Rabu, 27 Mei 2015

30 Hari Pertama Pengobatan Lini 2 #Day18

Belajar Ikhlas, lalu Move On
Catatan 25 Mei 2015

sumber gambar : weheartit.com
Judulnya kok ya kayak gampang gitu ya nulisnya? Padahal untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari, man.. susah banget! Apalagi untuk sahabat sahabat saya yang hidup dengan HIV AIDS. for many of them, its such a worst nightmare, seperti neraka diatas bumi. Yup, itu adalah fakta yang saya temukan pada beberapa teman serta sahabat yang pernah saya dampingi pada tahun 2010 hingga sekarang. Menyedihkan memang, tapi saya tidak dapat menyalahkan mereka yang memiliki perasaan seperti itu, karena saya tidak pernah mengatakan hidup dengan HIV adalah hal yang mudah. But, wait.. tapi saya bisa kok. Saya bisa 'Belajar' untuk ikhlas dan Move on untuk kehidupan yang lebih baik. Apa yang membuat saya bisa melakukan hal tersebut, apa yang memotivasi saya, kenapa saya pilih ikhlas dan melanjutkan kehidupan? Di hari ke 18 pertama Pengobatan lini kedua ARV saya hari ini, saya merasa menjadi manusia yang lebih baik setiap harinya. kenapa? Bagaimana? Well, This is what I'm gonna write here, today. Semoga bermanfaat ya!

Saya tidak pernah menyangka bahwa pada tahun 2001, saya akan bertemu dengan seorang pria yang akan mengubah hidup saya hari ini. Saya tidak pernah tahu dulunya dia adalah pengguna napza suntik jenis putau, dan beresiko menularkan HIV kepada saya. Apakah hari ini setelah semua hal yang terjadi dalam kehidupan saya, lantas saya marah, membencinya dan menghilangkannya dari kehidupan saya? Jawabannya tidak. Saya merasa kesalahan masa kecil saya adalah tidak mendapatkan informasi mengenai lebih banyak hal mengenai kesehatan, mengenal tubuh, dan bermasyarakat. Namun saya kini belajar memperbaiki hal tersebut pada anak saya. Hal hal yang tidak pernah saya sangka tersebut tidak membuat saya terpuruk dan menyesali keadaan. Sekalipun kini virus HIV tersebut sudah ada dalam tubuh saya sejak 2009 silam, 6 tahun lamanya proses saya menjadi pribadi yang jauh lebih baik. I never regret the thing that I couldn't change.

Masa masa sulit mengetahui status HIV di awal tentu tidaklah mudah, boro boro ikhlas, mikirin stigma dan diskriminasi yang akan diterima dari masyarakat aja saya udah ngeri saat itu. Saya memilih untuk menutup diri, bersembunyi dari keriaan tongkrongan teman teman, menghindari acara keluarga dan sebanyak mungkin berada dirumah, jauh dari dunia. 6 bulan pertama, saya betul menjalani hal tersebut. Saya sempat bekerja, tapi saya enggan membicarakan apapun yang berhubungan dengan HIV kepada sembarangan orang. lalu saya sampai di titik dimana saya jenuh dan bosan, saya sedih berkepanjangan, merenungi nasib tiada henti, dan saya berfikir. Saya tahu saya kini hidup dengan Virus HIV dalam tubuh saya, yang kemudian melemahkan kekebalan tubuh ini. Tapi, hidup macam apa ini. Walau HIV melemahkan kekebalan tubuh, saya tidak ingin HIV juga melemahkan jiwa saya. Saya sampai pada titik balik kehidupan saya. Saya harus bangkit.

Keesokan harinya setelah perasaan itu muncul. Saya menghubungi seorang perempuan bernama Lina (bukan nama sebenarnya). Ya, Lina lah salah satu orang palig berjasa dalam kehidupan saya. Mungkin  tanpa Lina, saya tidak bisa seperti sekarang ini. Saya mengirim pesan pada Lina, bahwa saya mau untuk ikut pertemuan kelompok dukungan sebaya. I Urgently need Help!

Whether we like it or not, AIDS is here, and it's serious. There's no sense underestimating or denying AIDS, But the only alternative many of us see to denial is despair. So we bounce back and forth. We achieve balance and harmony in the face of  AIDS when we accept the seriousness of it and also remember who we are. We are children of God, capable of great power, capable of being filled with loving energy. We can find that point of harmony  and balance inside ourselves. it's where we connect with the power of the earth below and to the mystery of the sky above. We find it when we sit quietly, focus, inward and breathe. Then we know that we are not hopeless, helpless victims. The we find the strength to deal with all life's challenges, including AIDS.

I am Connected to the power of the universe. I breathe in love and light and exhale fear and darkness. I am confident and powerful. I am at peace.

May 25th Notes - From The Color Of Lights Book (Perry Tilleraas)
Daily meditation for all of us living with AIDS


Lina adalah orang yang mengajak kami melakukan pemeriksaan HIV, dia datang kerumah, menceritakan bahwa dia juga hidup dengan HIV, dan dia mengetahui suami saya dulu adalah pengguna napza suntik, dan juga mengetahui kondisi sakit suami saya saat itu yang sudah tersebar luas di kalangan teman teman tongkrongannya. Lina juga lah yang hari itu akhirnya berhasil meluluhkan hati saya, untuk mengakui bahwa saya benar membutuhkan pertolongan dan dukungan dari lebih banyak orang, khususnya mereka yang juga sama mengidap HIV sama seperti saya.


sumber gambar : google.com
Hari dimana saya akhirnya membuka diri dengan teman teman di kelompok dukungan, membuka mata dan hati saya bahwa kehidupan ini indah nyatanya. Masalah yang ada baik di dalam diri kita maupun di sekitar kita bukan untuk ditangisi, melainkan dicarikan jalan keluar dan diselesaikan atau diperbaiki. Sejak itu saya mulai menyusun langkah langkah perbaikan kehidupan. Seperti mulai mencari informasi sebanyak banyaknya mengenai HIV AIDS, mengontak sahabat sahabat lama yang lama saya tinggalkan, melakukan hobi hobi yang hampir saya lupakan seperti membaca dan menulis catatan harian, dan tentunya mengikhlaskan diri atas apa yang ada, dan mulai maju kedepan.

Hari ini, 6 tahun sudah sejak kali pertama dokter menyatakan saya terinfeksi HIV. Saya mungkin tidak bahagia dengan hal tersebut, namun keiklasan hati dapat memperbaiki jaring jaring kebencian dan mengubahnya menjadi hal yang lebih bermanfaat. Di usia saya yang akan menginjak angka 29, saya merasa sudah tidak sepatutnya saya menangisi kehidupan. Saya memilih, bersama teman teman aktifis HIV AIDS, bejuang dengan cara yang saya mampu dan saya miliki serta berbahagia atas kehidupan saya. Maka saat kita bertanya, dimana kita dapat menemukan kebahagiaan dan kedamaian? its in yourself honey! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar