Selasa, 10 Juli 2012

The man who passed away

Terjaga dalam malam yang panjang.
Ditemani selimut tebal yang menghangatkan dari dinginnya malam.
Semakin menusuk dan menyesakkan nafasku.

Rasanya letih, menjalani kehidupanku saat ini.
Disaat semua orang dapat tertawa bahagia dan bersenandung riang.
Disaat semua orang menikmati kasur empuk dan hangatnya rumah.
Aku terbaring disini dengan selang oksigen yang membantu'ku bernafas.
Aku terbaring disini dengan suara biip.. Biip.. Dari monitor jantung yang kabel-nya menempel di dadaku.
Infus yang menancap di kedua pergelangan tanganku,
di selangnya mengalir cairan - cairan yang aku tidak tau untuk apa.

Disini rasanya semakin dingin.
Mereka tidak memakaikan-ku baju, hanya selimut yang melindungi'ku dari malam.

Kenapa aku tidak bisa bicara?
Padahal aku ingin bercerita padamu bidadariku.
Dimanakah dirimu sayang, kau hanya datang dua kali.
Dan setiap kedatanganmu, aku hanya melihatmu menangis.
Menggunakan pakaian aneh berwarna putih dan masker yang menutupi wajah cantikmu.
Setiap kedatanganmu, kau selalu mengelus pipiku, menciumiku, memelukku beberapa kali.
Lalu kembali duduk dan menangis.

Dimana malaikat kecilku sayang?
hampir seminggu aku tidak melihatnya, bahkan mendengar suaranya.
Aku sangat merindukan kalian.
Aku ingin pulang sayang.

Aku ingin melepas semua selang dan kabel di tubuhku ini.
Aku ingin mengatakan Stop, pada orang - orang yang setiap pagi dan malam menyuntikan cairan ke tubuhku.
Aku ingin tidur dirumah.
Walaupun tanpa bicara, tapi aku ingin memandangi kalian berdua, anak dan istriku.
Sebelum saatnya aku pergi.

Dan malam ini, kau hanya datang sebentar.
Mencium keningku, pipiku dan punggung tanganku.
Meminta maaf padaku.
Apa yg harus kumaafkan?
Aku yang seharusnya mengatakan maaf padamu.
Meninggalkanmu dan malaikatku sendiri dirumah.
Malam ini kau dengan khusyuk membacakanku ayat ayat Al-Qur'an yang menenangkan kalbu.
Tapi aku sebenarnya belum ingin pergi. Aku masih ingin memeluk kalian  berdua.

Namun virus di tubuh ini sepertinya telah membangun dinding pembatas antara kita.
Aku tidak dapat memanjatnya.
Melompatinya-pun terlalu sulit, terlalu tebal, terlalu tinggi.
Berat rasanya.

Namun, apa jadinya bila aku pulang kerumah dengan kondisi seperti ini.
Mungkin aku hanya akan merepotkanmu.
Dengan segala hal.
Memandikanku, mencebokiku, menyuapiku, melayani segala kebutuhanku.
Aku yang sudah tak ada daya ini.

Dan akhirnya dia datang. Sayang...
Dengan anggun dan pelan, membelaiku.
Mulai dari kaki, paha... Mengusap perut dan leherku. Menggegam tanganku dan mengusap rambutku.
Dan sedetik kemudian, aku merasa sosoknya melepas semua kabel dan selang yang menempel di tubuhku.
Rasanya sedikit tercekat dan sakit.
Namun, sesudahnya aku melihat sinar terang.
Rasanya tubuhku terasa ringan tanpa beban.

Namun aku melihat kalian berdua...
Menangis di samping tubuhku yang membujur kaku.

Jangan bersedih sayang, aku akan tetap menjaga kalian.

Ayu Oktariani on Thursday, September 15, 2011 at 11:37pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar