tidak akan mengurangi segala manfaat yang bisa dilakukannya dalam masyarakatnya kelak, tidak mengurangi rasa cinta kami sebagai orangtua, kepadanya.

rasanya malam ini sangat panjang..
entah rasanya ingin menangis namun tidak sanggup. saya hanya berharap, dia tetap menyayangi saya, dengan segala kekurangan dan kemampuan saya merawat dan menyayanginya sebagai ibu,  sebagai sahabat..

love you my daughter!



2 komentar:

  1. semoga bisa melalui ujian sampai tahun2 mendatang mak, dan putrinya makin sayang mamanya juga dirinya. tetap optimis dan semangat mak, jgn sampai stigma HIV melemahkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih mak!!
      insyaallah selalu diberi kekuatan dan saling menguatkan. :) :)

      Hapus