Minggu, 07 September 2014

Perkara Garpu Sendok

Source Picture : www.dennisflood.com
Menikah untuk kedua kalinya membuat saya semakin terbiasa dengan kejutan kejutan kecil didalamnya. Nah alkisah cerita.. dulu, (bukan bermaksud membandingkan atau membuka luka lama), di pernikahan pertama, saya bisa menangis berhari hari hanya karena godaan kecil seperti sindiran, tatapan tidak nyaman atau tidak diperhatikan. bukan dari suami ya, tapi dari keluarganya. Saya bisa akhirnya tidak keluar kamar dan menghabiskan waktu diatas kasur di depan televisi. yup, dulu kami tinggal satu rumah bersama keluarganya. bapak dan ibu mertua saya, kakak ipar saya beserta keluarganya, dan keluarga tante-nya beserta anak dan nenek tercintaa. total penghuni rumah pada saat itu 12 orang. bayangkan 12 orang! 3 tahun lamanya saya menikmati masa masa tersebut. jatuh dan bangun dalam adaptasi dengan hal hal baru. belajar membahagiakan diri dan keluarga, melalui cara cara sederhana. sampai suami saya meninggal dan kehidupan berubah sejak saat itu.

lima tahun kemudian sejak suami saya meninggal, 2014, saya bertemu dengan seorang pria yang kemudian menjadi ayah dari anak saya, suami dan teman hidup saya. dan kehidupan penuh kesukaran selama 5 tahun, kesendirian memperjuangkan kehidupan akhirnya terbayar saat kami akhirnya menikah. bukan lantas kami mendadak kaya raya. tapi seorang teman yang akhirnya bisa menjadi tempat berdiskusi saat harus mengambil keputusan, ataupun tempat kami peluk setiap saat.
tantangan selanjutya kemudian muncul. belajar dari pengalaman pernikahan sebelumnya, saya memilih untuk tidak dengan orangtua saya ataupun orangtuanya. ini akan memperkecil konflik yang akan muncul, apapun bentuknya. kami tinggal di sebuah rumah di bandung. rumah tersebut merupakan rumah keluarga. sehingga saat kami hopeless tidak dapat kontrakan dengan harga yang cocok dengan kocek kami, akhirnya kami memutuskan untuk tinggal dirumah itu. rumah tersebut merupakan peninggalan kakek suami saya. sehingga untuk menempatinya, kami beritikad baik untuk meminta ijin kepada keluarga. yakni ibu mertua, serta 2 orang saudaranya yaitu om dari suami saya. dengan tujuan memelihara rumah, dengan menempatinya, kami mengeluarkan sejumlah uang khusus untuk mengecat kembali, memperbaiki kebocoran dan merapihkan tempat tersebut supaya lebih layak.

Oiya, kami tidak tinggal sendiri. Rumah ini memiliki bangunan memanjang, dan kami mengambil porsi di belakang. dan bagian depan ditempati oleh adik ipar saya, yaitu adik dari suami saya, beserta suami dan anaknya. Sejak dulu saya selalu memiliki prinsip untuk beradaptasi dimana tanah saya berpijak. menghindari persoalan dari percikan percikan kecil seperti urusan makanan dan anak. sehingga kami memutuskan untuk memiliki dapur sendiri.
kembali ke judul tulisan saya di blog ini, ada apa dengan garpu dan sendok..
Setelah 3 bulan tinggal disini. Saya berusaha tidak mengindahkan hal hal sepele seperti wajah yang tidak enak dipandang (barangkali si empu-nya wajah sedang sakit kepala), lalu, bagian rumahnya yang mengeluarkan bau tidak sedap karena memang berantakan (barangkali si empunya rumah berteman lama dengan Oscar dari Sesame street). Namun kali ini sedikit berbeda.
Kali ini ibu mertua saya sedang menginap. hampir seminggu beliau berada disini. Dan ada satu hal yang tiba tiba setelah 3 bulan tinggal disini, akhirnya mengganguku. kami memiliki kebiasaan berbagi makanan yang kami punya, atau meminjam alat dapur jika sedang urgent. hari itu saat semua makan bakso, aku meminjam mangkok serta garpu sendok milik adik iparku. saat kami selesai makan dan hendak mencucinya, lalu saya mendengar dengan jelas ucapan ini "garpu dan sendoknya punya kita kan?" keluar dari mulut ibu mertuaku. sontak aku langsung mendapat ingatan, bahwa kata kata seperti ini sudah terlontar beberapa kali sebelumnya, dan darahku sangat mendidih saat itu.

lalu malamnya saya bercerita pada suami. dan tebak apa yang kemudian dia lakukan,
dia menandai semua alat rumah tangga kami dengan pilox berwana hitam. di ujung ujung nya dan di bagian belakangnya. saya tertawa melihat aksi suami, yang tidak ingin melihat saya sedih. naun melihat alat rumah tangga mu di pilox, oh itu sebenarnya sangat menyedihkan. tapi tidak apalah. suami bilang itu akan menghindarkan konflik berkepanjangan.


tulisan ini dibuat bukan karena saya membenci siapapun. namun sebagai pembelajaran dan refleksi bagi diri sendiri, bahwa tidak semua yang orang pikirkan, rasakan bahkan percayai, sama seperti apa yang ada di pikiran kita, perasaan kita dan kepercayaan kita. bagi yang sedang berumah tangga juga, jadikan pasanganmu sahabat terbaik. jangan sampai konflik dan percikan kecil membuat kalian bertengkar. justru jadikan mereka partner dan tim yang solid untuk menyelesaikan setiap persoalan. well, happy sunday dari bandung!

1 komentar: