Minggu, 26 April 2020

Selamat berlarian di Surga Miguel!

Mungkin dunia ini memang terlalu menyakitkan untuk menjadi tempatmu berlari. Tak kubayangkan jika kamu masih ada di sini bersama sama kami dalam situasi seperti ini. Mungkin kamu akan kebosanan dan terus meminta untuk keluar rumah, karena kamu pasti menyukai sinar matahari. Tapi mungkin juga kamu adalah anak yang kooperatif dan bisa menikmati setiap permainan yang bisa kita mainkan bersama saat di rumah saja. Tapi aku tidak tahu mana diantara keduanya yang nyata karena kamu tidak ada di sini.

Fotomu tidak terpampang diantara foto foto keluarga yang kuletakan bersama foto lainnya. Tidak ada pula suara tangisan atau rengekanmu karena diganggu oleh kakakmu. Cucian bajuku juga tidak bertambah banyak, karena aku tidak pernah mencuci bajumu. Itu karena kamu hanya hidup selama empat puluh jam setelah kulahirkan tiga tahun lalu.

Sakit memang setiap kuingat kamu tidak bisa melanjutkan hidup bersamaku. Ibu mana yang selama sembilan bulan mengandung tidak ingin bermain bersama anaknya, menyusuinya atau membersihkan popoknya setiap saat. Kelelahan yang selalu terbayar dengan senyum atau bau asem ketek bayi. Tapi aku bukan ibu yang memiliki kessempatan berharga itu. Aku hanya diberi waktu sembilan bulan empat puluh jam. Itu waktu yang cukup menurutNya untukku menghabiskan waktu bersamamu. Waktu yang juga rasanya tidak mampu kumanfaatkan dengan baik.

Hari ini aku sudah berhenti menyalahkan diriku sendiri. Semua yang terjadi padaku adalah kehendak alam semesta. Setiap kesalahan yang kubuat tidak serta merta memberi karma pada masa depan yang kini ku kujalani. Hidupku memang harus seperti ini, begitu suratan takdirnya. Hari ini aku juga tidak menangis berlinangan air mata seperti tahun tahun sebelumnya. Meski rasa rindu itu sangat kuat dan juga semakin membesar. Tapi bukankah kerinduan dapat dikirimkan dalam setiap doa?


Pada setiap nafasku akupun selalu mengingat bahwa aku memiliki dua orang anak. Keduanya adalah anak anak istimewa yang melalui tangan mereka aku menjadi lebih kuat. Meskipun tangan kuat ini tidak mampu selalu menggengam keduanya, aku bersyukur dipilih alam semesta untuk menjadi ibu mereka.

Hari ini, Sir Miguel Arkananta putra keduaku menghembuskan nafasnya setelah dilahirkan pada 25 April 2020. Selama empat puluh jam dia berusaha untuk tetap hidup. Alat alat dan mesin bantu pernafasan ternyata tidak mampu menopang paru paru kecilnya yang baru berfungsi. Miguel, anak laki laki yang kami impikan akan terus menghiasi mimpiku setiap malam. Dalam sujud dan sebelum kupejamkan mata, kukirimkan rinduku padamu anak laki lakiku. Semoga lapangan di surga cukup luas dan rimbun untuk menjadi tempatmu berlarian. Semoga orang orang tersayangku yang juga telah pergi, menjagamu di sana. Memelukmu dan menjagamu jika kamu juga merindukanku.

Al Fatihah Sir Miguel Arkananta bin Febby Arhemsyah Muchdi
25 April 2017 - 26 April 2017  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar