Rabu, 14 Mei 2014

teringat ku pada aa pagi ini

saya biasa memanggilnya aa. panggilan untuk kakak dalam bahsa sunda. dia bukan berasal dari tanah pasundan. namun perawakannya yang seperti kakak. membuat saya ingin memanggilnya seperti itu. dia asli betawi. dulu, konon dia adalah pemakai narkoba jenis putau. akrab disebut dengan istilah junkie. aa adalah junkie. tapi dia adalah tipikal orang yang unik. aktifitasnya yang sangat erat dengan narkoba tidak membuatnya lupa akan tuhan. ibunya pernah bercerita pada saya bahwa dia tidak pernah meninggalkan shalat. 5 waktu shalat selalu dia laksanakan.

aa orang yang sangat menyenangkan. dia memang tidak mudah akrab dengan kebanyakan orang. bukan karena dia pendiam. tidak. dia tidak pendiam. aa orang yang sangat senang ngobrol. namun narkoba melumpuhkan banyak kemampuannya untuk berpikir. dia tidak lantas menjadi bodoh atau pendiam. hanya kehilangan banyak kata kata. sampai aku tahu dia juga hidup dengan HIV lebih dari 10 tahun lamanya.


merasakan kesakitan dalam fase AIDS, membuat aa ingin hidup yang lebih baik. telah lama dia meninggalkan dunia kelam narkoba. aa hidup jauh lebih baik. menjaga kesehatan dan membahagiakan dirinya dengan mendekatkan diri pada tuhan. bahkan kesakitannya karena AIDS tidak pernah dipertanyakannya pada Tuhan. aa tetap bersyukur.

beberapa waktu lalu aku dengar aa sakit. dai sudah lama tidak sakit. dia orang yang sangat kuat dan bertahan dengan segala infeksi yang mengambil kesempatan saat kekebalan tubuhnya melemah. aku mencoba menghubungi aa melalui pesan singkat. aku bertanya ada apa dengannya. dia bilang rasanya sakit. sudah beberapa bulan ini kekebalan tubuhnya terus menurun. dia sudah mencoba berkonsultasi dengan dokter. namun dia merasa dokter tidak banyak membantunya sehingga dia memutuskan unyuk mencari dokter lain yang bisa membantunya. beberapa dokter tidak banyak membantu. mereka hanya sibuk menceramahinya.

aku bertanya. apakah aa sudh melakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari tahu barangkali ada persoalan lain. mungkin ada infeksi hepatitis atau toksoplasma yang biasa juga diidap oleh odha yang punya latar belakang pengguna napza suntik. aa bilang sudah. dia sudah mengeluarkan banyak biaya untuk periksa darah dan hasilnya negatif. tidak ada hepatitis c yang bermasalah dan toksoplasma yang mengangggu. walaupun saya yakin aa melakukan pemeriksaan itu. saya berusaha yakin saja dengan perkataannya. saya tahu aa tidak begitu punya banyak uang. untuk melakukan semua pemeriksaan itu.

tadi pagi setelah sebulan saya berbicara dengannya melalui pesan singkat. saya tanya kabarnya. ah dia masih menjawab. masih ada harapan kehidupan. dia bilang, dokter bilang padanya bahwa dia resistensi. obat arv yang sudah sepuluh tahun ada di tubuhnya tidak lagi bekerja dengan maksimal. tapi saya ragu. dokter hanya menganalisa secara fisik dan kondisi yang lekat mata saja. tidak ada pemeriksaan darah untuk resistensi di indonesia. yang terdekat di bangkok. namun saya terlambat. obat arv aa sudah diganti dengan dosis yang lebih tinggi. dosis yang diharapkan bisa menerobos virus yang sudah kebal akan obat.

aa bilang rasanya sakit. rasanya seperti sepuluh tahun yang lalu saatt dia memulai terapi disaat kondisinya tidak karuan. lalu dia minta saya untuk mencari literatur pengobatan. dan menyampaikan padanya efek samping dari obat yang dia konsumsi sekarang. makanan apa yang akan berpengaruh pada kerja kerja obat. dan banyak pertanyaan lainnya. 

berjanji dia padaku untuk tetap semangat menjalani kehidupan. walau kita berdua sadar, akhir dari semua adalah sebuah kematian. tapi aku bilang padanya, kau tidak usah mencari mati. waktunya sudah pasti akan datang. aku ingin aa sehat. saat aku bercermin pagi ini. terbayang wajahnya yang slengeean dan ketawanya yang bau dengan rokok atau ganja. aku berdoa. tuhan kasih aa kesempatan untuk sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar