Senin, 18 Juli 2016

On my deepest level of No Spirit left

Rasanya ini masa masa paling buruk dalam hidup saya. Bukan, bukan karena saya kehilangan anggota keluarga. Bukan juga karena saya tidak memiliki pekerjaan. Melainkan, saya tidak memiliki semangat dalam menjalani kehidupan yang sesungguhnya sudah super sempurna ini. Jujur rasa ini sangat mengerikan. Dan banyak orang (dengan gampangnya) bilang, bahwa saya gak banyak bersyukur atau gitu aja kok menyerah, atau lah masalahnya dimana. Saya tidak mampu mengutarakan perasaan ini, rasanya bisa - bisa saya tidak mampu melanjutkan hal - hal yang sudah tersaji baik, hanya karena kehilangan semangat.

Rasanya saya hidup seperti robot, saya menjalankan semua aktifitas kehidupan saya seperti biasa. Mengurus anak dan suami, bekerja sembari bolak balik Jakarta dan Bandung. Saya memasak, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, bermain dengan anak. Saya mendapatkan dukungan dari tim kerja di kantor meskipun ada kekurangan disana sini. Saya mendapatkan cinta kasih dari suami dan anak - anak, meskipun ada kalanya mereka juga lelah menunggu saya pulang. Tapi rasa ini, rasanya buruk sekali. Saya tidak lagi memandang semua dengan semangat, saya hanya menjalankannya karena saya merasa itu adalah kewajiban saya. ya, kewajiban sebagai saya, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai pekerja. Rasanya hampa, melakukan sesuatu tanpa semangat.

Ada yang pernah bilang, "Saat lo sudah hampir menyerah, ingat bagaimana usaha lo memulai semuanya" trust me.. that quotes didnt work well. Saya tahu betul, saya sudah bersusah payah melakukan banyak hal, and I achieve so many things. Tapi entah kenapa.. rasanya semua begitu jauh dari semangat. Oh I really need my spirit back. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar