Kamis, 25 September 2014

Trip To Belitong Part #4

Rabu 24 September 2014 – Day II
Tidak lelah dan berhenti sampai disini. Lelah bermain main didalam air, memberi makan ikan dan menyelam melihat ke dalam laut. Perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Lengkuas. Berdasarkan link yang saya baca di http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Lengkuas Pulau Lengkuas adalah salah satu primadona pariwisata di Provinsi kepulauan bangka Belitung. Pulau ini merupakan satu dari ratusan pulau yang mengelilingi Pulau belitung. Daya tarik utama di pulau ini adalah sebuah Mercusuar Ethoven yang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1882. Dan kerennya, mercusuar tersebut masih berfungsi dengan baik sebagai penuntun lalu lintas kapal yang melewati atau keluar masuk Pulau Belitung. Semoga kalian semakin menikmati tulisan saya di paragraf selanjutnya.


Untuk memasuki Mercusuar, wisawatan harus membayar lima ribu rupiah. Uang tersebut digunakan untuk pemeliharaan dan biaya biaya tambahan, karena kini subsidi pemeliharaan mercusuar dari pemerintah sudah terhenti. Adalah Pak Jono yang saya temui sebelum kami naik keatasnya. 4 orang dari kami, memutuskan untuk berani keatas, sedangkan 5 lainnya masih sangat lelah setelah seharian bermain di laut. Pak Jono sang penjaga mercusuar mengatakan, mercusuar ini terdiri dari 313 anak tangga, dan 18 lantai. Sudah berdiri sejak tahun 1882, Mercusuar ini merupakan produk pabrikan Chance Brothers & Co yang terletak dekat kota Birmingham, dan hingga kini masih berfungsi dengan sangat baik. 

Merinding bulu kuduk saya membayangkan usia mercusuar yang kini mencapai angka 132 tahun. Fiuh, ngeri. Semoga saat naik nanti semua berjalan lancar. Saya, Denni, Sindi dan Yohana membasuh kaki sebelum masuk kedalam mercusuar. Entah mengapa. Logika saya mengatakan, kaki kami berpasir, dan harus dibersihkan sebelum masuk. Ternyata, masuk kedalam pun tidak diperkenankan menggunakan alas kaki. Yup, its totally make sense. 132 tahun, ratusan orang pula yang keluar masuk naik sampai ke puncaknya. Memelihara bangunan ini agar tetap terjaga, mengurangi beban dari alas kaki yang kadang membuat bobot tubuh bertambah.












Suasanya didalamnya sungguh, hmm.. jujur terasa dingin dan mencekam. Seram. Di pintu utama sebelum naik menuju lantai pertama, kami disambut oleh gerbang yang terlihat seperti penjara. Saya lalu penasaran dan tergelitik untuk mencari tahu menggunakan situs pencarian google dan mengetikan kata kunci “Sejarah Mercusuar belitung” dan ternyata benar.. tertulis didalam sebuah ulasan yang menulis mengenai mercusuar ethoven di Pulau Lengkuas ini “pintu jeruji besi yang dimaksud oleh penjaga ini adalah pintu ruangan jeruji besi yang konon dahulunya digunakan sebagai ruang tahanan bagi para perompak yang tertangkap disekitar perairan pulau Belitung.” Untungnya saat saya masuk dan naik, saya belum mengetahui apapun tentang mercusuar ini.  

Rasaya tidak sulit menapaki tangga demi tangga menuju puncak mercusuar. Walaupun sesekali kami berhenti untuk mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga. Dan karena mercusuar ini sudah berusia 132 tahun, ada beberapa anak tangga yang harus ditopang kayu supaya tidak hancur atau patah saat di injak oleh kami pengunjung dan wisatawan yang kadang tidak memahami situasi di tempat tepat wisata yang sudah berusia ratusan tahun seperti Mercusuar Ethoven ini. Seperti beberapa anak kecil yang datang bersama keluarga mereka, berlari lari dari atas kebawah di beberap alantai. Saya sungguh khawatir, salah satu anak tangga akan patah. Maka sayapun mengingatkan mereka “jangan berlarian, lantai dan tangganya sudah berkarat, nanti kalian jatuh” namun, dasar anak anak. Tetap saja mereka lakukan berulang hingga orangtua mereka langsung yang menegurnya.

Napas kami yang terengah engah tidak sia sia. Akhirnya kami sampai di lantai ke 18, anak tangga ke 313 puncak mercusuar yang tersohor dan menjadi salah satu icon di Belitong. Puas? Sangat!! Namun sayangnya kepuasaan saya sedikit kandas oleh rasa takut saya yang luar biasa saat berdiri di pinggir pagar terluar puncak mercusuar. Angin kencang dan ketinggian 65 Meter dari permukaan tanah. Saya idak bisa berdiri. Saya harus berjalan menggunakan pantat saya, sambil terduduk lemas. Saya bilang kepada ketiga teman, saya takut. Maka kami hanya berada diluar sekitar 5 menit untuk kemudian melangkah masuk lagi dengan perlahan, dan kembali ke bawah. Lega dan puas bercampur dag dig dug. Saya bangga menjadi saksi sejarah adanya bangunan hebat ini. Seperti halnya mercusuar lain, mercusuar ini masih berfungsi hingga saat ini yaitu sebagai sarana penyelamat lalu lintas kapal. sumber listrik disini pun hanya menggunakan mesin genset yang beroperasi mulai pukul 18.00 sore hingga pukul 23.00 malam hari. Bagi kalian yang hendak datang ke Belitung, Pastikan kalian menyambangi pulau lengkuas dan naik ke mercusuar berusia 132 tahun ini.




Tiba dibawah, perut kami berteriak minta diisi makanan. Sehingga perjalanan wajib kami lanjutkan ke destinasi selanjutnya Pulau Kepayang. Lucu ya namanya, teringat nama pulau ini, teringat pula istilah “Mabuk Kepayang” yup, saya sungguh dibuat mabuk kepayang di Belitung dengan segala keindahannya. Tiba di Pulau Kepayang, seluruh tim memutuskan untuk membilas badan. Di Pulau ini tersedia area mandi yang sungguh bersih dan terpelihara, dengan pancuran air dan toilet duduk. Saya pun betah berlama lama mandi jika tempat nya seperti ini. Seusai Membersihkan diri, kami makan siang dengan santapan laut, ikan, kepiting, udang dan sayur genjer. Semua menikmati makanan siang ini dengan lahap, karena kelelahan dan sudah waktunya makan siang. Super hebat perjalana kali ini. Makanan lezat, pemandangan indah, tempat bersejarah dan Tuhan Sang maha Hebat!

To Be Continue...

1 komentar: