Rabu, 02 Oktober 2019

Joker Life isn't a Joke, You're Life too

I know since a long time ago Joker is never a joke. Ada sesuatu dari pria dengan riasan badut tersebut, cerita yang tak pernah diketahui oleh para penonton. Orang – orang hanya melihat Batman sang pahlawan dengan sejuta privilege dan gelimang harta. Keduanya menjalani kehidupan dan terluka dengan cara yang berbeda.

Each of us have “Joker” inside. Yang tidak mengetahui cerita kehidupan yang sesungguhnya, yang diabaikan oleh keluarga dan lingkungan sosial, yang diolok – olek karena cara berpakaiannya, sepatu yang terlalu besar, rambut yang terlihat aneh dan awut – awutan. Setiap Joker dari diri kita kadang ingin berteriak dan menerkam semua yang selalu menyudutkannya tapi rasanya terlalu sulit. Saat kemudian kita merasa semua terlalu terpuruk, kita tidak pernah benar – benar punya sesorang yang dapat mendengarkan cerita kita. Lantas kita menciptakan sosok sosok yang tidak terlihat untuk melengkapi kekosongan tersebut. Seorang kekasih, ibu, sahabat dan penonton yang memberikan kita tepuk tangan meriah meskipun nyatanya itu semua tidak pernah ada.

Kita lantas bisa memilih untuk menenggelamkan diri dalam sisi Joker dalam sisi kehidupan kita yang lain atau bangkit dan mencari pertolongan. Its not easy, sure. Dan ketidakberuntungan Joker membuatnya tenggelam dalam lubang kemarahan yang tak berujung. But we can do the opposite of what Joker did to himself and to others. We can try to find a help.

Dan dalam kacamata lain yakni lingkungan social, setiap kita juga adalah orang – orang yang berada di sekitar Joker. Orang yang sering mentertawakan bentuk tubuh orang lain, orang yang main hakim sendiri pada apa yang dia lihat di sekitar, orang yang sibuk berkomentar terhadap upaya – upaya yang dilakukan oleh orang di sekitarnya. Betul tidak? Kita adalah penonton Joker yang tertawa paling kencang, yang bertepuk tangan namun bukan sebagai bentuk apresiasi namun cemooh, yang memberi ruang untuk menjatuhkan dan membuat Joker terlihat bodoh.

Are we really that kind of human?

Film Joker yang berdurasi panjang hari ini menampar saya tepat di pipi dengan kencang. I don’t even laugh when Arthur Fleck make a joke. He is not funny at all. Dia berusaha menjadi dirinya sendiri namun yang masyarakat harapkan adalah jauh dari apa yang ditampilkannya. Sehingga citraan yang terlihat bukanlah sesosok pria namun sebuah komedi.

Joker kemudian selalu diasumsikan dengan label penjahat karena akhirnya dia membunuh dengan kejam dan tanpa ampun. Sebuah pemandangan yang mengerikan jika kita saksikan secara langsung. Padahal saya meyakini bahwa Joker tidak ingin membunuh orang lain atau bahkan membunuh dirinya sendiri, dia hanya ingin rasa sakit dalam dirinya lenyap setiap kali ada orang – orang yang menyakitinya. He just want to make the pain disappear.

Lantas berapa banyak yang menyadari bahwa orang - orang di sekitar kita, orang orang paling dekat, orang orang yang terlihat paling kuat dalam menghadapi setiap masalahnya adalah mereka yang jika tidak segera kita bantu akan melahirkan Joker - Joker baru dalam hatinya. Can we trying to taking care of each other with simple thing as "How are you doin pals?". Mungkin sapaan atau pertanyaanmu akan membuat kami yang sedang dalam kondisi tidak baik baik saja ini, memutuskan untuk mencari pertolongan.

Film ini saya beri angka 9 karena jalan cerita dan nilai yang digambarkan dalam setiap dialog dan scene nya begitu bermakna. Kini, setiap saya tertawa atau mentertawakan orang lain saya akan selalu mengingat Arthur Fleck atau yang lebih memilih disebut Joker. Agar saya selalu ingat, semoga tawa saya tidak menjadi rasa sakit bagi orang di sekitar. Film ini wajib ditonton oleh kita orang Indonesia yang sedang terluka, yang kerap menjadi Joker dalam kehidupannya masing – masing, yang berjuang dengan semua kemampuan dan apapun yang dimilikinya. 

Peringatan keras bagi para orangtua untuk tidak membawa putra putrinya untuk menyaksikan film ini jika masih berusia 17 tahun ke bawah. Film ini juga mengandung banyak adegan kekerasan, pembunuhan keji serta dapat menjadi pemicu bagi mereka yang memiliki persoalan dengan trauma atau kesehatan mental. Jadilah penonton yang bijak atau jadilah orang baik.

Setelah menonton film ini dan kamu merasa tidak baik - baik saja, please talk to your friend or find a help. Trust me.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar