Selasa, 06 Mei 2014

Agama Saya

Picture From Google.com

Agama Saya

Tertera di KTP. Mungkin maksudnya untuk memudahkan tatacara penguburan saja, atau bilamana ada razia suatu saat jika hukum (yang katanya "cuma" buatan manusia) sudah mati.

Mereka yang mengatasnamakan agama saya, tidak pernah mengajarkan bagaimana menghadapi hidup, mendidik anak berkebutuhan khusus dengan cinta, atau cara praktis menyusui. Padahal katanya seorang ibu wajib menyusui anaknya selama dua tahun. Mereka juga tidak pernah mengajarkan bagaimana membujuk anak laki-laki prapubertas yang autis untuk mau naik meja operasi ketika harus dikhitan.

Yang diajarkan adalah berperang, dengan ini dengan itu, dengan si anu yang tidak sejalan, dengan si itu yang konon kafir, yang di sana yang katanya liberal, dan semuanya dianggap musuh. Dan harus diperangi.

Mungkin memang buat mereka yang mengatasnamakan agama saya, agama dianggap tidak perlu begitu praktis. Tidak seperti peta yang menuntun kita, kompas yang menunjukkan arah. Cukuplah dengan menurut dan menutup jalan logika, itu sudah. Karena logika dianggap cara kafir menemukan masalah. Dan kafir, harus diperangi.

Agama saya, yang saya tahu, lebih dari itu.

Tuhan saya, lebih baik dan tidak pernah menghukum hambaNya.

Agama tidak pernah menjadi bagian penting dari hidup saya, ketika orang yang mengatasnamakannya lebih banyak berbicara kotor tentang kaum lain, dan mengajak untuk berperang. Ketika saya memilih jalan kemanusiaan, saya tahu bahwa agama lah yang menuntun saya. Bukan orang yang mengatasnamakannya.

[Share dari Status Facebook Mbak Dwi Rahayu]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar