Selasa, 05 Juli 2016

Sanlat MQ 2016 - Ruang Untuk Malika Belajar Kemandirian

Malika sebelum berpisah dengan kami
Alhamdulilah, hari ini kita sudah memasuki hari ke 30 Ramadan. Setiap kali, 1 Syawal akan tiba esok saya sering bertanya-tanya, apakah kita sama-sama sudah siap mempraktikan segala pembelajaran yang kita terapkan selama Ramadan. Nah, tahun ini saya berikhitar untuk belajar bersama - sama Malika untuk mengikuti sekolah ahlak langsung dari seluruh komponen kehidupan di bulan Ramadan, fokusnya bukan hanya ada pada saya sang Ibu, tapi juga Malika puteri kecil saya yang sudah gak kecil lagi.

Nah salah satu tahapan pembelajarannya adalah mengisi aktifitas belajar selama libur Ramadan ini dengan mengikutsertakan Malika dalam kegiatan Pesantren Kilat. Hihiihi, kebayang gak sih melepas anak sendirian di dunia luar? Pada awalnya saya ragu, dan bertanya-tanya apakah Malika bisa, apakah Malika sudah siap, Nanti kalau ada apa-apa bagaimana? Lalu kami mencoba mengkomunikasin terlebih dahulu kepada sang anak. "Neng, mau gak ikut Pesantren kilat?" dan tanpa ba bi bu be bo.. dia langsung jawab dong "MAU!!". Well, okeeeeeeyyy... kesigapannya menjawab ternyata gak lantas membuat saya langsung yakin, masih lho ada rasa ragu dan khawatir. Jujur ini kalau memang jadi Malika berangkat ke pesantren, maka ini akan jadi kali pertama dia jauh dari saya.

Suami pun ikut meyakinkan bahwa she's gonna be ok, she can take care of her self and handle all difficult situation. Dan, keputusan itu bulat sudah, okeh, Malika akan ikut pesantren kilat. Hal kedua yang kami lakukan adalah mencari referensi kegiatan Pesantren Kilat di beeberapa tempat, tentunya kami menganalisa kemasan, konten serta aktifitas yang disajikan oleh si penyelenggara. Dan hati kami terpaut pada Pesantren Kilat yang diselenggarakan oleh Darut Tauhid Insani yang dikelola oleh Aa Gym di Geger Kalong, Bandung.

Foto Keluarga dulu sebelum melepas Malika
Sanlat MQ ini ternyata sudah diadakan rutin setiap tahun, dan memiliki jenjang serta kelas yaitu kelompok pertama kelas 1, 2 dan 3; kemudian kelompok kedua kelas 4, 5 dan 6; dan kelompok yang ketiga terdiri dari siswa siswi SMP dan SMA. Kelompok pertama, karena masih anak-anak cilik, maka kegiatan diadakan di area pesantern Darut Tauhid. Peserta akan tidur di area pesantren yang memang sudah disediakan fasilitasnya. Untuk kelompok kedua dan ketiga, Pesantren diadakan di Outdoor, mereka camping di 2 area berbeda, yang tentunya tingkat kesulitan untuk belajar kemandirian serta bertahan hidup yang jauh berbeda dengan kelompok yang pertama ya.

Awalnya saya pikir Malika akan masuk ke kelompok kedua, mengingat usianya yang sudah masuk 9 tahun dan sudah naik ke kelas 4. Namun, karena terlambat melakukan pendaftaran serta kelompok 2 yang sudah sangat penuh, maka Malika akan mengikuti pesantren kilat DT ini dengan teman - teman kelas 1, 2 dan 3 SD. Biaya kegiatan ini untuk kelompok 1, seharga Rp 850.000,-, ini sudah include Pembimbing kelompok yang menjaga dan mengawasi, penginapan, makan, materi, games, sertifikat serta keperluan anak - anak selama berada di Pesantren. Kegiatan dilakukan di Pesantren Darut Tauhid, mulai tanggal 27 - 30 Juni. 

Here's come The Day!

Sejak subuh sudah siap banget!
Sejak malam hari Malika dan saya sudah sibuk Packing. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh panitia, disarankan untuk membawa ransel, serta pakaian-pakaian ganti yang nyaman selama berada di sana. Sehingga saya memutuskan untuk membawakan malika celana panjang saja, dan kaos tangan panjang yang nyaman Beberapa kerudung untuk ganti, serta barang - barang penting seperti obat-obatan, mukena, alat tulis, dan perlengkapan mandi. Sambil beberes, saya sibuk memberikan malika wejangan dari mulai yang simpel dan mendasar sampai yang detail, seperti..

- Jangan lupa gosok gigi sebelum tidur dan sesudah sahur ya nak
- nanti baju kotornya dilipat yang rapih
- obatnya jangan kupa diminum 3x sehari
- Jangan ada barangmu yang tertinggal lho
- nanti kalau makan jangan pilih pilih ya nak, belajar makan apapun yang tersaji
- Nanti membaur dengan teman yang lain ya, kenalan sama teman yang banyak
- Jangan lupa sholat yah (yang ini gak mungkin lupa, karena ada di jadwal kegiatan wajib)
- nanti pas mandi, pakaian dalat mandinya taro di kresek ya
- bangun pagi langsung mandi ya nak, jadi gak berebutan sama teman yang lain

Foto Group, Malika kedua dari kiri look so Happy!
dan.. 3653 nasihat lainnya yang hanya dijawab oleh malika dengan kata Ya, Ya mi, Ya lah, Ya Dong.. atau mengangguk. Duh, saya ini worry berlebihan banget sih, wong anaknya aja nyantai bangettt. Nah, akhirnya tiba hari dimana kegiatan dimulai. Kebetulan hari itu adalah hari ketiga saya recovery pasca operasi pengangkatan FAM, sehingga masih lemas dan tidak enak jika harus lama-lama berdiri. Seluruh Peserta dari SD hingga SMA, diminta berkumpul di SECAPA (Sekolah Calon perwira Angkatan Darat), yang terletak di Setiabudi. Untuk kemudian registrasi ulang, dan mendapatkan syal serta pin, lalu kemudian mulai bergabung dengan anggota kelompoknya.

Malika mendapatkan kelompok 5, yang berisi 10 peserta, dengan asuhan kakak Pembimbing bernama Teh Rayi. Di detik ini, air mata saya sebetulnya sudah mengapung di ujung - ujung mata. Tapi cepat - cepat say ahapus, karena saya mau Malika belajar dengan yakin, percaya diri dan tentunya tenang. Dia jangan sampai tahu, bahwa sesungguhnya ibu dan bapaknya ini senewen setengah mati. Mata nya hari itu berbinar - binar, dia yang belum pernah ikut pesantren kilat sama sekali sangat yakin bahwa ini adalah ruang terbaik baginya untuk mengisi hari libur kenaikan kelasnya di bulan Ramadan. Dan kami sang ortu yakin, semoga pesantren kilat ini bisa menjadi ruang baginya untuk melatih kemandirian. Setelah berada di tangan kakak pembimbing, peserta melakukan foto grup, setelah itu orangtua tidak diperkenankan untuk ikut. Lalu kami berpisah, saling mengucap salam, memeluk dan mencium, kembali memberikan wejangan - wejangan. ahh dasar saya, orangtua, anaknya udah gak betah dinasehatin dan mau cepat bergabung ke kelompok. Maka disitulah pembelajaran untuk Malika dimulai, dan untuk kami sang orangtua.

Bagaimana Malika Selama Kegiatan Sanlat berlangsung?

Foto Pertama Grup Malika yang dikirimkan melalui WA
Selama kegiatan berlangsung, anak - anak tidak diperkenankan membawa gadget, dan untuk menenangkan hati orangtua, semua dimasukan kedalam grup Whatsapp. Sebagai sarana untuk update dan bercerita kakak pembimbing tentang mereka sedang apa disana, update foto dan komunikasi jika ada hal- hal yang penting. Di grup WA saya termasuk ortu yang kalem dan gak bawel, kebanyakan nanya. Meskipun senewen dan mulai rindu sudah dimulai saat kami pulang kerumah selepas mengantar Malika pagi harinya.

Kegiatan - kegiatannya sangat beragam dan tentunya seperti judul tulisan saya, melatih kemandirian anak. Karena tentunya semua dilakukan sendiri. Shalat 5 waktu tidak akan tertinggal insyaallah, karena semua dilakukan secara berjamaah, kemudian ada waktu khusus untuk belajar bersama membaca Qur'an, Selain itu mereka juga akan mendapatkan materi - materi yang sangat bermanfaat di setiap hari seperti "Mengenal Rasululah", "Asiknya Menghapal Al-Quran", "Ramadan Bersam Rasulullah", "Puasa itu menyehatkan Lho", dan materi terakhir "Tanda Cinta Ayah Bunda". Selain kelima materi yang sangat bermanfaat tersebut, ada aktifitas outdoor juga.

Malika saat berbuka puasa di hari pertama dengan teman-temannya

Saat sedang beraktifitas, saya gak tahu Malika di sebelah mana

Pagi di Hari kedua sebelum beraktifitas, Malika paling kiri. Look so Confident!

Saat sedang beraktifitas di hari kedua,  tebak malika dimana?

Saat Outdoor Activity, duh kaus kakinya gak dicopot! Hahaha XD

Sehabis Sahur, dan shalat subuh, anak - anak gak seperti kita dirumah lho, langsung tidur lagi melainkan ada Tilawah dan kultum yang diperdengarkan. Hihihihi, jadi malu.. kalo dirumah kerjaan kita kan selama bulan puasa 70% diisi dengan tidur. Nah, di grup WA ini karena isinya ratusan orang, terbayang dong rusuhnya. Semua sibuk minta foto anaknya, bertanya sang anak sedang apa, apakah baik-baiksaja. Kalau say, memilih untuk menyimak, dan menanti setiap foto dan berita yang masuk. Saya biarkan pembelajaran itu dimulai pada kami.

Khususnya karena kami juga ikut belajar ya, saat sang anak sudah siap untuk mendapatkan sebuah pembelajaran kehidupan, seringkali orangtua tidak dan belum siap untuk percaya bahwa anak mampu untuk mendapatkan kepercayaan dan menjalankan sebuah tanggung jawab. Sehingga, meskipun senewen, saya memilih untuk ndak terlalu banyak bertanya atau intervensi anak saya di kegiatan Pesantren kilat ini.

Malika yang tertidur menggunakan pakaian yang siang tadi ada di foto lapangan + kerudung

Foto Aktifitas Outdoor, malikaaa, dimana kamu naaak? (worry, LOL)

Foto Grup dengan Aa Gym, setelah mendengarkan materi dari beliau (duh beruntungnya)

Selama kegiatan berlangsung, saya yakin Malika mengikuti kegiatan dengan baik. Terlihat dari beberapa foto yang dikirimkan, dan (alhamdulilah yaaa) foto malika tertangkap kamera cukup bayak, walau dari banyak angle. Mata nya terlihat bahagia dan excited, tidak ada rasa takut ataupun malu meskipun sendiri dan tidak ada kami orangtuanya. Kemudian, saya lihat dia cukup mempu mengurus dirinya sendiri, terlihat dari pakaian yang digantinya setiap hari. Meskipun ada beberapa foto yang menunjukan bahwa dia hanya memakai celana yang sama beberapa kali, atau tertidur dengan pakaian yang digunakannya selama beraktifitas plus kerudungnya (mungkin capek banget ya jadi gak ganti pakaian tidur), lalu menggunakan kaus kaki saat sedang aktifitas lapangan (padahal enaknya dilepas aja), dan banyak hal yang.. hahaha kebayang gak kalau ada saya disana, pasti malah jadi riweuh dan sibuk ngatur - ngatur malah gak membuat malika Mandiri. terus saya kepikiran satu hal...

"duhhh anak ini sikat gigi gak yahhh..?"

Hari Penjemputan Pun Tiba!

Saya dan Ali
Berdasarkan informasi yang kami terima, keluarga di kelompok SD kelas 1, 2 dan 3 dapat datang lebih awal untuk melakukan penjemputan. Tapi pada pukul 10, keluarga dan peserta dapat mengikuti tausiah dari Aa Gym yang dilakukan di tempat yang sama untuk menjemput, yaitu di Aula Sudirman di SECAPA. Sejak pukul 8 kami sudah duduk manis di Aula Sudirman SECAPA, dan situasi sudah sangat ramai. Tapi saya belum melihat keberadaan Malika sama sekali. Ternyata, dari Gegerkalong ke SECAPA yang sebenernya jaraknya sangat dekat sekali itu, anak - anak diantar menggunakan angkutan umum secara bergantian. Dan mungkin mengantri, menunggu bolak - baliknya.

Sambil menunggu Malika, kami juga mencari Ali, anak dari salah kerabat kami Edith dan Mas Faisal dari Jakarta yang juga mengikuti kegiatan Pesantren Kilat ini. Ali yang kebetulan baru naik kelas 2 SD ini, merupakan salah satu CS nya malika main bola. Persahabatan mereka terjalin, karena persahabatan kedua orangtuanya. Pada saat pertama kali bertemu dengan Ali, keduanya langsung cocok dan menjadi sahabat karena memiliki hobi yang sama yakni sepak bola.

Mata saya memandang berkeliling, berharap kalau gak bertemu Malika bisa bertemu dengan Ali. Dan, dari kejauhan saya melihat sosok Ali yang tengah berlarian, langsung saya hampiri. Saat memanggilnya, Ali langsung berlari dan memeluk saya. Subhanallah, anak ini kelihatannya sudah sangat merindukan kedua orangtuanya. Sambil menunggu malika, saya ngobrol banyak sama Ali tentang kegiatan - kegiatannya disana. Memang dasarnya anak ini sangat aktif, dia minta ijin untuk kembali main sama kawan-kawannya. Perjalanan Ali masih jauh, dia semua rombongan Jakarta harus menunggu semua kegiatan selesai, dan kembali ke Jakarta pada pukul 11.

Malika memeluk erat papinya
Ali, Papi dan Malika

Pukul 9, saya memutuskan untuk menunggu di luar gedung. Barangkali ada satu dari salah satu angkutan yang membawa puteri kecil ku Malika. Dan yeaaayyy, saya melihat Malika melambaikan tangan dari dalam angkot. She's Back! Dengan tas ranselnya yang cukup berat itu, Malika turun tergopoh - gopoh keberatan, lalu menghampiri saya dan memeluk erat. Rasanya seperti surga bertemu dia. Detik itu, saya kemudian menyadari kenapa orangtua begitu khawatir saat sang anak tidak ada dirumah. Seperti itu rasanya, speechless. Selesai berkangen - kangenan dengan saya, kami kembali masuk kedalam gedung untuk mencari papinya yang ternyata juga masih celingak celinguk mencari anaknya kok belum datang - datang. Lalu saya suruh Malika, menganggetkan ayahnya dari belakang.

Dan, rasanya pasti sama seperti yang saya asakan, Malika langsung memeluk erat sang ayah, yang kemudian saya menyaksikan haru di tatapan suami saya yang berkaca - kaca. Ya, we are proud parents. Malika berhasil menjalankan misi kemandiriannya selama 3 hari ini. Alhamdulilah, senang melihat dia baik - baik saja, dan asik bercoleteh dengan riang tentang segala aktifitas yang dilakukannya disana.

Pembelajaran terbaik dari semua ini adalah bagaimana saya dan Febby belajar menjadi orangtua. Tidak akan ada kesempurnaan, pasti kita sebagai orangtua selalu memiliki kekurangan dan kesalahan dalam prosesnya. Yang terpenting bukan hanya membahagiakan atau membuat anak senang, tapi bagaimana anak juga kemudian bisa belajar dari apa yang dia lihat dengar dan rasakan. Terima kasih anakku Malika, karena sudah bersungguh - sungguh dan belajar untuk mandiri selama 3 hari kemarin. We are so Proud!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar